12

16.5K 1.6K 33
                                    

Yorobun annyeong

Happy reading






Pagi ini Cakra tidak membantu Sofia di dapur, dia hanya duduk di kursi dan menenggelamkan kepala di atas lipatan tangannya yang berada di atas meja makan, di dahinya terpasang plester yang baru saja dia ganti tadi setelah mandi.

Tadi malam, Cakra lupa jika ada tugas yang harus dia kumpulkan hari ini, jadilah dia harus begadang untuk mengerjakan, dan mungkin karena efek kepalanya yang mencium lantai, membuat Cakra jadi susah untuk berpikir.

Devan yang baru saja turun dan melihat Cakra diam saja menatapnya heran. Dalam hatinya bertanya, ada apa dengan Cakra?

Tak lama David datang dan duduk di kursi biasanya. David merasa aneh karena Cakra sedari tadi diam, dia menatap ke arah Sofia yang sedang menata piring di atas meja dan dibalas gelengan kepala, tanda jika dia juga tidak tahu apa yang terjadi pada Cakra.

"Adek?" David memanggil Cakra pelan.

Cakra yang merasa terpanggil mengangkat kepala dan menatap David. "Hm ...." gumam Cakra dengan mata sedikit terbuka.

"Kenapa? Adek sakit?" tanya David ketika melihat wajah Cakra yang sedikit pucat.

Cakra menggeleng, membuka matanya sempurna. "Cakra cuma ngantuk Ayah," jawab Cakra dengan senyuman khasnya.

David yang mendengar jawaban dari Cakra pun menghela napas.

"Emang Adek abis ngapain semalam? Begadang?" Kali ini Sofia yang bertanya dan duduk di kursi berhadapan dengan Cakra.

"He'em, Cakra lupa kalo hari ini ada PR yang harus dikumpulin, makanya tadi malam Cakra begadang." Cakra menjawab dengan lesu lalu menatap makanan yang sudah ada di hadapannya.

"Ceroboh," gumam Devan membuat Cakra mendelik tak suka ke arahnya.

"Cakra itu ga ceroboh, Cakra cuma tidak ingat dan tidak ingat itu hal yang manusiawi. Kaya ga pernah ngerasain lupa aja selama hidupnya!" ucap Cakra membalas perkataan Devan sedikit keras membuat Devan langsung menatapnya sinis.

Sedangkan Sofia dan David sedikit terkejut melihat wajah Cakra yang tampak marah, ini pertama kalinya mereka melihat Cakra seperti itu.

"Sudah, sudah. Kita mulai saja sarapannya." David menengahi karena jika tidak, bisa saja akan terjadi perang dunia ke lima.

***

Cakra turun dari mobil dengan lesu setelah tadi dia mengatakan terimakasih kepada pak Budi. Hari ini dia di antar oleh pak Budi karena dia memaksa tidak ingin berangkat bersama Devan. Jika bersama Devan dia harus turun di perempatan jalan lagi, dan dia tidak memiliki cukup tenaga untuk berjalan jauh hari ini.

Cakra memasuki kelasnya lalu kembali menenggelamkan kepala pada lipatan tangan yang dia taruh di atas meja. Raka yang melihatnya menatap heran.

Naufal yang baru saja datang menatap aneh kepada Cakra. Tumben sekali temannya yang satu ini seperti tak memiliki semangat hidup. Naufal menatap ke arah Raka yang hanya dibalas gelengan.

"Cak, kenapa lo? Sakit?" tanya Naufal kemudian duduk di kursinya.

"Cakra ngantuk mau tidur bentar, nanti bangunin kalo guru dateng, ya," ucapnya tanpa mengubah posisi duduknya.

Naufal yang tidak ingin mengganggu pun hanya mengiakan saja.

Jean yang baru saja datang langsung duduk di kursinya yang berada di belakang Cakra. "Kenapa nih bocah?" tanyanya ntah pada siapa.

"Ngantuk," jawab Naufal singkat.

Jean hanya ber-oh ria saja, kemudian mengambil ponselnya untuk bermain game.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang