Eros | [28]

7.5K 544 241
                                    


Gini....

Jangan cepat menarik kesimpulan karena masih ada flashback WKWKWKKWKWK......

Btw banyak yang suka Randu ternyataaaa wah wahhhhhhhh wkwkwk...

Kalau Vange sih... suka Eros ya... soalnya Randu pengecut sama perasaannya sendiri. Ga kayak Eros nih... gerakan cepat dalam tanahhh wkwkwk...

Happy reading yaaaa semoga puas sama chapter ini...

Semoga pada ngertiin Eros. Pada nerima keputusan Eros tanpa dihujat. wkwkwk

<3

.

.

Sebelumnya

Ketika Eros tiba di bandara dari Bali setelah mengurus pekerjaan kantor, Rima sudah sibuk memberikan jadwal pekerjaan Eros untuk seminggu ke depan dan hal itu membuat kepala Eros sedikit penat. Ia sudah cukup frustrasi sebenarnya memikirkan beberapa hal, mengenai kampus, kantor lalu Ayana.

"Bapak mau pulang dulu? Soalnya pak Redi ada suruh bapak buat ke rumah."

Eros mendesahkan napasnya. Ia kelelahan, kurang istirahat dan kini harus bertemu dengan papa-nya dalam kondisi yang benar-benar tidak memungkinkan. Namun Eros menganggukkan kepalanya saja, memberi persetujuan pada Rima agar mereka pulang sebentar.

"Ini, Pak." Rima memberikan satu cup kopi dingin untuk Eros.

Eros menerimanya dan meminum isinya. Namun semua itu tidak memberikan efek apapun padanya. Ia tahu, ia hanya bisa kembali bernapas dengan normal saat melihat Ayana. Melihat gadis yang ia abaikan selama tiga hari.

"Kamu udah reservasi restoran?" tanya Eros pada Rima di sampingnya. Saat ini mereka berada pada mobil yang sama.

"Sudah, Pak. Untuk minggu depan, kan?" tanya Rima dan Eros mengangguk. "Terus... bunganya kira-kira mbak Ayana suka bunga apa?"

"Kasih mawar merah aja."

"Baik, pak."

Tiga puluh menit dalam perjalanan, akhirnya mobil Eros berhenti di halaman rumah orang tuanya. Eros turun bersama Rima di belakang yang mengekor sebagai asisten pribadinya. Ketika Eros masuk ke dalam, papanya sudah menunggu di sana sambil menonton TV.

Di sebelah papa ada mama Lilian yang juga ikut duduk di sana. Mungkin mereka sengaja menunggunya datang. Jadi ketika Eros masuk, mama sempat berdiri untuk menghampiri namun Eros memberikan respons yang tidak nyaman sehingga mama berhenti bergerak ke arahnya.

"Kenapa papa mau ketemu aku?" tanya Eros secara langsung. Tanpa ada salam apapun lagi.

Papa berdiri, mematikan TV dan memandang Eros yang nampak terlihat lelah.

"Ikut papa."

Papa berjalan lebih dulu, lalu Eros mengikuti dari belakang. Tampilannya sangat kusut dengan wajah sangat kurang tidur. Jadi sebenarnya jika papanya hanya akan mengajaknya untuk ribut, Eros sudah tidak memiliki tenaga apapun.

Mereka sampai pada ruang kerja papa-nya. Tanpa dipersilahkan Eros sudah duduk di sofa dan papa-nya duduk di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Eros dengan nada malas.

"Papa tahu kamu ga suka basa-basi, jadi papa akan langsung saja." Papa nampak tenang dan serius. Namun itu yang lebih mengkhawatirkan. Ketenangan seorang tuan Redi Kalangga memiliki banyak artian. "Kamu masih ingat pak Lukman, kan?" tanya papa dan Eros menganggukkan kepalanya.

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang