Yorobun annyeong
Happy reading...
Keesokan paginya, Devan sudah siap dengan seragam sekolahnya, memutuskan untuk langsung turun ke bawah. Saat sudah sampai dia melihat Cakra yang sudah duduk di kursi pantry dengan mulut yang memakan buah pisang. Devan jadi berpikir, apa sesuka itu Cakra dengan buah pisang?
Devan memutuskan untuk duduk di kursi, menuangkan air ke dalam gelas untuk dia minum. Sampai matanya menangkap sosok oma-nya yang sedang berjalan ke arah meja makan. Devan menoleh ke arah Cakra yang sekarang sedang membawa dua piring nasi goreng lalu meletakkannya di atas meja.
"Bagus, sih. Orang numpang emang harus sadar diri."
Mereka yang mendengar sindiran dari Oma Evi pun menoleh, termasuk David yang baru saja keluar dari kamar dan langsung berjalan cepat menuju meja makan karena tidak ingin hal-hal yang terjadi di masa lalu terulang kembali.
Cakra yang mendengar itu hanya diam, kemudian kembali menunggu sepiring nasi goreng yang mamahnya siapkan.
"Biar Mamah aja, ya."
"Cakra aja, Mamah kan udah cape masak," ucap Cakra dengan senyumannya membuat Sofia ingin menangis rasanya.
Cakra kembali membawa nasi goreng itu, menaruhnya tepat di hadapan Oma Evi. Oma Evi yang melihat Cakra tidak terusik dengan perkataannya pun merasa kesal sedangkan David langsung menarik tangan Cakra dan menyuruhnya untuk duduk saja.
"Orang numpang itu harus sadar diri. Jangan maunya enak aja, makan tinggal makan seperti di hotel saja." Oma Evi melirik ke arah Cakra yang hanya diam menatap nasi goreng buatan Sofia, ntah apa yang anak itu pikirkan.
"Kamu denger ga, sih?" sambung Oma Evi bertanya kepada Cakra.
"Mah." David berucap memeringati ibunya.
Cakra menatap neneknya bingung. "Oma ngomong sama Cakra?" tanya Cakra menunjuk dirinya sendiri. Oma Evi jelas merasa semakin kesal dengan wajah polos yang Cakra tunjukkan.
"Ya ampun, maaf ya Oma, Cakra gatau. Lain kali kalo mau ngomong sama Cakra sebut aja namanya, Cakra bukan orang yang peka soalnya," sambung Cakra dengan senyum manis yang mampu membuat Oma Evi semakin kesal. Sedangkan yang lain hanya bisa tercengang mendengar ucapan Cakra, bahkan David sampai merasa tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi.
"Kurang ajar! Jadi begini yang ibumu itu ajarkan? Bersikap kurang ajar kepada yang lebih tua?!" bentak Oma Evi seraya berdiri menunjuk Cakra.
David ikut berdiri untuk menengahi keduanya. "Mah, aku mohon hentikan."
"Kamu bela dia daripada Mamah?!"
"Fi, siapkan bekal saja untuk aku dan Cakra," ucap David yang langsung diangguki oleh Sofia.
Mereka terdiam setelah beberapa menit, sampai akhirnya Sofia kembali dengan dua kotak makan ditangannya.
"Ini, Mas." Sofia menyerahnya kepada David.
"Ayo Cakra. Ayah antar kamu ke sekolah," ucap David setelah berterima kasih kepada Sofia.
Cakra yang mendengar perkataan David langsung mengambil tasnya, berjalan ke arah Sofia untuk berpamitan. Saat akan menyalami Oma Evi, David lebih dulu menarik tangannya untuk ke luar.
Sepeninggal David dan Cakra terjadi keheningan di meja makan.
Oma Evi mendengus, kemudian duduk kembali. "Kenapa anak itu tidak sopan sekali. Devan, kamu tidak boleh dekat-dekat dengan anak itu, ya?"
"Aku sarapan di sekolah saja," ucap Devan lalu berdiri dari kursinya.
"Kenapa kamu ga jawab pertanyaan Oma, Devan? Ini pasti karena pengaruh anak itu," ucap Oma Evi yang membuat langkah Devan terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...