Eros | [20]

12.4K 772 274
                                    

Halo persatuan fans2 ENA....😌🩷❤️🩷❤️🩷🩷🩵😌

Siapa senang Eros update setiap hariiii wkwkwkkwkwk.... makasih buat kalian yang masih selalu semangat menanti Eros dan Ayana meski kadang2 suka diajak naik turun perasaannya. HAHAHA🤣🤣🤣🤣🤣🙌🙌

Semoga part ini ga bosenin, ini cuma 2k kata lebih siihhhh agak berkurang.. tapi ga papa yaaaaa aku jamin kalian masih puas kok bacanya....🤭🤭🤭🩷🤭🩷🤭🩷🩷🤭

Happy reading 🩷❤️🩷🖤❤️🩷🩷🩵🩷🩵

.

.

Eros tidak memiliki penyangkalan lain pada hatinya sendiri. Bahwa mungkin benar kalau perasaannya tertarik pada Ayana lebih jauh dari yang ia pikirkan. Awalnya mungkin hanya karena Ayana yang tidak pernah dendam atau marah ketika Eros berlaku kasar dan kurang ajar. Gadis itu masih bisa tersenyum seolah tidak ada apa-apa. 

Mungkin itu yang membuat Eros membuka hatinya lebih dalam untuk tertarik pada Ayana?

Yang jelas, Eros saat ini tahu apa tujuannya. Ia menginginkan Ayana, ia membutuhkan gadis itu untuk menjadi orang yang bisa Eros rengkuh. Namun nyatanya pertemuannya bersama pria bernama Lukman dengan anaknya membuat Eros memasang radar waspadanya.

Ia tidak terlalu bodoh melihat raut wajah penuh semangat papa-nya saat mengenalkan Lukman dan putrinya yang bernama Kiara. Oke, jika hanya sebatas berkenalan saja, Eros tidak akan berpikiran lebih jauh.

Namun siang ini papa-nya malah menyuruhnya untuk mengajak Kiara makan siang, yang mana seharusnya ia berjanji pada Ayana untuk makan siang bersama. Eros sempat menolak dan berkata ada meeting yang harus ia hadiri, namun papa-nya berkata meeting kantor akan ditunda besok.

Jadi Eros tidak bisa menolaknya karena di hadapannya tadi berdiri Lukman yang juga seolah mengharapkan waktu Eros untuk diluangkan bagi putrinya. Akhirnya, Eros menuruti kemauan mereka.

Ia membelah jalanan siang itu dengan mobilnya dengan Kiara yang duduk di sampingnya.

"Lo ada alergi?" tanya Eros tanpa menatapnya dan terus fokus pada jalanan.

Kiara memandang ke arah pria itu dengan senyuman lebar yang tidak bisa ia tahan. Ia menggigit ibu jarinya gugup. Bahkan dengan melihat Eros dengan kacamata hitam itu saja membuat debaran jantung Kiara menggila.

"Aku ga ada alergi, kok. Kak Eros mau ngajak aku makan seafood?"

Eros menganggukkan kepala. "Tapi gue cuma punya waktu dua puluh menit." 

"Kak Eros mau ke mana emang?"

Eros menoleh padanya, menatapnya tajam dari balik kacamatanya. Mendapatkan tatapan tiba-tiba itu membuat Kiara langsung memalingkan wajah gugup. 

"Bukan urusan lo gue rasa."

"Ma-maaf, aku cuma pengen tahu."

Eros memarkirkan mobilnya di area parkiran sebuah restoran dan kemudian turun dari mobil. Kiara juga turun dari sana. Sebelum masuk Eros meraih HP-nya dan menelepon Ayana.

"Halo?"

"Masih nunggu?"

"Masih. Kamu masih lama, ya?"

"Dua puluh menit lagi. Bisa nunggu, ga?"

"Tapi aku udah laper."

Eros menghela napas panjang. "Bareng, Ya."

"Okay...," Ayana menghela napas panjang di sana dan Eros memutuskan sambungan itu.

Kiara mengepalkan tangannya tanpa sadar saat mendengar Eros menyebut nama gadis itu. Sudah jelas siapa yang Eros telepon. Siapa lagi jika bukan gadis menyebalkan itu?

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang