EROS | [Extra 1]

9.7K 496 193
                                    


Ruangan itu sesak dengan padatnya tamu undangan. Ada iringan suara seorang penyanyi yang menemani jamuan makan malam juga. Ayana dan Eros duduk dengan tangan yang saling menggenggam. Gaun putih Ayana nampak cantik dan memberikan efek mewah dan anggun saat ia mengenakannya.

Eros menatapnya dari samping, tersenyum lalu meraih tangannya untuk menciumnya singkat. Lalu akan mendekat dan mencium pelipisnya lagi, berakhir pada pipinya yang merah. Ayana menoleh padanya, mengeluarkan kekehan singkat dan balas mencium tangan Eros dengan sopan.

Eros tidak bisa menutupi kebahagiaannya hingga senyumannya merekah sempurna ketika memandang gadis yang masih selalu gagal ia ajak tidur ini akhirnya menjadi istrinya. Istri sah-nya. Eros mendekat, ingin mencium bibirnya namun Ayana menutup mulut Eros dengan telapaknya.

"Jangan dulu. Masih banyak tamu." Ayana berbisik sambil melirik dengan ekor matanya bahwa tamu undangan mereka masih ada di sana dan pasti sesekali memperhatikan mereka di depan.

"Ga sabar." Eros berbisik juga. "Makan kamu."

Ayana menyipitkan matanya. Eros memang suka berucap vulgar, apa adanya, dan mesum. Namun memang mendekati pernikahan kode-kode itu terus berdatangan untuk Ayana. Gombalan dan rayuan Eros hampir ia terima setiap saat.

Seperti terakhir kali Ayana mengingat, saat lamaran Eros mengirimkan pesan yang Ayana tidak duga. Padahal selama mereka berhubungan, Ayana selalu menahan diri untuk tidak melanggar batasan, meskipun Eros terkadang selalu ingin melangkahinya dengan membuat Ayana terlena dengan segala usaha Eros, namun kesadaran dan kewaspadaan Ayana cukup bagus.

Jadi saat menerima pesan itu, Ayana membalasnya juga.

Kamu lagi mabuk? Di saat lamaran kita?

Dan hal itu malah menjadi boomerang bagi Eros yang harus membujuk Ayana untuk memaafkan becandaannya yang diluar angkasa itu.

"Aku lapar, Er." Ayana memanyunkan bibirnya.

"Perlu aku usir semua tamu undangannya ga? Biar kita kelar lebih cepat." 

Ayana tertawa mendengarnya. Ia mengusap pipi Eros sayang dan menggeleng. "Aku bisa tahan sih."

"Aku yang ga bisa tahan." Eros cukup mendesak. Ucapannya sedari tadi akan terdengar ambigu.

"Lapar juga?"

Eros menggeleng. "Aku mau makan kamu. Aku udah bilang, kan?"

Ayana berdecak mendengarnya. "Kayaknya hari ini ga bisa."

"Kenapa?" Eros membulatkan matanya. Tidak terima. Ia tersulut emosi tiba-tiba. "Aku udah nahan ga ngapa-ngapain kamu tiga tahun, Ya."

"Jadi bener kamu nikahin aku karena hal itu aja?"

Eros gelagapan mendengar pertanyaan Ayana yang balik menyudutkannya. "Y-ya ga gitu juga. Aku nikahin kamu karena cinta. Ini hanya alasan kecil aja, kok."

"Halah, alesan doang."

"Aku ngomong jujur." Eros tidak terima bahwa Ayana tidak mempercayai ucapannya. "Aku cinta sama kamu. Serius. Di dalam hubungan ini kan yang paling kecintaan aku doang?"

"Maksud kamu aku enggak cinta?"

Eros mengedikkan bahunya membuat Ayana kesal dan merotasi bola matanya. 

Akhirnya, berjam-jam menjadi Raja dan Ratu dalam semalam, acara pernikahan mereka berakhir. Para tamu undangan pamit pulang, tersisa keluarga dan teman-teman yang kini sibuk bergantian untuk berfoto.

"Duh, lo awas dulu, Val!" Ravin masih beradu mulut dengan Valerie. "Orion dulu yang foto sama pengantin!" sejak tadi mereka sudah berargumen untuk menentukan siapa yang berfoto lebih dulu.

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang