Ada yang menunggu Eros tida nich? :)
.
.
Kepulan asap rokok memenuhi markas Orion, bau minuman keras juga sangat kuat tercium bagi siapapun yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di sana. Orion bukanlah tempat suci yang hanya berisi sekelompok pria dengan tawa dan kebahagiaan di sana. Orion mengerikan itulah fakta yang mereka tahu.
Sekalinya memasuki markas itu, beberapa orang akan merengek sebisa mungkin untuk dibebaskan. Dan hari ini, markas itu kembali ricuh melihat Eros membawa seseorang memasuki markas mereka.
Ayana memeluk tas Eros sambil berjalan dengan tongkat penuntunnya, dan saat memasuki markas itu, Ayana langsung menutup hidungnya sendiri sambil terbatuk-batuk. Eros tidak menggubris tersiksanya gadis itu saat ini.
Eros pun mengambil posisi untuk duduk di sebuah sofa single dan diikuti oleh yang lain.
"Er? Gadis buta macam dia ini emang bisa lo suruh apa sih?" tanya Kenzi.
Tentu saja mereka suka menindas yang lemah, namun melihat Eros memilih seorang gadis buta yang sudah jelas tidak akan terlalu berguna untuk menjadi kacung mereka adalah hal yang mengherankan untuk lainnya.
Eros memandang Ayana yang nampak ketakutan dan panik. Ia ketakutan sampai tubuhnya bergetar masih memeluk tas Eros.
Eros pun meraih satu batang rokok dari tempatnya dan menyelipkannya di antara bibir atas dan bawahnya lalu menyalakan benda tersebut dengan cepat. Eros menghisap rokoknya dan membuang asapnya.
"Nama lo siapa barusan?"
"A-ayana."
"Ayana..., jurusan?"
"Jurusan sastra inggris."
Eros menganggukkan kepalanya lalu berdiri dan menghampiri gadis itu. Eros berdiri di depannya sambil masih menghisap batang rokoknya lalu dengan sengaja membuang asapnya ke depan wajah Ayana membuat Ayana meringis karena asap itu memasuki matanya.
"Boleh jauhan dikit ga merokoknya?" pinta Ayana membuat Ravin langsung membekap mulutnya menahan tawa.
Ayana ini memang kelihatan sekali gadis yang polos dan lugu. Dan memang sangat langka menemukan gadis seperti Ayana di kampus mereka yang sudah terisi dengan gadis-gadis gaul lainnya.
"Lo masih ingat kan jabatan lo saat ini?" tanya Eros sambil menyentuh ujung rambut pendek Ayana. "Lo kacung gue. Dan seorang kacung ga boleh ngebantah ataupun protes mengenai apa yang majikannya lakukan. Mulai saat ini, lo ga punya harga diri." Eros mendorong kepala Ayana dengan telunjuknya.
Ayana menahan desakan air mata yang hampir keluar sekuat tenaga. Ia harus bertahan untuk tidak menangis di hari pertama ia masuk kuliah. Ia harus kuat seperti janjinya kepada Ibu-nya sebelum meninggal.
"Sebenarnya salah aku di mana? Aku hanya ngomong kebenaran!" Ayana tiba-tiba protes saat Eros sudah berbalik badan untuk kembali duduk.
Mendengar cicitan Ayana langsung membuat Eros membalikkan tubuhnya dan tertawa mendengarnya.
"Eh! Lo semua denger ga dia bilang apa?" ucap Eros dengan keras pada seluruh orang yang ada di markas mereka.
"Produk original emang beda, ya?" celetuk Danve yang diberikan acungan ibu jari dari Ravin.
Eros pun menghisap lagi rokoknya sebelum akhirnya melepaskannya dan menjepit batang rokok itu di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. "Lo ga salah kok. Lo emang maha benar banget." Eros tertawa kemudian menepuk-nepuk pipi Ayana namun gadis itu segera mundur untuk menghindari Eros.
KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
Fanfiction"Peraturan pertama, Eros tidak pernah salah." "Peraturan kedua, Eros tidak boleh dibantah." "Peraturan ketiga, lo harus nurut dengan aturan pertama dan kedua." - ©️®️ Vange 2023