71- Tanggung jawab

399 90 63
                                    

Waduh!

Gawat!

Astaga!

Bagaimana ini!!!

Si gembul Sunghyun menarik rambutnya sendiri, matanya yang bulat jadi tambah bulat ketika dia melotot. Melihat lipstik ibunya yang patah.

Waduh!!! Itu kan lipstik kesukan ibunya. Yang suka dipakai ibunya kalau pergi ke gereja di hari Minggu pagi. Kalau itu patah, besok hari Minggu ibunya mau pakai lipstik apa?

"Gimana ini ya yuung" Sunghyun melirik si bungsu yang tertunduk, melihat lipstik ibu mereka yang patah.

"Liptikna umma lutak" ujar si bungsu melirik nuna mereka yang tertunduk lesu. Ini si Sandeul tumben diam saja, lagi tidak kebagian dialog sepertinya.

Hm, tidak bisa dibiarkan ini harus segera diperbaiki. Saatnya sang tobot seratus won beraksi. Eh, sebentar Sunghyun mau ambil kacamatanya dahulu baru berubah. Berubah seperti power rangers yang ada di televisi.

Tapi belum sempat dia berubah, tahu-tahu ibu mereka datang.

"Omona!!!" Yah, kaget kan melihat lipstik kesukaannya patah. Jatuh di lantai. Padahal baru juga seminggu lipstik itu dibeli. Karena lipstik sebelumnya sudah habis.

Melihat ibu mereka, otomatis ketiga krucil itu diam menunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat ibu mereka, otomatis ketiga krucil itu diam menunduk. Mendadak semua bisu. Hening...

Tapi Sunghyun mau main pergi saja, kan dia harus berubah jadi tobot seratus won dulu baru bisa memperbaiki semuanya. Tapi belum juga bergerak,

" Anak-anak tetap disini, umma mau bertanya boleh?" Masih tetap senyum meskipun hati merasa jengkel...

"Umma, Tunghyun mau ambil kacamata. Mau jadi tobot telatuz won!!!!"

"Eits!!! Andwee. Sunghyunie tetap disini." ujar ibunya ketika melihat jari-jari Sunghyun berwarna pink.

"Umma boleh tanya, jarinya Sunghyunie kenapa kok warnanya pink? Lalu, kenapa semuanya diam?"

Si bungsu sudah ketakutan tuh, takut dimarahi. Kalau Sandeul masih sama, belum kebagian dialog dia.

"Lipstiknya umma kok bisa patah ya?" Sabar, sabar... Ibu tiga anak itu masih sabar. Cuman lipstik ini yang patah, bukan hatinya...

Tapi tetap saja ia penasaran siapa yang mematahkan lipstiknya. Bukan menuduh loh ya, tapi kalau dilihat dari ekspresi ketiga anaknya, semuanya pada merasa bersalah.

"Ada yang bisa jelaskan ke umma?"

"Hiks, hiks, huweeee......" Lah si bungsu yang cengeng malah nangis. Ketakutan dia. Padahal ekspresi ibunya tidak ada marah-marahnya sama sekali.

"Aigoo, tayaaang Minyun. Dantana, dantana~ uljimaaaaa" Good Hyung!

Melihat itu, ibu mereka pun lantas mengajak mereka bertiga untuk duduk. Memangku si bungsu untuk memberikannya pelukan. Sembari berkata, " umma tidak marah sayang, gwancanha. Umma hanya bertanya, kok lipstiknya umma patah? Ada yang tahu kenapa?"

"Loh kok jarinya Sunghyunie pink-"

"Bukaaan, Bukan Yuuung yang talah. Bukaaaan!!!" Aigooo, lutunaaaaa si bungsu membela sang kakak.

"Lalu?" Ibu mereka pun lantas melihat si cantik Sandeul yang masih diam. Sedang menghapal dialog sepertinya.

"Bukaaaan!!! Bukan unaa, Bukan unaaaa!!!!" Walah, makin histeris si bungsu. Takut nunanya kena marah.

Loh, kalau semuanya bukan lalu siapa dong? Minghyun???

"Bukaaan, Minyun enggak ummaaaaa"

Oalah, kalau bukan mereka bertiga mungkin tuan tikus. Atau lipstiknya jatuh sendiri... Ibu mereka pun mengambil tissue basah lalu membersihkan jari Sunghyun yang berwarna pink.

"Umma" Cicit si cantik Sandeul. Dengan terbata-bata si cantik itu pun mengaku jika dirinya yang tidak sengaja mematahkan lipstik ibunya.

"Sandeul enggak sengaja tadi, padahal mau coba sedikit. Yang ping, ping ..." Ujarnya merasa bersalah, " Maap ya umma..."

"Iya Nuna, tidak apa-apa. Terus kenapa jarinya Sunghyunie yang pink?" Masih penasaran ibunya tuh.

"Tadi kan Yuung coba benelin liptikna umma, hiks. Tapi gk bita, bita... Yuung mau bantuin una. Hiks, jangan malahin una ya umma"

Oalah, jadi begitu toh kejadiannya. Tapi nuna, " Umma tidak marah kok sama nuna. Tetapi akan lebih baik lagi jika nuna mengakui dari awal kalau nuna yang mematahkan lipstiknya"

Sandeul masih diam, takut dia tuh kalau sudah menyangkut masalah lipstik begini. Seperti ayahnya tempo dulu.... Soalnya ibunya paling sensitif soal lipstik.

"Maap umma..."

"Aigoo, gwanacanha Sandeulie. Sini umma peluk. Lain kali kalau Sandeulie, Sunghyunie, atau Minghyunie berbuat salah jangan takut untuk mengaku dan meminta maaf. Dan diperbaiki kesalahannya. Karena itu namanya tanggung jawab..." ketiga krucil itu dinasehati.

"Jadi kita harus berani mengakui kesalahan dan bertanggung jawab. Contohnya dengan meminta maaf ..."

"Iya umma, maaap hiks" Yah nangis deh si Sandeul. Kalau nunanya nangis si bungsu juga ikutan nangis.

"Uljimaaaaa, tidak boleh naniz. Bial Tungyun aja yang nanizzzzz....."

Aigoo, kalau begini tadi ibunya biarkan deh Sunghyun berubah jadi tobot seratus won. Karena, ya masa pahlawan nangis....

.
.
.
Fin
.
.
.
21.21
07092020
.
A.n: Hai, hai, hai!!! Masih adakah yang kangen aku??? Aku kangen loh sama kalian semua. Banget, banget, banget. Apalagi kangen ngobrol di kolom review, hehehe.
Tapi ada daya ya, diriku ini bener2 sok sibuk.

Terimakasih ya karena tetap mau membaca cerita aku. Terimakasih banget, review kalian itu support buat aku. Bahagia gitu kalau baca feedback dari kalian. Semoga chapter ini tetap bisa kasih manfaat dan hiburan buat kalian semua 🌻

Terimakasih juga untuk yang sudah follow, kasih bintang dan komen. Taaayaaaaaang kaliaaan 🤗🤗🤗🤗

See yaaaa

"Komeeeen!!! Kalo gak komen nanti Tunghyun tubiiiiiiit!!!"

The Tripple Cho's HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang