34

14.6K 1.4K 40
                                    

Happy reading...


Devan saat ini sedang mematut dirinya di depan cermin, sebentar lagi makan malam akan segera dimulai. Setelah dirasa rapih, Devan mengambil ponsel lalu segera ke luar dari kamar.

Devan melihat pintu kamar Cakra yang tertutup rapat. Memang, setelah kejadian menjelang siang tadi Devan belum bertemu dengan Cakra kembali.

Tidak ingin berlama-lama, Devan memutuskan untuk langsung turun ke bawah. Sesampainya di lantai dasar, dia justru melihat Cakra yang sedang menata piring-piring dan sendok di atas meja.

Ah, dia jadi teringat ketika Cakra pertama kali datang ke rumah, anak itu juga melakukan hal serupa seperti yang dia lakukan sekarang.

Devan tersentak saat pundaknya ditepuk oleh seseorang, itu adalah David yang baru saja keluar dari kamar dan kebetulan melihat Devan yang hanya berdiam diri di dekat anak tangga.

"Ayo, malah bengong aja," ucap David lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Devan. Yah, inilah kebiasaan keluarganya sekarang, bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apapun, karena mereka tidak ingin Cakra merasa sedih dan menganggap jika kedatangannya hanya menciptakan kesedihan. Cakra tidak menyukainya karena itulah sebisa mungkin David, Devan maupun Sofia bersikap seolah-olah kejadian tadi pagi hanyalah hal yang biasa dan itu demi kenyamanan Cakra.

"Ayah, lihat!" Cakra berseru sambil menunjukkan piringnya. Devan yang mendengar seruan itu langsung menghampiri untuk melihat hal apa yang membuat Cakra sampai sesenang itu.

"Apa nih?" tanya David.

"Crepes buatan mamah sama Cakra! Ayah cobain deh, ini Cakra yang buat." Anak itu bahkan tersenyum seolah telah melupakan hal yang terjadi tadi siang.

"Halah! Palingan juga mamah doang yang buat," celetuk Devan setelah melihat crepes yang Cakra bawa lalu mendudukkan dirinya di kursi.

"Shutt..." Cakra meletakkan jari telunjuk di bibir Devan yang duduk di kursi sampingnya. "Kamu itu ga diajak, jadi diem aja hus hus," sambungnya sambil mengibas-ngibaskan tangan.

"Ga boleh gitu," peringat David membuat Cakra menatap Devan sebal, kemudian memilih untuk duduk di kursinya.

"Nih, pesanan Adek udah siap! Sayur sop buatan Mamah khusus untuk anak Mamah tercinta!" Sofia berseru sambil meletakkan semangkuk sayur sop di hadapan Cakra.

"Thankyou Mamah!"

Sofia mengelus pipi Cakra seraya menjawab, "Sama-sama sayang!"

Setelahnya Sofia menyiapkan makanan untuk David, Devan, dan dirinya sendiri.

Mereka memulai makan malam dengan  Cakra yang sibuk bercerita, tentang apa saja yang dia lakukan bersama Jean ketika pergi ke mall kemarin. Cakra juga menceritakan kalau dia berteman dengan Raka ketika dia masih SD, kemudian bertemu dengan Naufal ketika SMP dan berteman baik dengan mereka hingga sekarang.

"Ngomong mulu lo, keselek baru tau rasa," ucap Devan membuat Cakra langsung menoleh.

"Bilang aja sirik karena ga punya teman yang banyak kaya Cakra. Jean bilang, teman abang itu cuma abang Tyo aja, kasian ya, Ayah. Abang temannya cuma satu."

Devan yang mendengar balasan telak dari Cakra memilih untuk diam, sedangkan David hanya tersenyum saja. Yah, anak sulungnya itu memang tidak pandai berteman. Bukan, lebih tepatnya suka memilih milih teman. Devan tidak seperti Cakra yang bisa berteman dengan siapa saja, dia hanya berteman dengan seseorang yang mampu membuatnya nyaman. Jika tidak, maka dia hanya akan sebatas saling mengenal nama saja.

"Udah, ngobrolnya nanti lagi kalo udah selesai," ucap Sofia.

"Uhuk ... uhuk ...."

"Nah kan, kata gue juga apa," gumam Devan saat melihat Cakra yang terbatuk-batuk.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang