SIAPA YANG UDAH RINDU EROS AYANA PADAHAL KEMARIN BARU UPDATE ?! ACUNGKAN TANGAN HAHAHAHAHAHA
Happy reading... btw ini 3k kata lebih jadi semoga kalian KENYANG huehehe.....
.
.
Ayana baru saja keluar dari kamarnya pukul enam pagi. Dan di pagi ini, ia sudah mendengar suara tante Fira bersama mbak Asih sedang mempersiapkan sarapan untuk keluarga. Ayana pun bergerak mendekat sambil meraba sekitar. Semenjak tongkatnya jatuh dan hilang, ia belum membeli yang baru karena merasa ia sudah cukup terbiasa tanpa tongkatnya.
Di kampus pun ada Valerie yang membantunya ke manapun tetapi mungkin akan lebih amannya Ayana akan membeli satu lagi untuk memudahkannya beraktivitas seperti biasa.
"Pagi tante Fira." Ayana menyapa setelah tangannya berhasil memegang meja bar.
Tante Fira yang mendapati kehadiran Ayana di dapur langsung tersenyum ramah. "Pagi, sayang. Kok udah bangun aja? Ini hari Minggu lho, libur kan? Tidur lagi aja, nanti bangun pas makanannya udah jadi." Tante Fira selalu ramah, lembut, baik hati dan peduli padanya. Menganggap Ayana seperti anak kandungnya sendiri.
Ia tidak heran mengapa Papanya sangat bertahan menikah dengan Tante Fira.
"Aya mau bantuin aja boleh, ga?" tanyanya pelan karena tahu mungkin agak susah jika ia membantu di tengah kondisi matanya yang terbatas.
Tante Fira tersenyum. "Boleh, kok. Aya duduk disitu, bantuin lap piring sama sendoknya, ya?" Tante Fira memberikan sebuah lap dan tumpukan piring juga sendok yang masih basah untuk Ayana lap agar kering.
Ayana tersenyum dan mengangguk semangat. Ia senang dilibatkan. Ia senang tante Fira tidak merasa terganggu dengan kekurangannya. Ia bahagia bisa mengambil bagian dalam pekerjaan rumah tanpa harus dispesialkan.
"Oh ya! Aya, jadi tante punya kenalan dokter yang bilang katanya ada pendonor. Aya mau coba tes?" tanya tante Fira hati-hati. "Kalau cocok mungkin ini kesempatan Aya bisa lihat dunia."
Ayana masih mengelap piring di tangannya. Wajah nampak berharap namun ragu, lalu juga takut. Takut menaruh harapan besar dan takut akan dikecewakan jika harapannya tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Namun juga berpikir bahwa ini adalah kesempatan?
"Pagi pagi!" Papa baru saja keluar dari kamar dan langsung menghampiri Ayana dan mengecup puncak kepala anak gadisnya sayang. "Rajin banget bangun hari Minggu. Libur lho padahal." Papa memandang Ayana yang masih bingung pada pikirannya sendiri.
Mengerti bahwa raut wajah Ayana tidak seperti biasanya, Papa langsung menatap Tante Fira dan seolah bertanya dari mimik wajahnya.
"Aku bilang kalau ada kenalan dokter aku yang punya informasi buat donor mata. Aku rasa kita bisa coba untuk Aya." Tante Fira menjelaskan pada suaminya.
Papa memandang Ayana yang nampak kalut dengan pikirannya sendiri. Kemudian Papa tersenyum dan menggenggam jemari Ayana lembut. "Aya ga usah takut. Ga usah mikirin apapun. Kalau pun hasilnya ga cocok, kita akan cari lagi. Papa janji ga akan nyerah sama Aya. Papa akan pastiin kamu bisa lihat dunia lagi. Ya?" Papa mengusap lembut jemarinya. Menenangkan, membuat Ayana merasa tenang.
"Jadi Aya mau?" tanya Tante Fira. "Kalau mau tante bisa telepon temen tante sekarang dan kita ke rumah sakit hari ini."
Ayana meremas jemarinya, ada sisa keraguan namun ia ingin berharap kali ini. Jadi biarkan Ayana mengangguk setuju untuk memastikan bahwa harapannya benar.
***
Kata teman-temannya, apartemen Eros seperti kuburan. Sepi, didominasi warna gelap, hitam dan abu-abu kemudian berbau alkoho dan asap dari nikotin yang selalu ia hisap selama ia bisa. Definisi kesendirian yang menyedihkan bisa dilihat hanya dari apartemennya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
Fanfiction"Peraturan pertama, Eros tidak pernah salah." "Peraturan kedua, Eros tidak boleh dibantah." "Peraturan ketiga, lo harus nurut dengan aturan pertama dan kedua." - ©️®️ Vange 2023