18

16.8K 1.6K 70
                                    

Annyeong chingudeul

Happy reading






Setelah kepergian Devan, Sofia dan Oma Evi tetap melanjutkan. Itu pun dengan suasana hening, tidak ada satu pun yang bersuara.

"Kamu seharusnya tidak membiarkan dia tinggal di sini Sofia."

Perkataan Oma Evi berhasil membuat Sofia yang sedang membereskan piring di meja makan terhenti.

"Sekarang dia hanya mempunyai kita, Mah. Aku tidak bisa membiarkan dia hidup sendiri," ucap Sofia lalu membawa piring-piring kotor itu ke wastafel, kemudian mencuci tangannya.

"Dia kesini hanya ingin mengambil harta David, Sofia. Ibunya pasti sengaja mengirim dia kesini, agar dia bisa bersama lagi dengan David."

"Mah cukup, usia Cakra masih sangat muda dan yang dia butuhkan saat ini hanya kita sebagai keluarganya. Bagaimana bisa mamah memikirkan hal seperti itu?" Sofia menatap mertuanya dengan tatapan tak percaya.

"Kamu tidak tau saja secerdik apa wanita itu, Sofia. Mamah tidak mau tahu, kamu harus usir dia dari rumah ini. Apa kamu mau David kembali lagi dengan wanita itu!"

"Wanita mana yang mamah maksud?!" tanya David yang tiba-tiba saja datang dari arah pintu.

Tadi, ketika selesai mengantar Cakra, dia baru sadar jika dirinya tidak membawa serta tas kerjanya, karena itulah dia pulang kembali untuk mengambilnya, tetapi saat baru saja memasuki rumah dia justru mendengar sang ibu yang sedang memarahi istrinya, dan terlebih lagi menjelek-jelekkan anak dan wanita yang dicintainya.

"David tanya, wanita mana yang Mamah maksud?" David kembali bertanya seraya berjalan menghampiri sang ibu.

"Mas--," Ucapan Sofia terhenti karena David mengangkat satu tangannya, tanda jika dia harus diam.

"Wanita mana? Jelas wanita yang sudah merebut kamu dari Mamah dan wanita yang sudah mengincar harta kamu!"

"Harta, harta, harta!" teriak David, wajahnya memerah dengan otot leher yang timbul, rahangnya mengeras begitu pula matanya yang menajam.

"Mau sampai kapan Mamah menuduh Karin dengan hal yang tidak pernah dia lakukan? Berhenti menuduh Karin, Mah. Jika pun bisa aku ingin kembali padanya, tetapi aku tidak bisa karena dia sudah pergi jauh." Ucapan David memelan dengan tangan terkepal erat.

"Kamu tidak boleh pergi dengannya, David. Bisa saja Cakra anak orang lain, Cakra hanya anak haram yang tidak jelas asal usulnya, kamu--"

"Cakra anak aku, Mah!" David menatap tajam sang ibu, tangannya menunjuk dirinya sendiri. "Dia anak aku dengan Karin! Mamah bahkan tahu sendiri bahwa aku menikahi Karin jauh sebelum aku menikah dengan Sofia, Mamah bahkan tau bagaimana susah payahnya aku untuk mendapatkan Cakra. Tapi apa? Mamah selalu menghancurkan segala usaha aku."

Bulir-bulir air mata mulai berjatuhan di pipi David, dadanya bergemuruh merasakan sesak ketika ingatan masa lalu memenuhi kepalanya.

"Mamah pikir David tidak tahu, jika selama ini Mamah yang selalu menggagalkan usaha David? David bahkan tau jika mamah yang sudah membuat David kehilangan calon anak David dulu ..." David menarik napas dalam saat sakit kembali hinggap di relung hatinya.

"... tolong untuk kali ini jangan, Mah. Jangan lakukan apapun pada Cakra karena dia satu-satunya milik Karin yang David punya."

David menghapus air matanya kasar, bersimpuh di hadapan sang ibu dengan kepala menunduk. "David mohon, untuk kali ini saja biarkan Cakra bersama David, Mah. Mamah sudah ambil calon anak David, jadi untuk kali ini David mohon jangan ambil Cakra. David bisa gila kalau Mamah melakukan hal itu lagi."

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang