22

17.3K 1.8K 116
                                    

Yorobun Annyeonghaseyo

Happy reading...



Pagi ini, Cakra dan Devan sudah diperbolehkan untuk pulang. Antonio berkata bahwa hasil tes Cakra akan keluar paling cepat minggu depan karena Cakra memang melakukan serangkaian pemeriksaan pada tubuhnya.

Cakra duduk di ranjang, kakinya dia gerakan karena menggantung tak menyentuh lantai, matanya terus menatap Devan yang sedang merapihkan pakaiannya. Mereka berdua sedang menunggu David yang sedang mengurus administrasi untuk pulang, Sofia sendiri sedang menebus obat dan vitamin untuk keduanya.

"Ngapain lo liatin gue?" tanya Devan karena sadar sedari tadi dirinya diperhatikan oleh Cakra. Cakra yang mendengar pertanyaan Devan menggelengkan kepala, turun dari ranjang bermaksud untuk menunggu ayahnya diluar. Namun, sebelum itu dia mengambil pisang yang ada di parcel buah milik Devan yang dibawa Aletta kemarin.

"Cakra minta pisangnya, ya."

Devan yang mendengar perkataan Cakra langsung menoleh dan mendengus kesal ketika mendapati Cakra yang sudah mengambil buah itu. Jadi, Cakra mengambil buah itu terlebih dahulu sebelum meminta izin kepada Devan tadi.

Cakra berjalan keluar. Namun, saat melewati pintu pisang yang berada di genggamannya terjatuh.

Devan yang sedang bermain handphone mengalihkan fokusnya kepada Cakra, di mana Cakra sedang menatap pisang yang berada di lantai, David yang memang sudah berada di dekat Cakra langsung menghampiri, dan mengambil buah pisang yang ada di lantai itu.

David bisa melihat tangan Cakra yang sedikit bergetar, membuat David menatapnya khawatir.

"Hey, kenapa?"

"Cakra udah laper banget Ayah, lihat tangan Cakra sampai gemetar," jawab Cakra sambil menunjukkan tangannya yang bergetar menggunakan dagunya.

David yang mendengar itu pun terkekeh, dia pikir Cakra kenapa, ternyata anaknya itu hanya merasa lapar. David memberikan pisang yang dia ambil tadi kepada Cakra yang langsung digenggam erat oleh sang empu.

"Makan pisang dulu, ya. Nanti kita makan di rumah, bi Tuti udah masak banyak soalnya."

Cakra menganggukkan kepalanya semangat lalu merentangkan kedua tangannya.

"Gendong," ucapnya dengan senyum manis yang tercetak di bibir.

David yang mendengar itu langsung berjongkok di hadapan Cakra, Cakra yang melihat ayahnya berjongkok pun langsung menaiki punggung David.

"Eh, kayanya Adek kurusan, deh. Nanti pas di rumah makan banyak-banyak, ya," ucap David saat mengangkat tubuh Cakra.

"He'em!"

"Sudah belum, Bang?" David bertanya kepada Devan.

"Ssttt ... Ayah jangan panggil abang, nanti dia ga suka," bisik Cakra yang masih bisa didengar oleh Devan. Devan yang merasa hatinya tersentil pun berdehem beberapa kali.

Devan berdehem beberapa kali. "Abang udah selesai," ucapnya lalu mengambil tasnya, keluar dari kamar mendahului David yang sedang menggendong Cakra.

Sedangkan Cakra yang mendengar Devan memanggil dirinya sendiri dengan abang pun mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Sepertinya dia kerakusan, Ayah." Cakra kembali berbisik di telinga David.

"Kerakusan?" tanya David lalu memutuskan segera menyusul Devan, karena Sofia pasti sudah menunggu di mobil saat ini.

"Itu loh, yang tubuhnya dimasukin sama setan."

David tergelak mendengar bisikan Cakra yang terdengar serius, bahkan David yakin wajah anaknya pun saat ini sedang menatap punggung Devan yang berjalan di depan dengan tatapan tak kalah serius.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang