15

17.2K 1.5K 31
                                    

Happy reading...




David memarkirkan mobilnya di parkiran khusus sekolah, tadi saat sedang sibuk memeriksa berkas kantor dia mendapat telpon jika Cakra mendapat masalah dan berada di ruang BK, tanpa pikir panjang David langsung bergegas menuju sekolah. Sungguh Cakra selalu saja bisa membuat dirinya merasa terkejut.

Kedatangan David membuat banyak pertanyaan muncul di benak semua orang, baik para siswa/i maupun guru.
Setelah sampai di ruang BK David langsung membuka pintunya begitu saja. Di sana terlihat Cakra yang sedang memejamkan mata, David tidak tahu ada siapa saja di ruangan itu karena fokusnya saat ini hanya pada sang anak.

"Cakra?"

Cakra yang mendengar suara dari ayahnya langsung membuka mata, dan terlihatlah wajah khawatir sang ayah yang berada di hadapannya.

David mendekat dan berjongkok di hadapan sang anak. "Adek gapapa? Ini kenapa bisa lecet kaya gini?" tanya David saat melihat beberapa luka di lengan dan lutut Cakra.

"Ayah, Cakra gapapa hanya lecet saja, tadi jatuh pas main basket."

David menghela napas pelan. "Kita ke rumah sakit, ya?"

Cakra yang mendengar kata rumah sakit dari ayahnya langsung menggeleng ribut. "Ga mau Ayah, Cakra mau pulang aja, Cakra ga mau ke rumah sakit."

"Pak? Maaf ... bisa kita mulai agar ini bisa cepat diselesaikan?" Pak Sandi menyela pembicaraan ayah dan anak itu.

"Ah, maaf. Saya terlalu khawatir dengan Cakra," ucap David lalu duduk di sebelah Cakra. Matanya tak sengaja bertatapan dengan Amel dan Jean yang sedang menatapnya penasaran. "Amel? Jean? Kalian ngapain di sini?"

Pasangan ibu dan anak itu mendengus kesal mendengar pertanyaan David, sedari tadi mereka berada di sana dan ternyata David tidak melihat mereka?

"Begini Pak, Bu. Menurut kesaksian pak Jagad, Cakra terjatuh ketika bermain basket karena bersenggolan dengan Doni--"

"Cakra ga jatuh karena tersenggol Pak, Doni sengaja melakukannya kepada Cakra, saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri!" seru Jean.

David menatap Jean dengan serius. "Apa maksudmu, Jean?"

"Jean tahu Om, selama ini Doni ga pernah suka sama Cakra, dia selalu gangguin Cakra, kalo ga percaya tanya aja sama Raka dan Naufal!"

"Kamu jangan asal bicara ya, anak saya ini anak baik-baik, jelas-jelas kamu yang udah mukul anak saya," ujar ibu Doni membela anaknya sambil menunjuk Jean.

Amel yang tak suka anaknya di tunjuk langsung menepis tangan ibu Doni. "Heh! Ga usah tunjuk-tunjuk anak saya, anak saya ga mungkin mukul orang tanpa sebab."

Pak Sandi yang melihat perdebatan dari ras terkuat di bumi itu menghela napas lelah, lalu menatap Cakra yang saat ini hanya menunduk memerhatikan lututnya. "Cakra, coba kamu katakan sesuatu agar semuanya menjadi jelas," ucap pak Sandi.

Cakra yang saat ini sudah menatap pak Sandi menggeleng pelan. "Cakra ga tau Pak, kan Cakra ga lihat karena Cakra lagi fokus dribble bola."

Lagi dan lagi, pak Sandi hanya bisa menghela napas. "Benar juga ...."

"... Baiklah kalau begitu kita ambil jalan tengah saja. Untuk Jean, kamu dihukum untuk membersihkan toilet kelas 10 selama tiga hari berturut-turut. Dan Doni, kamu dihukum untuk membersihkan toilet kelas 11 selama dua hari." Final pak Sandi.

"Ga bisa gitu dong, paling tidak dia harus diskors karena sudah memukul anak saya," hardik ibu Doni.

"Tidak bisa Bu, karena sebentar lagi ujian semester ganjil akan dimulai dan itu sudah menjadi ketetapan dari sekolah jika murid harus masuk selama seminggu ini untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nanti."

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang