Ayana sudah menyampaikan bahwa ia akan keluar dengan Valerie di hari Minggu... dan Eros mengizinkannya. Meskipun harus ada drama Eros yang menolak dulu dan Ayana harus merayu... akhirnya izin itu diberikan.
Valerie melambaikan tangannya cepat saat melihat Ayana memasuki kafe tersebut. Ayana memakai midi plaid dress berwarna kuning cerah. Ayana tersenyum senang bertemu Valerie hingga ada aksi cium pipi kanan dan kiri dari mereka.
"Val... aku kangen sama kamu. Udah hampir tiga bulan ga ketemu setelah acara kelulusan. Kamu kemarin dari Jogja, ya?" Ayana sudah mencercanya dengan berbagai pertanyaan.
Valerie tertawa dan mengangguk. Ia memberikan paper bag untuk Ayana. "Buat, lo."
"Makasih...," Ayana menerimanya dengan haru, sangat senang mendapat hadiah itu. "Kamu apa kabar?"
"Gue baik." Valerie tersenyum dan bersamaan dengan itu seorang pelayan menghampiri mereka untuk mencatat pesanan. Setelah melakukan pemesanan mereka melanjutkan obrolan. "Lo... gimana? Baik-baik kan sama Eros?" tanya Valerie penasaran setelah tiga bulan hanya berhubungan lewat whatsapp saja.
"Aku baik. Eros juga baik. Oh, ya... kamu sama Danve apa kabar?"
Valerie tersenyum kecut. "Gue putus sama Danve. Kayaknya... udah bener-bener putus deh, Ya. Ga bisa balikan lagi."
Ayana terkejut mendengarnya. Tentu saja. Beberapa kali Valerie sempat berkata putus, namun baru kali ini wajahnya terlihat sedih dan putus asa. Ayana pun menggenggam jemari Valerie dan mengusapnya lembut. "Kenapa? Kalian ribut lagi?"
Valerie menggeleng pelan. Ia tertawa sedikit hambar. "Kita malahan putus baik-baik, kok. Mungkin kayak... mau istirahat dulu, jernihkan pikiran masing-masing. Kita sadar terlalu sering debat ga jelas."
Ayana menganggukkan kepalanya. Mencoba memahami perasaan Valerie. "Kamu boleh sedih, kok. Aku bakalan peluk kamu." Ayana tersenyum dan Valerie tergelak mendengarnya.
"Gue udah ga sedih, kok. Gue ikhlas, karena kita berpisah baik-baik." Valerie tersenyum, berusaha tegar mengatakannya, meskipun di dalam hatinya sendiri masih sangat berat untuk merelakan apa yang ia dan Danve alami.
Ayana tersenyum juga. Sedikit lega bahwa Valerie bisa menguatkan dirinya sendiri. "Jadi sekarang kamu kerja di mana?"
"Jadi... bokap gue tuh punya bisnis di Jogja. Nah kemarin gue di suruh ke sana untuk lanjutin gitu. Jadi sepertinya... gue bakal sering bolak balik Jakarta Jogja."
Ayana menganggukkan kepalanya paham dengan bibir yang membentuk huruf 'o' kecil.
"Terus lo sendiri gimana? Udah magang?"
"Udah." Ia terlihat semangat sekali. "Aku magang di kantor kecil, sih. Udah tiga bulan... tapi aku seneng banget kerja di sana. Bos-nya baik, terus temen kerjanya pada ramah-ramah semua."
"Eros ga marah lo kerja di perusahaan lain?"
"Awalnya dia ga bolehin, tapi aku maksa sampe akhirnya diturutin." Ayana tertawa gemas mengingatkan kembali bagaimana ia merengek pada Eros.
Valerie terkekeh mendengar hal itu. Memang Ayana punya sejuta cara untuk membuat Eros menurutinya.
"Ngomong-ngomong... lo berarti sama Eros udah gituan ya?"
"Gituan?" Ayana nampak bingung dengan pertanyaan Valerie. Di saat itu, pelayan juga membawa minuman keduanya.
Valerie mengangguk. "Ya sex gitu." Frontal sekali membuat Ayana langsung tersedak.
Ayana merasa pipinya panas tiba-tiba. "Aku malu bahas ginian." Ayana menutupi pipinya yang merah.
"Is he good?" tanya Valerie dengan alis yang terangkat. Berucap untuk menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EROS
Fanfic"Peraturan pertama, Eros tidak pernah salah." "Peraturan kedua, Eros tidak boleh dibantah." "Peraturan ketiga, lo harus nurut dengan aturan pertama dan kedua." - ©️®️ Vange 2023