Eros | [1]

22.3K 741 72
                                    


Eros...

begitulah nama yang disegani... nama yang ditakuti di setiap kampus yang ada di Jakarta. Jika Eros ada maka hanya ada tangisan, ketakutan, rintihan yang tercipta. Eros sudah sangat terkenal di setiap jurusan.

Pria berdarah dingin yang suka membunuh lewat tatapannya itu memiliki kekuasaan untuk bisa membuat orang menyembah dan tunduk padanya. Eros sangat kaya, bahkan jika ada yang bisa melebihi kata kaya, maka Eros akan menyandangnya.

Ia kuliah di jurusan bisnis dan otaknya sangat tidak diragukan. Kampus Kalangga adalah salah satu kampus bergengsi di Indonesia, dan kampus itu adalah milik keluarga Eros. Jika ingin menjabarkan kekayaan Eros, mungkin membutuhkan kesabaran, karena ia terlahir dengan dipenuhi kekayaan yang berlimpah.

Eros memiliki circle pertemanan yang memiliki banyak anggota, namun hanya beberapa yang merupakan teman dekatnya. Ada Kenzi, Danveros, dan Ravin. Ketiga pria itu bisa dibilang anggota inti dari gang Orion.

Orion adalah sebuah komunitas di mana pria-pria disana melakukan pergaulan bebas, wanita, narkoba, minuman keras, nikotin dan hal lainnya yang tidak bisa dibilang manusiawi. Eros adalah ketua dan pemimpin, dan orang lain sudah tahu jika Eros sudah memberikan satu kalimat maka itu pasti terjadi.

Tidak pernah ada yang berani pada Eros. Tidak satu pun bahkan dosen dan rektor bahkan petinggi-petinggi lainnya di kampus Kalangga tidak pernah menegurnya. Eros selalu lolos dari setiap hal keji yang ia lakukan.

"Berlutut." 

Eros menghisap rokoknya dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya, kakinya dipangku dan menatap lurus pada sosok yang sedang menangis sambil mulai menunduk dan berlutut di depan Eros.

"Ada dua hal yang gue sukai." Eros bersuara dingin membuat seseorang di bawah kakinya semakin menangis sejadi-jadinya. "Yang pertama, gue ga suka ngomong panjang lebar. Tapi lo... baru aja buat gue ngomong sebanyak ini." Eros menghisap lagi rokoknya dan mengembuskan asap rokok itu ke udara.

"Nama lo siapa tadi?" tanya Eros dengan nada malas.

"Ba-bagas, kak." Ia terbata, bibirnya bergetar dan tangisannya masih deras membasahi pipinya.

"Bagas...," Eros menggumamkan nama itu. Eros tertawa sinis dan membuang batang rokok yang sisa sedikit ke bawah dekat dengan posisi berlutut Bagas. "Tugas lo apa selama ini?"

"Ka-kacung, kak." Bagas masih menangis.

"Kacung." Eros menganggukkan kepalanya lalu menoleh ke samping melihat ke arah Ravin yang duduk di sebelahnya. "Rav? Lo pernah lihat kacung yang berani nyuri barang majikannya ga?" tanya Eros dan hanya dijawab tak acuh oleh Ravin.

Ravin pun menatap Bagas, sudah jengah sebenarnya dengan aksi Eros yang menurutnya membuang waktu. "Udahan napa, Er? Gue capek banget ngelihat dia nangis." Ravin mengacak rambutnya frustrasi.

Eros menghela napas. "Harusnya lo bangga menjadi kacung gue. Ga semua orang bisa mendapat pekerjaan mulia kayak gini, Bagas." Eros mencondongkan tubuhnya dan menepuk pundak Bagas yang makin bergetar.

Bagas sungguh tertekan berada pada situasi ini.

"Matiin rokok gue."

Bagas mendongak menatap Eros. "Ya?"

"Tuli, lo sekarang?" Eros mengangkat alisnya.

Bagas menggeleng cepat. Kemudian berdiri untuk bersiap mematikan puntung rokok menyala yang Eros buang di dekatnya. Baru saja Bagas akan menginjaknya, Eros menghentikan. "Gue ga ada suruh lo nginjek."

Bagas menatap Eros makin bingung. "Te-terus dimatiinnya gi-gimana, kak?" tanya Bagas takut.

"Pake tangan lo. Diteken, sampe mati." Eros menatapnya lewat kacamata hitam itu dan kemudian ada senyuman iblis yang ia keluarkan.

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang