2- I love You

1.3K 155 89
                                    

Tidak seperti biasanya si bungsu mengamuk. Mainannya dibanting. Kertas gambarnya di robek. Dan pensil warna serta crayonnya berserakan di lantai.

Ibunya pun lantas jadi langsung emosi. Baru dari luar habis menjemur pakaian, panas-panas. Eh, ketika masuk rumah sudah disuguhi pemandangan tak enak. Si bungsu ngamuk-ngamuk. Membuat rumah berantakan. Kan jadi panas hati ibunya melihatnya.

"Loh, loh, loh. Kok begitu sih nak. Kan kasihan semuanya dibanting-banting." Oke, ibunya masih sabar menahan marah.

Tapi tampaknya si bungsu lebih marah disini. Lalu disobek dan dilemparnya lagi kerta gambarnya.

"Cho Minghyun!" Ibunya menegur.

"Tidak baik ah. Kok begini sih nak. Bilang sama umma. Minghyunie kenapa?"

Si bungsu yang masih cemberut lantas tiba-tiba menangis didada ibunya.

"Kenapa sayang?" Tanya ibunya.

"Hiks, umma..."

"Iya nak."

"Umma~~~ huweee" Waduh, malah nambah kencang nangisnya. Ibunya kan jadi bingung.

"Minghyunie. Hei, sayang. Cup, cup, cup. Uljima"

Si bungsu itu menangis lama sekali. Sampai kesemutan kaki ibunya. Lantaran sangking lamanya Minghyun duduk dipangkuan ibunya.

Baru deh setelah puas menangis, Minghyun dengan sesunggukan mengadu pada ibunya. Dia bilang kalau dirinya merasa marah.

"Marah kenapa nak?" Tanya ibunya lagi. Masih mencoba sabar.

"Hiks, huweeee" Loh, kok sekarang malah tambah kenceng nangisnya?

Aduh Minghyun! Sampai budeg nih kuping ibunya.

"Uhuk, uhuk"

"Nah kan batuk. Udah dong nangisnya. Capek kan kalau nangis terus. Uh, sayangnya umma. Minghyunie sayang." Lalu ditimang-timang si bungsu. Mereka berdua lantas pindah duduk di sofa ruang tengah.

"Minghyunie marah kenapa sih tadi? Kok jelek begitu marahnya."

"Eh, gak boleh nangis lagi. Jawab pertanyaan umma. Kenapa tadi marah-marah. Banting-banting mainan sama sobek-sobek kertas?"

Minghyunie tidak jadi nangis lagi. Tapi dia masih enggak buat membuka suara. Sekarang malah minta dipeluk sama ibunya.

Tapi ibunya menghindar. "Enggak mau. Minghyunienya nakal. Jadi umma enggak mau peluk."

"Hiks..." Nah loh, nangis lagi si bungsu.

Oke, kali ini ibunya masih sabar. Jadi didiamkan saja Minghyun sampai capek sendiri dia. Dan sembari menunggu Minghyun selesai menangis. Ibunya lantas membereskan kekacauan di ruangan itu.

"Umma tega~~" Merasa diabaikan lantas si bungsu protes. Entah meniru dari mana kata-katanya barusan.

"Umma gak pekak." Waduh! Ibunya sampai elus dada. Bertanya-tanya darimana si bungsu mendapat kata tersebut.

"Umma gak tayang tama Minyun. Hiks. Huweeee..."

Eh, siapa yanh bilang? Ibunya bahkan sayang sekali sama si bungsu. Dan sekarang nangisnya bertambah kejar. Aduh, pusing sekali kalau menghadapi anak yang lagi tantrum begini.

"Umma sayang sekali sama Minghyun. Kok Minghyun ngomongnya begitu?" Meskipun ibunya marah, harus tetap bilang sayang sama si bungsu. Apapun yang terjadi.

"Ya sudah, Minghyunie maunya umma bagaimana?" Tanya ibunya dan menghampiri si bungsu di sofa.

"Tadi kan umma sudah tanya. Kenapa Minghyun menangis. Tapi tidak dijawab." Ujar ibunya lagi berpura-pura cemberut.

The Tripple Cho's HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang