Eros | [12]

9.5K 737 249
                                    

Satu kata buat kalian... SANGARRR banget. 😭😭❤️‍🔥😭❤️‍🔥

Kemarin baru update cepet banget tembus 100 komen HUUHUHUH, jadi terharu banget kalian sesayang itu sama Eros dan Ayana...🥹🫶🩷

Terima kasih yaaa 🫶🩷🥹

Jadi... silahkan membaca chapter 12 yang baru banget keluar dari oven wkwkwk...❤️‍🔥

Komen Vote jangan lupa jugaa... biar jari vange kenceng nih ngetiknya :)🖤🖤

Oh ya, ini tingkat kebangsatan circle Eros

1.EROS

2.DANVE

3.KENZI

4. RAVIN

Jadi yang paling bangsat emang Eros habis itu Danve ya wkwkwk...

.

.

Ayana duduk di ruang tamu di sisi lain papa dan tante Fira juga Marvel sedang memandangnya tidak mengerti. Keputusan Ayana melepaskan pendonor itu tentu saja membuat mereka kecewa. Tetapi meskipun kecewa, mereka paham betul Ayana lebih merasakan kecewa dari pada apa yang mereka rasakan.

Entah mengapa, kadang mereka merasa Ayana terlalu baik, sangat baik. Sekali saja mereka menginginkan Ayana untuk egois dan mementingkan dirinya sendiri.

Ayana sudah diam sejak tadi, ketika papa berbicara ia hanya menunduk dan tidak membalas apapun. Ia tahu papa sangat marah dan kecewa atas keputusannya dua hari yang lalu. Padahal ini merupakan kesempatan yang Ayana dan mereka semua tunggu.

"Aya... cari pendonor itu sangat sulit, sayang. Pendonor mungkin ada, tapi belum tentu cocok." Tante Fira berdiri mendekati Ayana dan duduk di sebelah gadis itu. Ia mengusap rambut Ayana lembut. "Tante paham kalau Ayana ingin berbuat baik, tapi... untuk sekali dalam hidup kita harus bisa egois juga, Ya."

Marvel menghela napasnya. Tidak menyangka bahwa kakak tirinya ini menyandang predikat malaikat ternyata. "Kak Aya juga punya masa depan kayak dia. Bukan berarti karena dia seorang atlet jadi harus didulukan." Marvel juga greget sekali mendengar cerita itu. 

Jika ia menjadi Ayana, masa bodoh meskipun itu anak pejabat sekali pun. Mereka yang mendapatkannya pertama kali, tentu saja tidak boleh dilepaskan begitu saja.

"Papa hanya ingin yang terbaik buat kamu." Papa kembali membuka suaranya setelah diam sehabis menceritakan segala kejadian hari itu. "Mereka harusnya---"

"Boleh Aya ngomong?"

Papa terdiam ketika suara Ayana terbuka. Mereka memandang Ayana serius sedang gadis itu meremas jemarinya gelisah. "Aku mau ngelihat lagi, aku ga main-main. Kalau dibilang aku capek banget pa hanya melihat gelap selama satu tahun ini. Tapi... aku melihat dia lebih putus asa dari aku. Dia ga bisa bertahan tapi aku bisa. Jadi aku ga mau terima donor itu kalau harus menghilangkan nyawa seseorang."

"Kak... urusan dia bunuh diri atau enggak itu bukan urusan kakak." Marvel mengusap wajahnya frustrasi.

"Tapi aku ga mau hidup dalam penyesalan. Kalau aku terima dan dia beneran bunuh diri, aku merasa tertuduh." Ayana menundukkan kepala dan air matanya jatuh. "Aku juga pengen lihat lagi. Pengen lihat wajah papa, tante Fira sama Marvel. Aku bahkan berusaha banget untuk ga lupa sama wajah papa." Ayana terisak dan tante Fira memeluknya sambil mengusap punggungnya sayang.

EROS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang