28

16.6K 1.7K 61
                                    

Happy reading...





Saat ini Cakra sedang duduk di teras rumah menunggu Devan yang sedang memanaskan mobil di depan garasi. Tadi, ketika selesai joging dan mandi Devan mengajaknya untuk berjalan-jalan bersama dengannya dan  Aletta, hitung-hitung mendekatkan Cakra dengan calon kakak ipar katanya, muehehe.

Cakra menopang dagunya dan mulai berpikir, jika Devan pergi bersama Aletta kenapa harus mengajak dirinya? Cakra tidak mau jika harus dijadikan obat nyamuk. Ingin menolak pun abangnya itu memaksa, bahkan dia sampai mengancam kalau tidak akan membiarkan mamah atau ayahnya menyetok pisang lagi di rumah. Sungguh menyebalkan.

"Cak, ayo!"

Panggilan dari Devan berhasil membuat Cakra menoleh, berdiri dan menghampiri Devan yang sudah duduk di kursi kemudi.

"Cakra ga jadi ikut deh, Abang."

"Ga, lo harus ikut, buruan!"

"Kan Abang perginya sama ka Aletta, Cakra ga mau jadi obat nyamuk, ah."

"Lu bukan obat nyamuk, tapi kingkong kecil yang di gambar kardusnya."

"Kalo gitu Abang kingkong gedenya!" Cakra membalas tak terima, kenapa Devan suka sekali menyebutnya kingkong hanya karena suka makan pisang?

Devan berdecak melihat tingkah Cakra. "Buruan, Aletta pasti udah nunggu."

"Cakra ga mau jadi orang ketiga!"

"Ngerasa jadi setan, lu?"

"Ish ... bukan gitu, tau ah!" Cakra yang merasa kesal berjongkok di samping mobil membuat Devan jengah sendiri melihatnya. Ayolah, dia bukan seseorang yang mempunyai stok kesabaran seperti mamahnya.

"Gue ajak Jean biar lo ga sendirian," ucap Devan. Dia memang sudah mengajak Jean untuk menemani Cakra nanti, dia tidak bodoh untuk membiarkan sang adik sendirian nanti.

"Beneran?"

"Iya, buruan naik."

"Bilang dong dari tadi." Cakra berjalan dan membuka pintu belakang.

"Ngapain di belakang?"

"Duduk lah. Kan, Abang yang nyuruh buruan."

"Depan, gue ga mau keliatan kaya supir."

"Kan buat ka Aletta."

"Aletta-nya masih di rumah. Lagian dia ga akan keberatan kalo kursi di depan lo yang duduki, dia cewe baik-baik, buruan pindah!"

Cakra mendengus kesal tapi tetap saja dirinya pindah duduk di kursi depan.

Setelahnya Devan mulai melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan rata-rata, menuju rumah Aletta dan setelahnya nanti akan ke rumah Jean.

Setelah beberapa menit, mobil yang Devan kendarai sampai di depan rumah Aletta. Devan langsung keluar dari mobil untuk memanggil Aletta sekaligus meminta izin kepada mamahnya, tetapi saat sudah di luar dia justru melihat Cakra yang malah diam saja di dalam mobil.

"Lo ga mau ikut keluar?"

"Cakra tunggu disini aja deh, kalo nanti ikut, mamah ka Aletta nanya-nanya lagi soal Cakra, Cakra ga mau."

Bukan tanpa alasan Cakra berkata demikian, Cakra hanya tidak ingin orang tua Aletta bertanya siapa dia dan abangnya itu pasti akan menjawab kalau dia adalah adiknya. Jika sudah seperti itu maka orang tua Aletta akan berpikir hal yang tidak-tidak tentang keluarga mereka terutama tentang David tentu saja.

"Ga bakal, ayo buruan!"

Cakra keukeuh, menggelengkan kepalanya cepat.

"Turun atau pisang lo yang di kulkas gue buang semua!"

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang