44

10.6K 1.2K 26
                                    

Happy reading...




Malam ini David dan Devan sedang berada di ruang tv, sedangkan Cakra sedang bersama dengan Sofia duduk di meja makan, anak itu sedang membantu Sofia menyiapkan kue yang akan mereka bawa besok ke pantai, sebenarnya Cakra hanya membantu memberi toping di atas kuenya saja.

Devan sendiri masih sibuk melipat kertas origaminya, membuat David yang melihat itu mulai jengah, ntah kapan Devan akan selesai? Ntahlah hanya Devan yang tahu.

"Kamu bikin itu terus ga cape?" tanya David dengan mata masih menatap ke arah televisi yang sedang menayangkan serial India.

"Ga, lagian bentar lagi selesai, kayanya. Papah kalo emang ga mau bantu ga usah komen," ujar Devan ketus membuat David meliriknya sekilas, lalu kembali fokus pada tayangan televisinya.

"Oh ya, tadi hasilnya gimana?" tanya Devan kepada David, saat teringat kalau David sudah mengambil hasil tes milik Cakra.

"Kurang baik, om kamu bilang kalau gejalanya mungkin bakalan sering terjadi. Tapi ..."

"Tapi?"

"Om kamu juga bilang kalau temannya yang berada di Korea Selatan pernah melakukan uji klinis sama seseorang yang punya penyakit seperti Cakra dan itu berhasil sampai usia pasiennya mencapai tujuh belas tahun"

"Itu bagus dong, berarti Cakra ada kesempatan buat terus bareng-bareng sama kita, iya kan, Pah?" tanya Devan dengan antusias, David sendiri hanya menganggukkan kepalanya pelan karena dirinya pun cukup ragu dengan hal itu, mengingat ada efek samping setelah menjalani prosedur tersebut.

"Tunggu apalagi, kita harus berangkat secepatnya, kalo perlu lusa. Papah udah siapin pasport sama visa Cakra, kan?"

"Papah udah siapin semuanya Dev, tapi masalahnya ada di Cakra, kamu tau sendiri adek kamu mau tahun baruan di rumah bareng sama temen-temennya, otomatis kita cuma bisa berangkat pas awal tahun." Devan yang mendengar jawaban dari papahnya pun terdiam, matanya menatap ke arah Cakra yang sedang duduk di kursi makan dengan tangan memegang parutan keju untuk menghias beberapa kue yang Sofia buat, namun sesekali Cakra juga akan memasukkan parutan keju itu ke dalam mulutnya.

Devan memutuskan untuk berdiri dan menghampiri Cakra membuat David yang melihat kepergian anaknya itu mengernyitkan dahinya bingung, ketika sampai Devan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan adiknya dan menatap lekat ke arah Cakra, sedangkan Cakra yang ingin memasukkan keju ke dalam mulutnya lagi pun terhenti kala merasa ada seseorang yang memerhatikannya.

David yang melihat anaknya duduk di kursi makan pun memutuskan untuk menghampiri keduanya.

"Abang?" Cakra menatap Devan dengan tatapan bingung.

"Lo mau bareng-bareng lebih lama lagi sama gue, kan?" tanya Devan tiba-tiba membuat Cakra mengerjapkan matanya beberapa kali, tak lama kemudian dia menganggukkan kepala pelan.

David yang baru saja sampai memutuskan untuk duduk di sana dan mendengarkan pembicaraan keduanya. Sofia yang baru saja mengambil kue dari oven pun memilih meletakkannya di atas meja makan, dirinya juga membawa sebuah wadah khusus kue, dia akan memasukkan kuenya dengan mendengarkan pembicaraan kedua anaknya.

"Kalo gitu lo harus ngikutin apa kata gue," ucap Devan membuat Cakra bertanya tanya.

"Eh?"

"Kita berangkat ke Korsel lusa."

"Ha?"

"Kita ke Korsel lusa," ucap Devan sekali lagi.

Cakra mengerutkan dahinya bingung, menatap ke arah David. "Bukannya kita berangkat pas awal tahun ya, Ayah udah bilang sama om, kan?" tanya Cakra kepada David.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang