Eros | [26]

8.6K 507 248
                                    


Halooooooo maaf banget aku ga update kemarin karena bener-bener ada kegiatan dan hari ini pun udah aku usahain update siang atau sore tapi ga keburu karena ada urusan dadakan ini dan itu huhuhu maafin aku..

MASIH SEMANGAT BUAT BACA KAN TAPIIIII??????

INI 3K KATA LEBIH JADI SEMOGA KENYANG

BTW....

SIAPIN HATI YAAAAAAAAA SIAP-SIAPPPPPPPP WKWKWKWK

Happy Reading <3

.

.

Ayana bergerak dengan hati-hati sekali. Ia masih di apartemen Eros menemani pria itu yang hari ini sangat posesif sehingga tidak mengizinkannya pergi. Setelah mengobati tangan Eros, mereka menonton TV sebentar sampai tiba-tiba Ayana mengantuk dan tertidur dalam pelukan Eros di atas sofa. Ayana bangun pukul setengah tiga pagi dan merasakan pelukan Eros sangat erat di tubuhnya. Ia sampai kesulitan bergerak namun akhirnya berhasil menyingkirkan tangan Eros tanpa membangunkan pria itu. Eros nampak sangat nyenyak dalam tidurnya sehingga tidah k menyadari ada gerakan dari Ayana.

Setelah berhasil bangun, Ayana mengambil selimut dari dalam kamar Eros, dan menyelimuti tubuh pria itu. Eros sedikit bergerak namun tertidur kembali. Entah kenapa Ayana terlihat sangat takut sekali Eros akan terbangun, sehingga ia benar-benar menjaga agar tidak ada satu suara pun yang terdengar.

Sebelum pergi, Ayana melangkah sebentar untuk mengambil air minum. Ia mengambil satu gelas dan mengisinya dengan air putih dan menegaknya habis. Ia pun melangkah hati-hati untuk meletakkan gelas itu pada wastafel namun ia berhenti sejenak.

Ia berjongkok dan meraih satu pecahan beling di sudut meja bar. Matanya menyipit memastikan bahwa benda itu sesuai dengan yang ia pikirkan. Ayana pun menatap ke bawah, ke sekeliling lantai. Lalu ia berjalan menuju tong sampah untuk membuangnya. Namun begitu hendak membuang benda kecil itu Ayana melonjak kaget saat tiba-tiba Eros berdiri di belakang dan memeluknya erat.

"Ngapain?" tanyanya dengan suara serak.

"Kamu ngagetin." Ayana masih berusaha menormalkan pacu jantungnya yang berdebar-debar.

"Gue tanya... lagi ngapain disini? Kayak maling aja." 

"Aku ambil minum." Ayana menunjuk gelas di wastafel dengan tangannya. 

Eros mengecup pelipisnya lembut. "Gue panik, bangun-bangun lo ga ada."

Ayana tersenyum dan mengusap-usap tangan Eros yang masih memeluknya. "Oh, ya. Er? Gelas kamu ada yang pecah, ya?" tanya Ayana penasaran.

Eros tiba-tiba menegang dengan pertanyaan itu. Namun kepanikannya ia tutupi sebisa mungkin. Ia harus tenang dan tidak terlihat gelisah. Ia perlahan-lahan melepaskan pelukan itu sampai Ayana berbalik menatapnya.

Ayana menunjukkan satu pecahan di telapak tangannya. Dan Eros mengutuk kebodohannya karena tidak melihat satu pecahan yang tersisa. Bisa-bisanya ia teledor seperti ini?

"Aku nemuin ini di lantai. Bahaya tahu, kalau keinjek gimana?" Ayana membuangnya ke tempat sampah dan Eros masih mematung di tempatnya. "Hati-hati lain kali, ya." Ayana tersenyum dan Eros bisa bernapas lega.

Setidaknya ia masih aman karena Ayana tidak curiga mengenai apapun. Eros perlahan-lahan bisa kembali rileks dan tersenyum. Ia mengusap rambut Ayana lembut. "Lo masih di sini, kan?

Ayana nampak ragu menjawab itu. Jawabannya pasti membuat Eros kecewa.

"Ada pak Rudi di basement. Nungguin aku." Ayana menggenggam tangan Eros dan mengusapnya. "Aku mesti pulang. Aku tadi janji sama papa buat mastiin kamu diobatin."

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang