Eros | [6]

8.7K 544 64
                                    




Kangen Eros?

atau Kangen Ayana?

atau Kangen Vange nih? HAHAHAHA

Ketemu lagi kita? gimana perasaan pas bisa baca Eros part 6 ?

***

Eros mengembuskan asap rokoknya ke udara. Ini adalah rokok ketiga yang sudah ia habiskan. Waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi namun ia masih tidak bisa tidur. Membayangkan kekalahannya dengan Mario kemarin malam membuat otaknya membeku dan harga dirinya sangat tercoreng. Ia merasa dihinakan dan direndahkan dengan kalah dari seseorang yang tidak ada apa-apanya di banding dirinya yang hebat ini.

Kefrustrasiannya juga sangat berhubungan dengan apa yang sudah mereka taruhkan. Mario bertaruh pada sahamnya dan Eros menjadikan Ayana sebagai imbalan. Dan sialnya, malam kemarin adalah malam penentuan jika ia harus menyerahkan Ayana pada Mario.

Tidak... Eros tidak begitu peduli pada gadis buta tidak berguna itu. Ia hanya merasa sangat marah dan kesal hingga ingin memukul sesuatu karena harga dirinya baru saja direndahkan. Bisa-bisanya ia kalah balapan? Di dalam kamus Eros, ia tidak pernah ingat memasukkan kata kalah di dalamnya.

Eros menyadari seseorang tengah memasuki apartemennya dan ia membiarkan. Ia masih berdiri di balkon dan menghisap rokoknya yang tersisa sedikit lagi.

"Er? Masih bangun lo jam segini?" suara Kenzi yang terdengar membuat Eros menoleh singkat lalu kembali menghadap ke depan.

Kenzi menaruh tas-nya dan menggabungkan diri bersama Eros setelah meraih salah satu batang rokok dan berdiri di sebelah Eros. Keduanya kini sama-sama mengembuskan asap ke udara.

Kenzi bukannya tidak punya apartemen sendiri. Namun ia adalah yang paling sering tidur di apartemen Eros karena ada saatnya Kenzi merasa butuh teman untuk sekadar bercengkrama? Lalu Eros akan membiarkannya.

"Kenapa lagi, lo?" tanya Kenzi ketika mengetahui bahwa Eros malam ini terlihat berbeda. Tidak biasanya Eros masih terbangun. Meskipun harga dirinya tercoreng pun seperti kalah balapan kemarin, namun Eros bukanlah pria yang suka begadang seperti ini.

"Ga papa." Eros mengembuskan asap rokoknya lagi ke udara.

"Ayana tadi dibawa kabur."

Eros menoleh terkejut. Kenzi yang menangkap terkejutnya Eros terkekeh. "Santai, bukan sama Mario. Kayaknya sama adeknya."

Kenzi mengembuskan asap ke udara. Lalu menghela napas. "Mario besok ke kampus. Mau bawa Ayana."

Eros tidak menjawab. Ia tahu resiko yang harus ia hadapi karena kalah taruhan. "Gue ga peduli."

Kenzi mengangguk seadanya. Seolah ia sudah tahu betul watak dan sifat Eros. "Ya malah aneh kalau lo peduli."

Eros mematikan puntung rokoknya dengan menaruhnya di asbak. Tangannya terulur menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas dan menegaknya sekali tegukan. "Gue tidur dulu."

Kenzi menyahut singkat dan masih berdiri di balkon untuk menghabiskan rokoknya yang baru dimulai memang.

Ketika Eros memasuki kamar entah kenapa perasaannya tiba-tiba aneh. Ia berkata sangat dingin bahwa ia tidak peduli jika Mario akan memiliki Ayana, namun entah kenapa ia sangat terganggu.

"ANJING!!!"

Kenzi mendengar teriakan itu dari dalam kamar Eros dan kemudian ia terkekeh dan menghisap lagi rokoknya kencang.

***

Ayana terbangun dengan badan yang kelelahan. Ia tidak sempat istirahat dan merasa tulangnya benar-benar remuk. Ayana memijit bagian lengannya lalu tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan dari wangi sosok itu, ia tahu Marvel menghampirinya.

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang