Happy reading...
Keesokan paginya David dibuat jantungan karena tak menemukan anak bungsunya di ruang rawat. Tadi, saat dia baru saja membuka mata, dia tidak menemukan Cakra di mana pun, ntah kemana anak itu pergi.
Sofia sendiri pulang ketika pagi-pagi sekali saat mereka semua masih tertidur, tentu saja dia tidak tahu jika Cakra pergi. Karena saat dia akan pulang tadi, Cakra masih tertidur pulas di atas ranjangnya.
"Mas! Udah ketemu?" Sofia bertanya, dia baru saja sampai setelah mendapat pesan dari David.
"Belum."
David mengacak rambutnya frustasi, ini pertama kalinya David merasa seperti ini.
"Kita cari lagi, ya."
David menghela napas, menatap Sofia. "Kamu jaga Devan saja, biar aku yang cari Cakra."
"Tapi--"
"Devan juga membutuhkanmu, Fi. Lagi pula aku yakin Cakra masih ada di sekitar sini."
"Ya sudah, tapi langsung hubungi aku kalo Cakra udah ketemu, ya," ucap Sofia yang langsung diangguki oleh David.
Setelah kepergian David, Sofia masuk ke ruang rawat di mana Devan sedang tertidur menyamping.
"Kamu sudah makan Dev?"
Tak ada sahutan dari Devan, apa anaknya itu tertidur, pikir Sofia.
"Dev?" panggil Sofia kembali karena tak kunjung mendapat balasan, karena khawatir Sofia memutuskan untuk mendekat.
"Deva--"
"Dari kemarin Devan nunggu, Mah. Dari kemarin Devan nunggu Mamah ataupun papah buat jelasin apa yang Devan dengar, tapi ngga ada satu pun dari kalian yang mau menjelaskannya."
Sofia menghela napasnya sejenak. Dia pikir, Devan tidak akan menanyakan hal ini lagi, mengingat saat sadar kemarin Devan masih bisa diajak bicara walaupun tidak seperti biasanya.
"Apa yang mau kamu tau?"
"Semuanya."
Lagi dan lagi, Sofia menghela napas, duduk di kursi yang berada di samping ranjang dengan Devan yang tetap pada posisinya.
"Mamah, papah dan bundanya Cakra dulu satu sekolah, papah dan Mamah dulu hanya sebatas teman saja karena kakek merupakan rekan bisnis dari opa, sebelum opa meninggal."
Devan mendudukkan dirinya dengan susah payah. Sofia yang melihat itu dengan sigap membantu sang anak agar duduk dengan nyaman, sebelum akhirnya melanjutkan kembali ceritanya yang sempat tertunda.
"Pada saat itu, papah menyukai bundanya Cakra yang bernama Karin, bukan hanya menyukainya, tapi juga sangat mencintainya. Sampai akhirnya, setelah lulus kuliah dan mulai bekerja papah memutuskan untuk menikahi Karin. Akan tetapi, pernikahan mereka ditentang sama oma karena Karin berasal dari keluarga yang tidak seperti kita, oma berpikir jika Karin hanya menginginkan harta dari keluarga papah saja."
Sofia menjeda ucapannya, menatap ke arah lain dengan tatapan menerawang.
"Walaupun begitu, papah tetap kekeh untuk menikahi Karin. Sampai akhirnya papah nekat dan menikahi Karin tanpa sepengetahuan dari oma. Oma jelas sangat marah dan selalu memperlakukan Karin dengan kasar. Sampai suatu hari, Karin dinyatakan hamil dan itu berhasil menyulut kemarahan oma karena semakin sulit untuk memisahkan keduanya. Ketika kehamilan Karin berusia 5 bulan, Karin terjatuh dari tangga yang mengakibatkan anak pertama Karin dan papah tidak bisa diselamatkan."
Sofia menarik napas panjang, sebelum akhirnya kembali melanjutkan ceritanya.
"Dan kamu tau Dev? Karin terjatuh karena ada yang sengaja menaruh minyak di tangga."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...