Keesokan paginya, kami berangkat bersama lagi. Namun bedanya, ada Xianto dan Tatang.
Sesampai di depan gerbang, kami ditahan oleh pria bercahaya putih itu.
"Hati hati dengan mereka. Mereka berbahaya!" Ucap pria bercahaya putih itu.
Terlihat raut muka kesal para pria disampingku kecuali Asep. Mereka berempat serentak menatap pria bercahaya putih itu.
Aku gak boleh membiarkan terjadi kerusuhan. Aku memegang tangan pria bercahaya putih itu dan mengucapkan."Terima kasih sudah memperdulikanku."
Muka pria bercahaya putih itu mulai berubah menunjukkan mulutnya. Pria bercahaya putih itu mulai menunjukkan mukanya. Ternyata dia adalah Haitham Ilham. Karakter yang sangat pintar di sekolahnya. Selalu juara kelas dan terlihat dingin.
"Aku bisa melihat mereka akan mecelakakanmu suatu hari nanti." Cemas Ilham.
"Kamu siapa bisa sok tau? Aku sudah berteman dengan Lumine sejak kecil." Emosi Dilac.
"Udah udah, begini aja...kalau kamu khawatir padaku, kamu bisa join berteman dengan kami semua." Pasrah diriku. Pasalnya dia juga bendera merah.
Ilham yang kesehariannya hanya mengenal belajar. Suatu hari tertarik oleh magnet heroine, menjadi sangat gila. Aktingnya yang bagus terkadang membuat terkecoh heroine asli. Dia mengurung dan merantai heroine di rumah selamanya hingga membuat heroine bunuh diri.
Otaknya yang pintar, fisiknya yang bagus, membuat dia dijuluki sebagai pangeran es di sekolah. Namun karena sifatnya itu, tak ada yang berani mendekatinya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan selalu mengawasi mereka di sampingmu" Terima Ilham.
"Kalian semua duluan aja, aku mau ke kamar mandi sebentar." Ucapku.
Mereka semua akhirnya masuk ke sekolah lebih dahulu. Setelah aku dari kamar mandi. Aku merasa, ada yang mengikutiku. Saat menoleh dibelakang, aku kaget ternyata ada Toma Toyib.
"Kamu ada perlu denganku?" Tanyaku.
"Anu.. kamu tau kelas 10-2 dimana?" Tanya Toma dengan nada takut.
"Oh kita sekelas, yuk bareng.". Ajak dari ku.
Ternyata dia adalah jawaban dari keherananku di bagian 2. Dengan begini muka 2 pria di kelas sudah terlihat. Aku beranggapan bahwa 3 sudut kerumunan itu adalah Tatang, Ilham dan satu tidak diketahui.
Toma adalah teman yang kutemui saat di keluarga kami berdonasi di panti asuhan. Dia sering menyendiri di panti karena tak ada yang mau berteman dengannya. Jadi selama SD, ketika keluarga kami mengunjungi panti, aku selau bermain dengannya.
"Kita bertemu lagi hehe...Ini aku yang selalu bermain denganmu saat di panti dulu." Senyum malu Toma.
"Wah kamu sudah tumbuh besar, padahal dulu kamu lebih pendek dariku." Balasku.
"Iya, aku sekarang jadi anak angkat dari pelayan di keluarga Kamisatesate. Ketika luang, terkadang aku membantu pekerjaan orang tua angkatku di sana."
"Oh kamisatete? Maksudmu Ayaya? Dia sekelas dengan kita."
"Iya, aku tak percaya bahwa akan satu kelas dengan nona. Tapi disini aku tidak boleh memanggilnya dengan sebutan nona. Jadi aku berusaha untuk terbiasa memanggilnya namanya langsung ketika berada di sekolah." Kata Toma.
Toma adalah salah satu pemeran pria. Dia sangat baik sekali. Sayangnya saat ini dia punya penyakit yang tak seorangpun tahu termasuk orang tuanya. Kedepan, dia akan mati. Heroine asli yang terbawa depresi langsung bunuh diri untuk membuktikan cinta sehidup semati.
"Lalu, kenapa kemarin kamu tidak masuk sekolah?" Lanjut tanyaku.
"Oh kemarin orang tuaku ada perkejaan dadakan, jadi aku ikut membantunya hehe." Jawab Toma dengan senyum.
Senyumnya yang manis dan malu malu membuatku ingin mengusap kepalanya. "Kenapa pria sebaik ini bernasib buruk? Aku harus membantu mencarikannya obat. Siapa tau ini adalah jalan teramanku untuk keluar dari sini." Dalam hatiku.
Kamipun masuk ke kelas. Tentu saja mereka berenam kaget bahwa aku membawa simpanan baru.
"Hadeh lagi lagi." Pusing Xianto.
"Kamu suka banget di gangbang ya?" Tanya Asep.
"Jangan mainin perasaanku dong tuan putri." Tatang dengan muka memelas.
"Aku gaterima orang rendahan disini." Ucap Ilham yang 𝘫𝘦𝘢𝘭𝘰𝘶𝘴.
Toma langsung sedih, dia akan menjauh namun tiba tiba Ayaya datang dan menahan sambil berkata," Jangan dengerin. Temanku juga temanmu, Toma."
"Iya tak perlu diambil hati berteman sama mereka." Semangat dariku.
Wajah yang tadinya sedih, langsung tersenyum cerah bagaikan anak anjing. Kamipun mengobrol berdelapan hingga bel jam masuk berbunyi.
"Kita pergi dulu, semangat belajarnya ya sayang." Pamit Asep.
Dilac tanpa mengucapkan apapun, kembali ke kelas mereka bersama Asep.
Bagian 8 end
*Pameran pria terbuka :
*Pameran pendukung terbuka :
-Ayaya
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Manusia Yang Suka Halu (Genshin Husbu x Reader/Lumine)
Fanfiction[HIATUS] WARNING 18+ ADEGAN PANAS DENGAN HUSBU GENSHIN DAN HUSBU HSR Aku mati, dan bereinkarnasi di tubuh heroine dengan novel reverse harem bad ending. Menceritakan tentang kegilaan setiap pemeran pria terhadap heroine. Apesnya, muka set...