Hallooooooo makasih banyak udah nungguin aku updateeeeeee wkwkwkwk 😂😂😂😂😂
Hari ini agak lambat dikit ya update-annya, semoga masih semangat nunggguuuuuuu dan jarinya masih semangat buat komen dan vote....🩷🩵🩷🩵🩷🩵🩷🩵🩷🩵
Sudah siapkan hatinya lagi hari ini? Siap diguncang oleh Eros gaaaa???? WKWKWKWK🤭🤭🤭🤭🤭
Happy Reading yaaahhh🩷🩷🩷🩷🩷
.
.
Kenzi baru saja mengucapkan terima kasih pada seorang pelayan yang membawakan pesanannya, yaitu satu gelas rum scotch dan ice Americano. Ada dua sepiring waffle juga di sana. Jelas sekali Kenzi sedang menunggu seseorang. Ia melihat jam yang melingkar di tangannya dan sudah lewat lima menit namun tanda-tanda seseorang yang ia tunggu itu belum juga muncul.
Kenzi menghela napas lalu memilih meneguk minumannya duluan. Tidak lama setelah itu, seseorang menepuk pundaknya dan berjalan melewati sisinya untuk duduk di hadapannya. Kenzi berdecak sebal.
"Janjian jam berapa, datangnya jam berapa. Tai emang." Kenzi menggelengkan kepala yang disambut kekehan kecil dari Danve.
"Lo mesenin gue apa?" tanya Danve dan Kenzi menunjuk menggunakan tatapannya.
Danve mengangguk-angguk lalu meraih gelas itu dan meneguk isinya. "Gue agak gimana sih ya sebenarnya nongkrong cuma berdua di caffe kayak gini. Takut dikira homo gue tuh." Danve menghela napasnya lalu meneguk minumannya lagi. "Tapi berhubung dua orang lainnya sedang mengalami tantrum... yah ga ada pilihan lain."
Kenzi merespons ucapan Danve dengan tawa yang menggelitik. Ia sempat mengumpat karena merasa ucapan Danve ada benarnya juga. Dalam sejarah pertemanan mereka yang bukan hanya satu dua tahun ini, Eros dan Ravin memang seringkali terlibat perkelahian. Dan lebih banyak adalah Ravin yang memulainya.
Mereka memang sepakat bahwa di antara mereka, Ravin adalah yang paling kekanakan dan suka mencari gara-gara. Entah itu pada Eros, Danve ataupun Kenzi. Jadi pertengkaran mereka kali ini tidak lagi mengejutkan untuk Danve dan Kenzi.
"Lo udah coba ngomong sama Eros?" tanya Danve kemudian memotong waffle milik Kenzi tanpa izin dan menyuapkannya ke dalam mulut.
Kenzi menggelengkan kepala. "Gue juga ga tahu mau ngomong apa." Kenzi meneguk lagi minumannya. "Gue udah ingetin Eros jauh-jauh sebelum ini. Ga usah ngeladenin Ravin, nanti kalau dia kena batunya ribet sendiri. Bener, kan?"
Danve membuang napas ikut frustrasi dengan permasalahan ini. "Tapi gue malah penasaran, deh. Eros bakalan pilih Orion atau Ayana."
"Dari pandangan gue sih kayaknya Orion, ya. Masalahnya Eros yang bangun Orion dari nol dan sekarang udah sebesar ini. Lo coba lihat, di seluruh Jakarta anggota Orion yang paling besar, dan semua orang ga ada yang berani macem-macem sama Eros." Kenzi memberikan pandangannya yang membuat Danve mengernyitkan dahi.
"Tapi kata gue kok enggak, ya?"
"Maksud, lo?"
Danve meneguk minumannya sebentar. "Kata gue Eros pilih Ayana."
"Lo mau taruhan sama gue?" Kenzi memberikan penawaran. "Ga usah aneh-aneh. Cukup minta stok nomor cewek lo aja gue mah."
Danve melempar sedotan yang berada di gelasnya pada Kenzi dan pria itu tertawa. "Anjing."
"Ga usah lah taruh-taruhan. Kita lihat aja nanti." Danve terkekeh dalam ucapannya.
Kenzi tergelak, kemudian mengingat ucapan Ravin ketika pertengkarannya dan Eros terjadi. "Dan...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
Fanfiction"Peraturan pertama, Eros tidak pernah salah." "Peraturan kedua, Eros tidak boleh dibantah." "Peraturan ketiga, lo harus nurut dengan aturan pertama dan kedua." - ©️®️ Vange 2023