HEEHHHHHHHHHH INI KENAPA SETIAP CHAPTER MAKIN NAIKKK KOMENNYAAAA SIHHHHHHHHHHHH 😭😭😭🫶🫶🩷🩷🩷🩵🩵🩵🩷🩵
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Aku sangattttt terkejoooddh loh dengan komen ini) 😭😭🙌🙌🙌
KOMEN CHAPTER KEMARIN PADAAA NGERIIII BANGET ASELIIII.... KALIAN TUH YAAAAAAAAA HUHUHUH JADI SAYANG BANGETTT DAN SEMANGAT BUAT NGETIK TERUSSSSSSSS🥲🥲🩷🩷🩷🩵🩵🩵🩵
MAKASIH BANYAK BUAT ANTUSIASNYAAAAA SENENG BANGET KALIAN AKTIF KOMEN DAN VOTE CERITA INI....🥹🥹🥹🥹🥹🩷🩷🩷🩷
MAKASIH JUGA UDAH MENCINTAI EROS DAN AYANAAAA SEBANYAK INIIII🩵🩵🩵🩵🥹🥹🥹🩵🥹🩵🥹🩵
Happy Reading semuanyaaaaahhhh💓💓💓💓
.
.
Eros menatap langit-lagit kamarnya sambil menggunakan tangannya untuk menyanggah kepalanya. Sudah pukul setengah tiga pagi namun ia belum bisa tidur dan hanya miring ke kanan dan kiri mencari posisi nyaman untuk berbaring.
Ia tampan, kaya, berkuasa, ketua Orion dan memiliki tubuh yang pasti membuat pria lain iri padanya. Ia sedari tadi tidak berhenti memuji bagaimana ia dilahirkan sangat sempurna dan segala kelebihan yang ia miliki.
Ya, segala kelebihan itu benar-benar membutakan setiap mata pastinya. Pesona Eros sangat luar biasa, hingga meskipun ia suka menindas orang lain, pasti masih banyak wanita-wanita yang sangat rela direndahkan oleh Eros demi mendapatkan perhatian pria itu.
Namun.... semua kuasa dan kelebihan yang ia miliki ternyata tidak mampu menunjukkan bahwa ia bisa memiliki apapun di dunia ini.
Ayana diam cukup lama dan Eros menyeringai penuh arti. Ia tahu, pasti saat ini Ayana sangat terharu dan bersyukur bahwa Eros mengajaknya berpacaran di saat kondisi Ayana sendiri tidak memungkinkan untuk mendapatkan pacar.
Iyalah, siapa lagi pria tampan kaya raya yang ingin berpacaran dengan Ayana jika bukan Eros?
"Ga usah terharu gitu. Gue tahu lo pasti mau nangis tapi---"
"Er...," iya menyahut membuat Eros menoleh padanya. "Kamu bakalan marah?"
"Maksud lo?"
"Kamu bakalan marah ga kalau semisal aku tolak?"
Pertanyaan itu membuat tubuh Eros membatu dengan rasa sesak. Seperti sebuah petir yang baru saja menyambarnya dengan cepat. Apa ia baru saja mendengar penolakan? Penolakan dari seorang Ayana? Sungguh, Eros seolah tidak sudih memungut harga dirinya sendiri yang sudah ia jatuhkan begitu jauh.
"Lo selain goblok, udah gila? Ga waras?"
"Eros...," panggilnya dengan suara pelan dan gugup. Ia takut sekali berbicara pada pria itu saat ini.