41

11.3K 1.2K 34
                                    

Happy reading...




Devan berlari dengan Cakra yang berada di punggungnya, Devan memutuskan untuk melewati lapangan agar cepat sampai di parkiran mobil, dia terus berlari sampai sebuah suara menghentikan langkahnya ketika dia baru saja sampai di tengah-tengah lapangan.

"Abang, Cakra ga pake sunscreen."

Devan yang merasa bingung langsung menurunkan Cakra, tetapi tangannya tetap memegang tubuh itu agar tidak terjatuh, napasnya memburu, dadanya naik turun dengan mata menatap ke arah Cakra yang sedang menatap ke arahnya dengan pandangan sayu.

"Lo gapapa?" tanya Devan membuat Cakra menggelengkan kepalanya pelan. Devan yang mendapat balasan itu langsung memeluk Cakra dengan air mata yang berada di sudut matanya.

"Gue takut banget," lirih Devan.

"Maaf, Cakra cuma takut kalo Abang kaya tadi," ujar Cakra pelan. Yah, dia tadi tidak benar-benar pingsan, dia hanya ingin menghentikan Devan tapi untuk berteriak dia tidak akan bisa karena itulah dia melakukan hal seperti  itu.

Naufal, Raka, Jean, Doni, Aletta, dan kemudian Tyo yang baru saja tiba merasa bingung dengan apa yang mereka lihat sekarang.

"Abang?"

"Biarin gini dulu," pinta Devan, Cakra tahu abangnya itu sangat ketakutan karena dia bisa merasakan detak jantung Devan yang sangat kencang.

"Abang, tangan Cakra mulai gatal."

Devan yang tersadar langsung mengangkat Cakra dan menaruhnya di kursi roda yang Tyo bawa, setelahnya menarik lengan jaket Cakra yang tergulung agar menutupi seluruh tangannya.

"Lo gapapa?"

Cakra yang mendapat pertanyaan dari Naufal hanya menggeleng, perasaan bersalah mulai hinggap di relung hatinya. "Maaf udah bikin khawatir."

"It's oke."

"Lo kenapa kaya tadi sih? Kita khawatir tau!" Omel Doni pada Cakra.

"Maaf," ucap Cakra dengan lirih membuat Doni yang baru saja mengomelinya merasa tidak tega.

"Gue cuma takut lo kenapa-kenapa Cak, lo ngerti kan maksud gue?" tanya Doni lirih membuat Cakra menganggukkan pelan kepalanya.

"Mendingan kita neduh deh, kasian Cakra kepanasan," ucap Raka.

Mereka yang mendengar itu langsung menganggukkan kepala setuju, Devan langsung mendorong kursi roda Cakra ke arah taman sekolah diikuti yang lainnya.

Sesampainya di taman, mereka langsung duduk. Ada yang duduk di bangku taman dan ada juga yang duduk di bawah, lebih tepatnya di rerumputan.

Cakra yang merasa panas langsung membuka resleting jaketnya dengan pelan, melepaskan topi dan memakaikannya di atas kepala Naufal yang memang duduk di rerumputan yang berada di samping kursi rodanya.

Naufal tersenyum mendapati sebuah topi yang berada di atas kepalanya, karena topi itu tidak masuk sama sekali di kepala Naufal. Ukuran kepala Cakra yang cukup kecil membuat topi tersebut tidak muat di kepala Naufal, tetapi Naufal tetap memakainya dan tidak ada niatan untuk mengubah ukuran topinya sama sekali.

"Ga nyangka gue, bentar lagi lulus. Perasaan baru kemaren gue masuk MPLS, sekarang udah tinggal satu semester lagi aja," ucap Tyo yang di setujui oleh Aletta dan Devan.

"Gue bakal pindah ke korsel semester depan bareng Cakra," ucap Devan tiba-tiba membuat Tyo dan teman-teman Cakra langsung menatap ke arahnya, kecuali Jean dan Aletta karena Devan sudah membicarakan ini dengannya, dan Aletta jelas tidak mungkin mencegahnya, bagaimanapun ini demi kebaikan Cakra. Sedangkan Jean tentu mengetahui hal itu dari sang ayah.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang