Eros | [8]

8.6K 650 84
                                    


Ketemu Eros dan Ayana lagi nih.... seneng, ga? hihihihi

Emot yang cocok buat Eros kira-kira apa nih?? 

.

.

Ayana sudah keluar dari rumah sakit, kata dokter Ayana harus lebih memperhatikan diri sendiri dan juga istirahat yang cukup. Ayana hanya mengiyakan meski ia tidak tahu apakah saat bersama Eros ia masih mengingat istirahat atau tidak. Ayana saat ini juga sudah kembali masuk kuliah, teman satu jurusannya banyak berkata bahwa Eros sering sekali lewat di depan kelas mereka dan Eros semakin terlihat mengerikan semenjak Ayana tidak ada.

Ayana tersenyum saja, di dalam hati Ayana yakin Eros semakin terlihat mengerikan karena tidak ada orang yang bisa ia jadikan mainan lagi seperti Ayana. Dan saat ini, Ayana sedang duduk di tribun lapangan basket memegang air mineral dan handuk kecil berwarna putih. Ayana ikut menurut saja ketika Eros mengajaknya ke manapun dan menyuruhnya memegang benda.

Patuh, itulah yang Eros butuhkan dari Ayana.

Ayana tidak bisa melihat pertandingan basket itu, yang jelas ia tahu Eros sedang berada di lapangan. Sehabis jadwal kuliahnya berakhir, Ayana hanya diam mengikuti perintah Eros. Dari membelikannya rokok dan memegang tasnya Ayana lakukan.

Ayana sempat terkejut ketika Eros mencari tahu tentang jadwal kuliahnya. Ia tahu kapan Ayana selesai dan mata kuliah apa yang Ayana pelajari hari ini. Semua itu Eros pantau dengan baik membuat Ayana bergidik ngeri mengetahuinya.

"Hai... sorry ganggu." Suara seorang pria membuat Ayana terusik sehingga ia menoleh ke arah sumber suara.

"Iya?" tanya Ayana ramah.

"Lo disuruh Eros untuk beliin cemilan."

Ayana mengerutkan dahi. "Tapi Eros bilang aku disuruh duduk sini. Ga boleh ke mana-mana. Kalau aku pergi nanti dia marah-marah." Ayana ingat sekali ancaman Eros yang berkata bahwa ia benar-benar akan meremas kepala Ayana jika gadis itu menghilang dari hadapannya.

"Tapi ini seriusan, kok. Eros nyuruh lo beliin dia cemilan nanti balik lagi." Ia masih terdengar meyakinkan.

Ayana menggigit bibir bawahnya. "Beneran, kan?"

"Iya. Beneran."

Ayana pun mengangguk dan meletakkan air dan handuk di atas tas Eros yang berada di sampingnya kemudian berjalan bersama pria asing itu untuk pergi. Ia hanya tidak mau mengundang masalah jika menolak perintah Eros. Ayana percaya dan mengikuti arahan pria yang saat ini memegang jemarinya dan membawanya pergi. Menuntunnya entah ke arah mana. Sejujurnya Ayana masih agak ragu namun mengingat Eros memang memiliki banyak anggota yang kerap kali juga datang kepadanya untuk menyuruh ini dan itu, Ayana akan berusaha percaya.

"Kita lewat mana, ya? Kok sepi? Aku ga bisa denger suara apapun di sini," ujar Ayana kebingungan karena suara keramaian sama sekali tidak ia dengar dan semakin hening.

Pria itu diam saja tidak menjawab dan lebih mengeratkan genggamannya pada tangan Ayana agar gadis itu tidak bisa memberontak dan melepaskan diri.

"Tunggu! Ini kita lewat mana?!" Ayana meninggikan suaranya panik dan kini berusaha menarik tangannya untuk lepas.

Mendengar Ayana yang mulai berteriak membuat lelaki itu langsung mendekap mulut Ayana dengan kencang. Sampai di suatu gudang yang sepi dan tidak terpakai ia membuka pintu dan mendorong Ayana masuk secara paksa.

"Sial!" lelaki itu memejamkan matanya sambil memandang Ayana dengan tatapan liarnya. 

Sejak hari pertama ia melihat Ayana, tatapannya pada gadis itu mulai menginginkan lebih. Ia selalu ingin menyentuh Ayana lebih dari menggenggam. Selama ini ia selalu dipandang sebelah mata karena wajahnya yang tidak tampan seperti Eros, Danve, Kenzi dan Ravin. Ia selalu dihina secara fisik dan mental. Namun Ayana, gadis buta itu tidak akan memandangnya sama dengan yang lain, karena Ayana tidak bisa melihat wajahnya.

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang