31

14.1K 1.5K 25
                                    

Happy reading...



Pagi harinya, Devan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ujian telah selesai, tetapi harus berangkat untuk berjaga-jaga jika ada salah satu nilai di mata pelajarannya yang masih kosong, karena bagaimanapun dia sibuk dengan kepengurusan OSIS dulu.

Saat keluar dari kamar, Devan melihat kamar Cakra yang masih tertutup rapat. Jika boleh jujur, dirinya merasa bersalah karena telah membentak Cakra semalam, mungkin dia akan meminta maaf nanti ketika berangkat ke sekolah.

Devan menuruni tangga dengan santai, sampai di bawah dia melihat David dan Sofia yang sudah berada di meja makan.

Krit

Bunyi kursi yang di tarik oleh Devan membuat perhatian Sofia dan David mengarah kepadanya.

"Cakra mana, Dev?"

Devan menggeleng pelan. "Pintu kamarnya masih ditutup"

"Biar Mamah panggil dulu."

"Biarin dulu aja Fi, nanti biar aku yang ke kamarnya. Hari ini sudah tidak ada KBM, kan?" tanya David yang diangguki oleh Devan.

"Biarin Cakra istirahat lebih lama, kita sarapan duluan saja," lanjutnya.

Selesai sarapan, Devan langsung berangkat ke sekolah. Sedangkan David saat ini sedang berada di depan kamar Cakra dengan nampan berisi makanan untuk sarapan.

"Cakra? Sarapan dulu, Nak!"

Tidak ada sahutan dari dalam kamar membuat David merasa khawatir.

"Cakra?"

"Cakra, Ayah masuk, ya?!"

David yang tak kunjung mendapat jawaban pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam. Saat pintu terbuka, David tidak melihat siapapun berada di sana.

Dimana Cakra? Apa dia pergi? David yang merasa kalut langsung meletakkan nampannya dengan kasar di atas meja belajar dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Cakra?" panggilnya. Namun, saat pintu kamar mandi terbuka, tidak ada siapapun di sana.

"Cakra?"

David berjalan ke arah balkon, tetapi pintu itu terkunci menandakan jika Cakra tidak keluar melalui balkon. David langsung berlari ke luar, menuruni tangga dengan tergesa-gesa lalu mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja makan.

"Kenapa, Mas?" tanya Sofia saat melihat David yang menuruni tangga.

"Cakra ga ada di kamar, aku mau cari di luar."

"Apa? Kok bisa?"

"Aku tidak tahu, Fi. Hubungi aku kalau dia pulang, ya," ucapnya lalu pergi keluar. Sedangkan Sofia langsung mencoba menghubungi Devan karena berpikir, mungkin saja Cakra sudah berangkat lebih awal ke sekolah dan tidak berpamitan kepada siapapun.

Sofia mulai panik, bahkan sampai tak sadar jika dirinya menggigiti kuku jarinya. Sudah beberapa kali Sofia menelpon Devan, tetapi anaknya itu tak kunjung menjawab, mungkin masih di jalan pikirnya. Sampai pada panggilan yang ke sepuluh Devan baru mengangkat teleponnya.

"Hallo, Dev?"

"Kenapa, Ma?"

"Adek kamu ga ada di rumah, coba kamu cari di sekolah siapa tau dia udah berangkat tapi ga pamitan."

"Ga ada di rumah? Maksudnya kabur?"

"Mamah gatau, makanya kamu coba cari ke kelasnya barangkali dia ada di sana."

"Ya udah, Devan mau coba cek dulu ke kelasnya."

"Kalo tau sesuatu langsung hubungi Mamah, ya."

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang