Eros | [31]

9K 534 236
                                    


Halooo para pecinta ENA wkwkwk ketemu setiap hari semoga kalian ga capek yaaa wkwkkw. dibawa dengan cerita yang menguras emosi seperti ini hihihih

Ada kejutan di akhir wkwkwk

Happy Reading <3

.

.

Eros terbangun dengan kepala yang berat.... ia merasakan efek hangover akibat semalam. Ia belum bisa mengurangi kebiasaan buruknya yang satu ini memang. Karena menurut Eros apapun akan baik-baik saja jika ia membebaskan dirinya dengan alkohol.

Eros pun duduk di tepian ranjang, melihat bahwa sepatunya berada di lantai dan tertata dengan rapi. Tidak biasanya ia akan melepaskan sepatunya sendiri dan mengaturnya seperti itu. Lalu siapa?

Eros pun bangkit dari duduknya... melepaskan kemejanya dan membuangnya ke sembarang arah. Ia mengganti celananya dengan celana pendek karena merasa cukup kepanasan. Setelah itu ia keluar untuk mengambil air minum.

Namun langkah Eros berhenti setelah menutup pintu. Ia mendengar ada suara dari arah dapur. Seperti suara seseorang memasak. Eros pun berjalan mendekati area dapur dan benar saja. Ia melihat sosok Ayana di sana sedang menyiapkan sarapan.

Eros menggosok matanya. Siapa tahu ia masih ada di alam mimpi... namun ternyata benar. Ia tidak sedang bermimpi. Itu Ayana. Nyata... bisa ia gapai. Jadi, Eros mendekat kepadanya, untuk menyadarkannya bahwa ia benar-benar bisa menyentuh sosok itu.

Eros memeluknya... dan Ayana berjengit. Ia menyandarkan kepalanya di atas bahu Ayana.

"Gue kirain cewek cantik siapa yang ada di apartemen gue pagi-pagi."

Ayana tidak menjawab. Ia menggeser tubuh Eros menggunakan sikutnya dan cukup membuat Eros meringis. "Lo setelah putus makin galak aja."

Tidak ada jawaban lagi darinya sehingga Eros kini cukup kebingungan. Eros duduk di kursi pada meja bar dan menopang pelipisnya dengan satu tangan. "Oke. Gue salah apa lagi kali ini?"

Ayana masih enggan menjawab Eros. Ia berbalik dan menaruh satu mangkuk sop ayam di atas meja. Setelah itu ia mencuci tangannya.

"Ayana...," Eros memanggilnya lembut. 

Ayana memilih meninggalkan pria itu. Ia menuju ruang tamu dan meraih tasnya untuk segera pergi. Eros mengerutkan keningnya dan menyusul Ayana yang sudah membuka pintu dan kini berada di antara akses keluar masuk apartemen itu.

"Lo kenapa, sih?" Eros sedikit kesal. Ia bangun pagi-pagi dengan keadaan lelah, dan cukup senang melihat Ayana di apartemennye menyiapkan makanan. Namun sikap Ayana yang dingin membuat Eros tidak nyaman.

Ayana menepis tangan Eros dan wajahnya cukup dingin. Terlihat bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Lo kenapa? Ngomong, Ya. Jangan diem. Gue ga bisa nebak." Eros mengusap rambutnya ke belakang saking ia frustrasi juga.

"Ada yang kamu sembunyiin dari aku?" tanya Ayana dan kini baru memandangnya. Lurus pada iris mata Eros. Tatapan Ayana terasa jauh... ada sakit yang gadis itu rasakan.

"Apa? Gue ga ngerti." Eros menggelengkan kepalanya. Jujur... jangan mengajaknya tebak menebak karena Eros tidak akan bisa melakukannya.

"Harusnya aku sadar." Ayana kini berlinang air mata. "Aku ga bisa percaya sama kamu."

"Gue ngapain, sih? Ngomong yang jelas!" Eros memegang pundaknya.

Ayana menyingkirkan tangan itu dan menghapus air matanya. "Kita ga usah ketemu lagi."

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang