36

13.1K 1.4K 42
                                    

Happy reading...




Malam ini, Cakra berbaring dengan bersandar pada dada bidang ayahnya, nassal canula kembali terpasang apik di lubang hidungnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi Cakra masih belum bisa memejamkan mata karena setiap kali mulai tertidur, Cakra merasa seperti tenggelam di air yang cukup dalam. Dengan kata lain, Cakra tidak bisa merasakan oksigen masuk ke rongga dadanya, yang dia rasakan udara itu hanya sampai pada tenggorokan setelah itu hilang ntah kemana.

David terus mengelus rambut Cakra berharap anaknya itu segera tertidur. Tidak, bukan karena David lelah, dia hanya ingin Cakra istirahat sebanyak mungkin, agar anak itu bisa kembali ceria seperti biasanya.

"Buka baju Cakra, Mas." Sofia membawa minyak kayu putih di tangannya.

Dengan segera David menyingkap baju milik Cakra. Setelahnya, Sofia langsung mengolesi dada Cakra menggunakan minyak kayu putih yang baru saja dia beli di apotek tadi.

Jika kalian bertanya di mana Devan, anak David yang satu itu sedang berada di kantin membeli kopi. Dia berkata ingin menjaga Cakra malam ini agar Sofia dan David bisa tertidur dengan tenang, karena besok Devan akan meliburkan diri dari sekolah. Lagipula, lusa sudah pembagian raport, jadi tidak ada alasan lagi untuknya berangkat ke sekolah, kecuali untuk menemui sang pujaan hati, siapa lagi kalau bukan Aletta.

Selesai mengolesi minyak kayu putih di dada Cakra, Sofia beralih ke kaki Cakra, seperti dugaan Sofia kaki itu terasa sangat dingin.

"Ayah ..." Cakra berucap lirih.

"Hm?"

"Peluk."

Tanpa diminta dua kali, David langsung memeluk tubuh Cakra dengan erat, namun juga hati-hati karena tangan kiri Cakra yang terpasang infusan.

"Ayah, dingin ..."

Sofia yang mendengar lirihan Cakra langsung mengambil selimut yang ada di sofa dan memberikannya kepada David. David pun dengan cekatan langsung membungkus tubuh Cakra dengan dua selimut sekaligus lalu memeluknya kembali.

Sofia juga langsung membuka kool fever kembali setelah mengecek suhu tubuh Cakra yang kembali tinggi.

"Singkap poninya, Mas." ucap Sofia membuat David langsung menyingkap poni Cakra yang menutupi dahinya.

David membenarkan duduknya agar bisa bersandar pada ranjang supaya dia tidak merasa lelah karena harus menopang tubuh Cakra. Sedangkan Cakra, anak itu antara sadar dan tidak sadar, bahkan bibirnya sesekali meracau tak jelas.

"Ayah?" Cakra kembali berucap lirih.

"Hm?"

"Cakra mau ke pantai ..."

"Iya, setelah Adek sembuh, ya."

"Mamah, Cakra mau crepes."

"Iya, nanti Mamah buatin," ucap Sofia dengan tangan sibuk memakaikan kaos kaki pada kaki Cakra. Kaki anak itu terasa sangat dingin, bahkan terlihat pucat.

"Cakra mau tahun baruan sama teman-teman."

"Iya, nanti kita ajak teman-teman tahun baruan di rumah, ya."

"Ayah?"

"Hm?"

Demi apapun, sedari tadi David dan Sofia menahan diri untuk tidak menangis, ntah kenapa rasanya David sangat takut saat ini. Sedangkan di luar, Devan yang awalnya ingin masuk pun urung ketika mendengar lirihan dari Cakra. Jika Devan masuk rasanya dia tidak akan sanggup, karena itu dia memilih untuk duduk dan bersandar di samping pintu ruang rawat Cakra.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang