33

15.1K 1.6K 57
                                    

Happy reading...



David memasuki rumah dengan Cakra yang berada di punggungnya. Anak itu tertidur selama di perjalanan tadi, bahkan Cakra sampai lupa membeli crepesnya.

Sofia, Devan, bahkan Tyo langsung berdiri ketika melihat David yang sedang berjalan ke arah mereka, tadi David sudah memberikan pesan jika Cakra sudah bersama dengannya, karena itulah Devan dan Sofia langsung pulang.

"Cakra kenapa, Mas?"

"Hanya tidur, aku akan membawanya ke kamar, tolong ambilkan lotion, dia lupa memakai sunscreen-nya tadi."

Mendengar itu, Sofia langsung bergegas ke kamarnya sendiri untuk mengambil lotion milik Cakra, Sofia sengaja menaruh stok lotion di kamar miliknya dan David karena Cakra tipikal anak yang ceroboh, alias selalu kehilangan barang-barang miliknya.

Devan sendiri hanya diam memerhatikan papahnya yang sedang menaiki tangga menuju kamar yang berada di lantai dua, sampai sebuah tepukan di pundak berhasil menyadarkannya.

"Jaga adek lo. Gue balik," ucap Tyo membuat Devan tersenyum tipis.

"Thanks, Yo. Sorry ga bisa nganterin."

"It's oke, gue bisa naik taksi. Kalo gitu gue pamit," ucap Tyo lalu berjalan ke luar rumah.

Devan yang melihat mamahnya menaiki tangga memilih untuk mengikutinya dari belakang.

Saat sampai di kamar Cakra, mereka melihat David yang sedang duduk di tepi kasur dengan tangan mengelus rambut adiknya.

"Ini, Mas." Sofia menyerahkan lotion itu kepada David, kemudian berjalan kembali dan menaiki kasur untuk duduk di sebelah Cakra sedangkan Devan duduk di kursi belajar, matanya meneliti setiap sudut kamar milik Cakra sampai dia berpikir, sepertinya ini adalah kedua kalinya dia memasuki kamar Cakra.

Devan menatap ke arah tembok yang berisi foto orang-orang yang mungkin dianggap berharga oleh Cakra, di setiap fotonya ada nama mereka masing-masing. Apa Cakra melakukan ini agar dirinya bisa mengingat mereka semua?

Devan mengambil satu foto wanita cantik di sana, tertulis 'bunda Karin, bunda Cakra yang cantik' dengan emoticon bergambar love diakhir tulisannya. Yah, bunda Karin memang cantik dan manis sama seperti Cakra, dulu Devan bertanya-tanya dari mana wajah manis Cakra berasal? Karena bagaimanapun Cakra adalah seorang laki-laki, tetapi setelah melihat foto Karin, Devan mulai menyadari jika wajah manis itu berasal dari bundanya.

Devan kembali menempelkan foto Karin lalu mengambil foto lain, itu adalah fotonya, foto yang Cakra ambil diam-diam di kamar sebelum akhirnya Cakra terjatuh dari tangga. Devan dibuat terkekeh ketika melihat tulisan di foto miliknya 'abang Devan, abang galaknya Cakra' seperti itulah tulisan yang ada di foto Devan, tidak lupa emoticon iblis diakhir tulisannya.

"Dia barusan lupa sama aku, Fi," ucap David memecah keheningan dengan tangan sibuk mengolesi lotion di kulit Cakra yang memerah.

Sofia yang mendengar itu menatap David seolah meminta penjelasan, sedangkan Devan yang ingin mengambil sebuah kotak di samping meja belajar Cakra pun berhenti dan menoleh ke arah papahnya.

"Apa maksud kamu, Mas? Bukannya kamu bilang sendiri kalau obat yang Antonio kasih bisa memperlambat gejalanya?"

"Hanya memperlambat, tapi tidak untuk mencegah," lirih David dengan kepala tertunduk.

Sofia terdiam lalu menatap langit-langit kamar Cakra, berusaha menghalau air matanya yang ingin menetes.

"Aku tidak ingin kehilangan anak untuk yang ketiga kalinya, Fi." David berkata pelan dengan kepala yang semakin menunduk.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang