43

11K 1.2K 40
                                    

Happy reading...



Saat ini Devan tengah duduk di gazebo yang berada di samping rumah, sudah ada Jean, Tyo, dan Aletta juga di sana.

"Jadi, lo nyuruh gue pagi-pagi ke sini buat bantuin lo bikin origami burung doang, gitu?" tanya Tyo dengan wajah tak percaya, sedangkan Devan sudah melipat kertas origami itu bersama Aletta yang mengajari Jean, karena anak itu tidak tahu sama sekali dengan cara membuatnya.

"Lo kalo ga mau bantuin ya udah pulang aja, gampang, kan?" ujar Devan membuat Tyo mendengus kesal.

"Tumben banget sih bang repot-repot bikin ginian? Emang buat apa? Abang mau nembak cewe lagi?" tanya Jean tiba-tiba.

"Lambe mu!" ujar Aletta dengan tangan meraup wajah Jean.

Jean yang wajahnya di raup oleh Aletta pun menggosok hidungnya pelan.

"Untung wangi," gumamnya yang masih bisa didengar oleh Aletta.

"Ini buat Cakra, awalnya dia yang bikin tapi karena sekarang daya ingat dia sudah menurun jadi gue yang terusin. Lo pada tau kan mitos tentang 1000 burung bangau yang bisa ngabulin permintaan?"

"Tapi itu kan cuma mitos," ucap Tyo.

"Ga ada salahnya buat nyoba, gue harap ini selesai sebelum nanti berangkat ke Korsel, karena ga mungkin buat bawa ini ke sana," ujar Devan membuat mereka menganggukan kepalanya setuju.

"Gue pengen dia minta buat kesembuhannya, gue tau penyakit itu belum ada obat, tapi paling ngga, gue pengen dia bisa lebih lama bareng-bareng sama gue," sambung Devan membuat mereka semua terdiam.

"Cakranya sekarang kemana?" Jean bertanya karena sedari tadi tak melihat atensi Cakra sama sekali.

"Ke rumah sakit, mau ambil hasil MRI sekalian ngomongin keberangkatan ke Korsel nanti."

"Eh cil, mending chat temen-temen lo sekarang suruh pada ke sini."

Jean yang memang tidak merasa dipanggil oleh Tyo pun tetap diam, melihat bagaimana Aletta dengan sabar mengajari dirinya.

"Yee ... si bocah disuruh nge-chat temennya malah diem-diem bae." Tyo menoyor kepala Jean.

Jean berdecak kesal dengan tangan mengelus kepalanya. "Apasih main noyor-noyor aja, kalo nanti gue jadi bego gimana?"

"Ya kali ditoyor doang tuh otak berpindah tempat, buru chat teman-teman lu, suruh dateng ke sini, makin banyak orang makin cepat selesai nantinya."

"Ck, iya-iya." Jean langsung membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada ketiga temannya untuk datang ke rumah David. Jean mulai berpikir, apa kepribadian Tyo dan Devan saat ini berubah? Karena yang Jean tahu, Tyo itu baik hati dan tidak sombong, namun ternyata sifatnya sama saja sebelas duabelas dengan abang sepupunya.

Sedangkan itu di rumah sakit, Cakra sedang duduk disalah satu kursi tunggu, menunggu David yang sedang berbicara dengan Antonio di dalam ruangannya.

"Bagaimana?" tanya David kepada Antonio yang sedang menatapnya.

"Ada berita baik dan berita buruk, kau ingin mengetahui yang mana dulu?"

David yang mendengar itu menghela napasnya, sudah dia duga pasti ada hal yang tidak beres.

"Buruk," jawabnya singkat.

Antonio yang mendengar itu langsung menyalakan komputer yang berada di meja, karena posisi layar komputer itu miring David bisa melihatnya dengan jelas, terlihatlah hasil MRI otak Cakra di sana.

"Lemaknya mulai menumpuk di area otak, bagian yang berwarna hitam ini adalah otak Cakra yang tertutupi oleh lemak. Setelah ini mungkin gejalanya akan semakin sering, Cakra bahkan bisa saja kehilangan penglihatan dan pendengarannya"

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang