92- Medley

103 37 25
                                    

Sudah lama nih kita tidak berjumpa dengan keluarga Cho. Ada yang kangen? Kalau ada tunjuk tangannya satu persatu...

Malam ini si bungsu entah kenapa sedang tertawa terbahak-bahak. Dua keping hitamnya melengkung bak bulan sabit. Pipinya yang gemuk dan putih terlihat menggemaskan seperti kue bakpao yang enak digigit.

"Minghyun" panggil ibunya ketika melihat si bungsu yang terpingkal-pingkal.

"Ada yang lucu?" Tanya ibunya penasaran.

Si bungsu lantas mengangguk kemudian menunjuk buku bergambar yang sejak tadi diperhatikannya.

Ibunya jadi mengerinyit, apa sih yang lucu. Kok bisa si bungsu sampai tertawa terpingkal-pingkal begitu.

"Ini umma" jawabnya kemudian si bungsu menunjuk salah satu gambar disana.

Ada gambar berbagai macam kendaraan dari berbagai jenis dan ukuran. "Apanya yang lucu?" Batin ibunya bertanya.

"Motolna duuut umma, dut, kekkekekekeke" si bungsu kemudian tertawa renyah.

Hah?

Kenapa, kenapa???

Kemudian ibunya pun baru sadar jika gambar motor yang tengah melaju itu terdapat kepulan asap putih di belakangnya.
Oh, jadi itu maksudnya Minghyun.

Asap knalpot yang keluar dari belakang motor, dikira kentut...

"Duuut Tan umma, kekkekekekeke"

"Hahahaha"

Yah, nular kan tertawanya si bungsu.

.
.
.

Sementara itu di ruangan lain tampak di gembul yang sedang asik makan es krim. Ssssttt! Kalian diam-diam ya, jangan bilang- bilang kalau paman Sungjin yang paling tampan yang memberikan es krim ke Sunghyun.
Ini rahasia kita bersama yeorobun.

Waktu cepat sekali berlalu, paman bungsu si gembul itu masih ingat dulu masih menggendong Sunghyun yang masih pakai popok. Sekarang sudah besar saja. Sudah mau lima tahun.

"Hyungnim" panggil pamannya.

"Enak es krimnya?"

Sunghyun pun mengangguk sembari menikmati es krimnya dalam diam. Mau Sunghyun irit-iritan makannya. Mumpung belum ketahuan ibu dan ayah dan dua saudaranya yang lain.

"Sunghyun" panggil pamannya lagi sembari mencolek pipinya yang masih saja bulat seperti bakpao.

"Sunghyunie kok sudah besar saja sih. Bukannya dulu berjanji sama samchon, kalau Sunghyunie tetap akan jadi anak kecil." Ujarnya.

Entah si gembul itu mengerti atau tidak tentang apa yang pamannya katakan, ia pun lantas menghela napas panjang, kemudian berkata dengan nada yang datar, "Tentu taja tumbuh betal. Inilah hidup terlalu belganti, datang dan pelgi. Temua belubah. To diz iz laif." Kemudian menatap pamannya sebentar dan kembali menjilat es krimnya.

Hah???

Gimana-gimana???

Paman Sungjin belum paham, berkedip tiga kali. Ada yang bisa bantu terjemahkan?

.
.
.

Yang kangen Sandeul mana suaranya?

Ada tuh anaknya lagi bertanding game dengan ayahnya di ruang belajar. Tadinya mau beneran beneran belajar, tapi melihat ada kaset game baru ayahnya yang tergeletak di meja, jadi lupa deh mau belajar.

Begini-begini Sandeul juga jago main game. Cuma ya tidak hobi. Kadang kalau lagi mood saja.

Kyuhyun sang ayah yang dengan sombongnya menantang Sandeul bermain game. Yakin sekali bakalan menang melawan Sandeul. Secara ayahnya jago main game.

"Sandeul ayo lomba nanti yang menang dapat hadiah."

Sudah terbayang dalam benak Kyuhyun dia bakal minta kupon pijat si anak tersayang saat dia menang nanti. "Hahaha" Kyuhyun tertawa jahil.

"Oke. Siapa takut." Ujar Sandeul.

Tapi ibarat pepatah diatas langit masih ada langit. Jadi orang jangan sombong. Kyuhyun kalah bertanding game melawan putrinya sendiri.

'tak'

Suara stick gamenya jatuh begitu saja di lantai.

"Appa kalah!!!" Seru Sandeul.

"Sandeul menang dapat hadiah" Sandeul bersorak riang kemudian berkata, "Appa diam jangan bergerak. Ayo kita main salon-salonan lagi."

Duh, apes...

Bisa jadi cantik Kyuhyun kalau di makeover Sandeul lagi.

.
.
.

Fin

19.31.130423

The Tripple Cho's HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang