7

17.9K 1.6K 64
                                    

Happy reading




Saat ini, Devan sedang mengerjakan tugas-tugasnya di ruang keluarga. selama satu Minggu ini dirinya sibuk dengan kegiatan OSIS membuat beberapa PR-nya belum dikerjakan sama sekali. Devan sebenarnya ingin mengerjakan tugasnya di kamar, tapi Sofia memaksa agar dirinya mengerjakan di ruang keluarga saja, karena mereka memang sudah jarang berkumpul. Padahal, Devan sendiri tahu alasan sebenarnya adalah agar Devan bisa mendekatkan diri kepada Cakra.

Cakra sendiri saat ini tengah membuat burung bangau menggunakan origami yang dia beli kemarin di mall, dibantu oleh David.

"Ck, Ayah salah. Kalo lipatnya kaya gini bukannya jadi bangau malah jadi katak," ucap Cakra kesal melihat David yang justru melipatnya dengan asal-asalan.

"Ya gapapa. Masa bangau semua, kasih kataknya satu lah, Dek." David terus tersenyum menatap wajah Cakra yang terlihat kesal.

"Ga bisa dong, kan Cakra mau bikinnya seribu bangau bukan seribu katak, Ayah ini ada-ada saja," ucap Cakra sedikit sewot.

"Lagian ngapain sih capek-capek buat, beli yang udah jadi aja lah." David meletakkan kembali kertas origami yang dia lipat, dia menyerah untuk membuat burung bangaunya.

"Ga bisa gitu dong, kan yang mau buat permintaan Cakra bukan penjualnya."

"Lagian mau minta apa? Bilang aja sama Ayah, nanti Ayah yang beli." David menatap Cakra yang sepertinya masih merasa kesal, terlihat dari bibirnya yang sedikit maju beberapa senti.

"Ga ah, Ayah ga akan mampu belinya," ucap Cakra lalu mengumpulkan beberapa origami bangau yang sudah ia buat dan dimasukkan ke dalam kotak bekas sepatu sekolah yang dia beli bersama Sofia.

Devan yang mendengar perdebatan ayah dan anak itu hanya diam, dirinya sudah pusing dengan tugas kimia yang diberikan oleh gurunya di sekolah, dan mereka berdua malah ribut memperebutkan origami yang tak jelas. Devan mengacak rambutnya frustasi kala tak kunjung mendapatkan jawaban dari pertanyaan soalnya.

Sofia yang melihat Devan tampak frustasi pun tersenyum dengan ide yang baru saja terlintas dipikirannya, Sofia tahu Devan adalah anak yang pintar tapi tidak jika di pelajaran kimia, pelajaran kimia adalah kelemahan bagi Devan, dan dia memikirkan ide yang mungkin bisa membuat Devan bisa sedikit lebih dekat dengan Cakra nantinya.

"Kenapa, Dev?" tanya Sofia dengan sengaja, membuat Cakra dan David yang sedang memperdebatkan origami berhenti dan mulai menatap Devan yang tampak frustasi.

"Ga papa," jawab Devan singkat lalu kembali mencari rumus yang pas untuk menjawab soalnya.

"Tugas kimia, ya?" tanya David ketika melihat wajah kusut Devan. David memang sibuk bekerja, tapi itu tidak menjadikan David sebagai ayah yang tidak mengenal anaknya sendiri. Semua tentang Devan, jelas David sangat mengetahuinya ntah itu hal sekolah maupun hal yang lain, bahkan masalah asmara sekalipun. Dan David sangat tahu, tidak ada pelajaran yang bisa membuat Devan sefrustasi ini, kecuali kimia.

Devan hanya diam tak menjawab pertanyaan dari sang papah, kedua tangannya terangkat lalu memijat pelipisnya

Cakra yang penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan Devan pun akhirnya mengintip dari arah belakang karena posisinya Devan mengerjakan tugasnya di meja dan duduk dilantai, sedangkan Cakra duduk di atas sofa samping Sofia yang duduk tepat di belakang Devan.

Cakra mengambil beberapa kertas origami yang baru dan menuliskan sesuatu disana. Setelah selesai, Cakra mengambil kotak berisi puluhan burung bangau yang dia buat tadi, Cakra juga merampas origami burung yang berada di tangan David, membuat David yang melihat kelakuan dari putranya itu terbengong-bengong.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang