Eros | [30]

9K 513 336
                                    


Aku sukaaaa ke bar-bar'an kalian dalam voment... nah gitu dong wkwkkwkkw ngegassssssssssss

Jadi semangat ngetik kan aku tuhhhh :))))

Btw....

Kita udah sejauh iniiii.... udah sampe chapter 30

Kira-kira mau ngomong apa sama ENA?????

.

.

Wanita itu berjalan dengan langkah tegap. Memakai celana panjang hitam dengan atasan putih. Ketika orang melihatnya, mereka pasti tahu bahwa ia bukan wanita biasa. Wajahnya tegas, berwibawa. Di sampingnya ada seorang pria dengan jas hitam dan menenteng sebuah tas kerja.

Mereka memasuki lift, naik ke lantai tiga. Ketika sampai mereka berhenti pada meja seorang sekretaris. Ketika melihat wanita itu, lantas perempuan yang menjadi sekretaris tersebut terkejut dan langsung menundukkan kepalanya.

"Selamat siang, bu Fira." 

Seolah Fira bukanlah orang asing untuk karyawan lama yang bekerja di kantor itu. Fira adalah orang yang mereka kenal... mereka segani.

"Redi ada?" tanyanya dengan suara yang jelas. Fira tidak ingin berbasa basi ataupun berlama-lama di kantor ini.

"Pak Redi tidak ke kantor hari ini, bu."

Fira mendesah kasar. "Bilang sama dia saya tunggu di kantor. Saya kasih waktu dua puluh menit. Kalau tidak... dia tahu sendiri apa yang akan terjadi." Fira berucap tegas lalu berjalan tanpa disuruh untuk masuk ke ruangan Redi. 

Ia masuk ke dalam sana bersama pria yang menemaninya. 

Tentu saja pesan Fira langsung disampaikan saat itu juga oleh sekretaris Redi. Ia menelepon Redi sebanyak lima kali sampai akhirnya ada jawaban. Dan ketika pesan itu tersampaikan dengan baik... Fira tersenyum.

Ia merasa masih memiliki pengaruh yang cukup baik untuk membuat Redi takut dan langsung bergegas datang ke kantor.

Redi tiba dan penampilannya terlihat tidak tertata dengan baik. Fira tahu Redi sangat buru-buru jika urusannya menyangkut Fira.

Fira memangku kakinya memandang Redi yang kini duduk di hadapannya. Tatapan keduanya beradu dan menunjukkan watak keras dari keduanya.

"Ada perlu apa kamu sampai jauh-jauh datang ke sini?" tanya Redi mengerutkan dahi. 

"Aku sudah bilang... jangan menyentuh anakku, kan?"

Redi mendesah. "Anak? Fira... apa aku harus memperjelas? Jika Ayana yang kamu maksud... maka harus kamu tahu dia ga ada hubungan apapun sama kamu. Dia hanya anak sambung."

Fira menyeringai. "Kamu membuat semuanya bertambah buruk dengan mengatakan itu."

"Aku ga melakukan apapun sama dia."

"Belum." Fira meraih cangkir teh di meja dan meneguknya. "Dan jika sampai itu terjadi... kamu juga akan hancur."

"Fira...," Redi nampak jenuh. "Dia anak dari perempuan lain."

"Dia tetap anakku. Anak Arifan."

Redi merasa semakin ia mencoba mendesah Fira, maka ia akan semakin terpojok juga. Akhirnya Redi menghela napasnya. Ia merasa sia-sia.

"Aku ga akan sentuh Ayana."

Fira tersenyum. "Lebih baik begitu kalau kamu tidak mau perusahaan ini hancur." Fira meletakkan kembali teh-nya. "Dan... hentikan perjodohan konyol itu."

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang