Eros | [25]

9.3K 588 348
                                    


Terima kasih karena kalian semangat banget buat mencahin target wkwkwkwk.... Jadi bisa ketemu mereka lagi hari ini.

Jadi setelah baca beberapa chapter ini, kalian bisa kasih kesimpulan kalau Eros adalah orang yang ....

Btw seperti biasa, ini 3k kata lebih jadi pasti puaaaaaas banget bacanya. Jadi jangan bosen komeeeeeen yaaaaaa...

vange memantau wkwkwkwk

Happy Reading <3

.

.

Ayana duduk menatap tante Fira dan papa-nya. Kakinya merapat dengan tangan terlipat di atas pahanya. Ia sudah menghindari tatap mereka sebanyak lima kali setelah meminta izin. Sebenarnya Ayana tidak ingin pergi, ia sudah bilang pada Eros kalau ia akan di rumah saja dan mengerjakan tugas. Tapi Eros memaksa dan tetap mengajaknya ke pesta Dika yang ia sendiri tidak tahu siapa pria itu.

Tetapi Eros jadi bad mood seharian di jalan ketika ia tolak. Bahkan ketika di taman, hanya Ayana saja yang merasa senang sedang Eros diam, berwajah datar dan tidak terlihat menikmati jalan-jalan mereka. Jadi Ayana memutuskan untuk mencobanya. Meminta izin untuk pergi ke pesta itu pada papa dan tante Fira. 

"Acara jam sembilan? Apa itu ga kemalaman?"

Ayana menggigit bibir bawahnya. "A-aku pergi sama Eros, kok. Jadi aman." Ayana mencoba mencari pembelaan, alasan dan segala ide yang bisa ia jadikan dasar untuk meminta izin mereka.

"Kamu mau pergi?" tanya papa nampak bingung ketika melihat ekspresi Ayana seolah tidak ada gairah untuk pergi juga.

Ayana mengangguk pelan. Ia mencoba tersenyum tipis, memastikan bahwa ia serius. "Boleh Aya pergi?"

Tante Fira menatap papa dengan anggukkan, tanda untuk memberikan Ayana izin agar pergi ke pesta itu. Lagi pula tante Fira berpikir jika ada Eros mungkin Ayana akan aman dan tidak akan terjadi sesuatu.

Papa menarik napas dan menggaruk pelipisnya. Bingung dan ragu disaat yang bersamaan untuk memberikan izinnya. Pasalnya, Ayana anak perempuan satu-satunya, lalu Ayana masih sangat lugu dan polos, ditambah anak gadisnya terlalu baik. Rasanya sulit untuk mengiyakan permintaan Ayana yang satu ini.

Namun di sisi lain papa-nya senang bahwa Ayana tidak menyendiri di kampus. Ada teman yang mengartikan bahwa Ayana bisa bersosialisasi di sana.

"Valerie ikut juga?" tanya papa lagi seolah masih sangat tidak rela untuk langsung memberikan izinnya begitu saja pada Ayana. Ia harus memastikan dahulu bahwa Ayana akan aman di sana dan pulang dengan utuh.

Ayana hampir tercekat. Tidak. Tentu saja tidak. Valerie tidak ada dalam undangan itu. Namun yang Ayana pikirkan hanyalah mendapatkan izin itu sehingga ia menganggukkan kepala dengan cepat. Lalu kemudian ada rasa menyesal setelah berbohong. 

"Oke. Kalau Valerie ikut, papa izinin. Selesai jam berapa?" 

Ayana tidak tahu selesai jam berapa. "Pokoknya aku bakal pulang sebelum jam dua belas malam." Ayana harus menepati janjinya. Lagi pula akan selama apa acara ulang tahun, sih?

Paling menyanyi... tiup lilin, suap-suapan kue dan sudah... iya, kan? Memangnya apalagi yang bisa dilakukan di acara ulang tahun seseorang?

"Ya udah. Boleh pergi, tapi inget jangan pulang terlambat dan... kasih tahu Eros untuk jagain kamu terus." Papa berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Ayana lalu mengusap kepalanya. "Jangan makan dan minum yang aneh-aneh di sana. Air putih aja." Papa mengingatkannya.

Ayana tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Napasnya mulai normal kembali, setelah sebelumnya ia merasa pasokan oksigennya menipis perlahan-lahan. Ia cukup senang bisa mendapatkan izin itu. Dan lagi, ia juga tidak akan mencoba hal-hal aneh di sana. Ia hanya akan duduk untuk menemani Eros saja. 

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang