Setelah acara kelulusan angkatan Ayana sebulan yang lalu, Ayana memang sudah mempersiapkan diri untuk memilih tempat kerja mana yang mau ia masukan lamaran. Sebenarnya jika ia mau, Eros menawarkan posisi yang cukup bagus di kantornya. Ya... sekretaris pribadi yang kerjanya hanya duduk di sebelah Eros dan melayani Eros jika sedang 'ingin'.
Dan apakah Ayana mau? Tidak. Ayana tidak akan pernah mau melakukan hal itu. Meskipun jika ia masuk ke kantor Eros dan diberikan pekerjaan yang normal pada umumnya, tetap saja ia tidak bersedia.
Ada empat perusahaan yang Ayana sudah cari tahu dan mungkin ia akan memasukkan CV-nya ke empat perusahaan itu dan melihat manakah yang akan menerimanya.
"Er...," Ayana melongokkan kepalanya memasuki ruang kerja Eros dimana pria itu masih berada di sana untuk bekerja.
"Kenapa?" serius sekali pria ini. "Ga ngantuk?" Eros melihat jam dinding dan menunjukkan pukul dua belas malam. "Sini...," panggilnya dan Ayan masuk ke dalam dengan kaki dijinjit. Eros sampai terkekeh melihat gemasnya istrinya ini.
"Duduk sini." Eros menepuk pahanya.
"Aku narik kursi aja."
"Sini, Ya."
Oke. Ayana harus menurut, kan? Jadi Ayana bergerak duduk di pangkuannya secara menyamping dan kemudian ia mendapat kecupan di bahunya. Eros gemas sekali dengan piyama bergambar karakter kuromi ini.
"Kenapa belum tidur?"
"Kamu sibuk, ga?" tanya Ayana sedikit tidak enak hati jika harus mengganggu pekerjaan Eros.
"Selalu ada waktu kalau untuk kamu." Eros tersenyum dan mengusap rambutnya lembut. "Kenapa, sayang?"
"Minta tolong boleh?"
"Apa?" Eros menaikkan alisnya.
"Kamu kan bos, ya? Udah biasa meriksa CV gitu, kan? Jadi... aku boleh minta tolong periksain CV aku, ga?" Ayana memberikan map kecil di belakang tubuhnya untuk Eros revisi.
"Suami kamu udah kayak dosen ya...," Eros menyindir dan Ayana tertawa. "Lagian kenapa sih mau repot-repot kayak gini? Aku udah bilang, masukin CV ke kantorku, langsung aku approve, Ya." Eros menengadahkan kepalanya sambil memijat keningnya.
"Aku ga mau."
"Ga maunya kenapa?"
"Aku ga suka orang-orang mikir aku keterima karena orang dalam."
"Aku tuh jadi kesel lho kamu sibuk nyari kerjaan di saat suami kamu bisa kasih kamu kerjaan." Eros menghela napasnya. "Dan... sebenarnya kamu kenapa kerja juga? Kamu cukup diam di rumah dan nunggu aku kasih uang, Ya. Aku kerja buat kamu juga."
Ayana menggigit bibirnya. Ia meremas jemarinya sendiri. "Aku pengen nyari pengalaman juga, Er." Ia menghela napas. "Kamu jadi bantuin aku ga? Soalnya dari tadi ngomel mulu." Ayana cemberut.
"Dapat upah ga nih tapi?"
Ayana mencium bibirnya cepat. Dan Eros mengerjap. "Yang minta cium siapa?"
"Katanya minta upah?"
"Tapi yang bilang upahnya cium siapa?"
"Ga ada. Inisiatif, soalnya kamu suka ciuman."
Eros bisa gila melihat kepolosan Ayana yang menggemaskan. Bagaimana bisa istrinya ini masih terlihat sama seperti tiga tahun yang lalu?
"Nanti aku pikirin dulu upahnya." Setelah berkata seperti itu, Eros membuka CV yang Ayana berikan. Membacanya dengan teliti lalu merevisi bagian yang harus ditambahkan dan bagian yang tidak usah ditulis di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
Fanfiction"Peraturan pertama, Eros tidak pernah salah." "Peraturan kedua, Eros tidak boleh dibantah." "Peraturan ketiga, lo harus nurut dengan aturan pertama dan kedua." - ©️®️ Vange 2023