Eros mengusap rambut Ayana yang saat ini berbaring di pahanya, dan ia dengan sangat sabar menyuapkan buah stroberi. Keduanya berada di ruang tamu dengan kondisi layar TV menyala karena Ayana berkata ingin menonton film Doraemon. Eros tidak pernah menyukai film apapun. Dia hanya bertahan di sana sambil menyuapi Ayana dengan tangan lain yang juga memeriksa email pekerjaan dari Rima.
"Aku pengen Doraemon, Er." Tiba-tiba sekali ada celetukan itu dari bibir wanita hamil lima bulan ini.
Ayana kemudian mendongak menatap Eros. "Bellin, dong."
"Boneka?"
Ayana menganggukkan kepalanya. "Tapi mau yang gede."
Bukan perkara sulit sih bagi Eros. Dia bisa dengan mudah mencari hal itu, dan dalam hitungan detik Ayana akan mendapatkannya. Eros... sangat gampang sekali mengabulkan apapun yang Ayana mau. Kehamilan kedua ini, Ayana tidak banyak mengidam memang. Hanya beberapa kali saja dia meminta sesuatu, namun yang masih sangat manusiawi.
Meskipun mengidamnya sangat sederhana. Jujur, saja.... Eros mengakui bahwa kebinalan Ayana di kehamilan kedua sungguh membuatnya kewalahan. Ada kalanya, Eros benar-benar harus membujuk Ayana untuk tidak melakukannya dan hanya tidur. Sangat lama aksi membujuknya.
Eros bukannya tidak suka, dia... sangat suka malahan. Ketika Ayana hamil, wanita itu akan semakin terlihat berkali-kali lipat cantik luar biasa dan menggoda. Namun... Eros tahu bahwa ada waktu di mana Ayana harus benar-benar istirahat yang cukup.
Kehamilan Ayana yang kedua, mereka sepakat untuk tidak mengetahui jenis kelamin calon bayi mereka. Ia tidak mau berharap dan nantinya menyesal. Meskipun kelihatan sekali Eros sangat mendambakan anak perempuan. Tapi dia tidak akan kecewa apapun hasilnya.
"Aku ngerasa udah berat banget, deh. Makanku banyak banget hamil yang kedua ini." Ayana mengeluh. Memang, ia sudah naik lima kilo, dan badannya sangat terasa berat.
"Bagus dong. Dari pada kamu susah makan, dehidrasi, lemes, kurang nutrisi untuk ibu dan bayi. Lebih baik kayak gini, makannya ga susah." Eros mengusap pipinya yang sangat tembam sekarang.
"Oh ya, aku mau cerita, deh." Eros tiba-tiba mengingat sesuatu hal yang sangat ingin ia bagikan dengan Ayana. "Ini tentang Rima."
"Kenapa, Rima?"
"Akhir-akhir ini, Rima tuh suka senyum-senyum sendiri pas lihat HP-nya. Ga kelihatan sedih banget habis cerai. Terus ya... dia tuh kayak tambah ceria banget anaknya."
"Bukannya bagus, ya?" Ayana menegakkan duduknya dan mendekat dalam pelukan Eros. "Mungkin dia udah move on?"
"Tapi aku tuh ga suka dia terlalu cepet percaya sama laki-laki lagi. Dia tuh udah cerai dua kali. Apa dai tuh ga usah dulu mikirin cowok? Fokus ke anak-anaknya aja." Eros mendesah pelan dan menyuapkan stroberi lagi untuk Ayana namun Ayana menggeleng. Dia sudah kenyang.
"Menurut aku malah bagus kalau dia bisa ceria lagi. Ya meskipun yang kamu bilang juga bener. Tapi... bisa aja itu bukan cowok, kan? Bisa aja dia menang lotre?" Ayana dan segala spontanitasnya yang polos itu.
"Sayang...," Eros menarik napas lelah. "Tidur, yuk? Udah malem." Dia sudah terlalu capek jika melanjutkan sanggahan-sanggahan Ayana ke depannya.
Ayana terkekeh. "Tapi film-nya belum habis, Er." Wanita bergelayut manja padanya, dan Eros mulai memandanginya dengan mata curiga.
"Kamu... bisa munduran dikit ga, sih?" Eros memundurkan wajahnya. Radar waspadanya sudah aktif beberapa detik yang lalu ketika Ayana mendekatinya.
Ayana menghela napas kemudian melepaskan gelayutan tangannya dari lengan Eros. "Besok-besok kamu ga usah minta service apapun lagi deh ya dari aku. Kalau hamil, aku tuh capek. Jadi wanita binal, penggoda, aku tuh juga ga suka tahu kayak gini." Ayana tiba-tiba menangis sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
Fiksi Penggemar"Peraturan pertama, Eros tidak pernah salah." "Peraturan kedua, Eros tidak boleh dibantah." "Peraturan ketiga, lo harus nurut dengan aturan pertama dan kedua." - ©️®️ Vange 2023