26- Si gembul yang ternyata jenius matematika

593 142 69
                                    

"Satu kali satu, satu. Dua kali dua, dua. Tiga kali tiga tiga. Tiga kali empat, empat..."

"Kok empat sih nuna? Tiga dikali empat berapa coba?"

Si cantik lagi menghapal perkalian ditemani sama ibunya. Maklum sudah kelas tiga Sandeul tuh sudah diwajibkan untuk menghapalkan perkalian. Sebenarnya sih sudah dari dulu tapi Sandeul paling malas kalau disuruh menghapal.

"Empat kali satu empat." Yee, bisa aja ngelesnya Sandeul nih.

"Duwa belaz."

Eh, siapa tuh yang menjawab?

"Tiga kali empat duwa belaz." Ujar Sunghyun lagi. Loh kok si gembul bisa tahu?

Aku dan ibunya anak-anak pun saling tatap. Tahu dari mana anak satu itu soal hasil perkalian. Lah wong berhitung saja di sekolah gurunya saja baru mengajarkan sampai lima puluh.

"Satu kali lima, lima. Lima kali enam, enam..." Duh, salah terus nih Sandeul. Maksudnya tuh satu dikali enam. Ini kenapa malah jadi urut sih angkanya.

"Tiga puluh una. Bukan enam." Jawab Sunghyun yang sedang fokus bermain lego dengan si bungsu.

Loh kok Sunghyun tahu lagi jawabannya? Aku dan ibunya anak-anak semakin kaget.

"Ih Sunghyun mah gangguin nuna melulu. Umma, Sandeul mau ngapalin di kamar ajah." Ujar si cantik yang pamit undur diri. Hehe, enggak deng pamit belajar di kamar dia.

Kemudian aku dan ibunya anak-anak yang masih merasa kaget pun saling menatap lagi. Hem, jadi ingin menguji si gembul nih ayahnya ini.

"Lima kali lima?" Tanyaku padanya.

"Duwa puluh lima." Wih, tahu loh Sunghyun.

"Kalau enam dikali tujuh?" Giliran ibunya yang bertanya.

"Empat puluh duwa." Hah, benar lagi.

Wah, encer juga otak si tobot seratus won ini. Tapi ngomong-ngomong Sunghyun tahu perkalian dari mana sih?

"Dali una Duli. Kan tiyap hali una ngapalin kali kaliyan." Jawab Sunghyun yang masih asik membuat jembatan dari lego bersama si bungsu.

"Kalau tujuh kali lima berapa?" tanya ibunya lagi. Habisnya penasaran nih.

"Hem..." Sunghyun tampak memasang pose berpikir. Awalnya kami kira si gembul berpikir tentang jawaban pertanyaan ibunya tadi.

Namun tahunya Sunghyun sedang berpikir mau memilih warna apa yang cocok untuk jembatan yang sedang dia buat bersama Minghyun.

"Yang walna ping ajah ya Minyun. Punya yuung. Kalo Minyun tuning."

"Okeh yuung." Jawab si bungsu yang kemudian membangun jembatannya.

"Tadi umma tanya apa? Belapa umma?"

"Tujuh dikali lima?"

"Tiga puluh lima." Jawab Sunghyun lagi.

Wah, ddaebak! Si gembul pintar juga ya. Kirain bisanya cuma ngamuk dan makan doang. Hehe. Bercanda kok hyungnim. Appa hanya bercanda.

"Kalau enam dikali enam?"

"Tiga puluh enam."

Yeay aku dan ibunya anak-anak tepuk tangan karena jawabannya si gembul benar lagi.

Kemudian aku jadi iseng nih mau bertanya tentang soal yang sulit. Kira-kira hyungnim bisa jawab tidak ya?

"Hyungnim appa punya soal lagi. Kalau hyungnim bisa jawab nanti kita beli buble tea oke!"

"JINJJA! BENELAN! OKEH!" Yee, si gembul dengar kata buble tea saja langsung semangat dia. Beda sama si bungsu yang lagi serius membangun jembatan.

"Berapa sepuluh dikali tiga belas ditambah tujuh?" Muehehehe tidak bakal bisa menjawab pasti nih. Yakali anak TK dikasih soal hitungan begitu.

"Hayo bisa tidak? Kalau tidak bisa jawab tidak jadi beli buble ya..." Hahahaha.

"Telatuz tiga puluh tujuh appa."

APA! Kok dia bisa jawab sih? Itukan susah buat anak kecil!

"Benel kan?"

Wah, ibunya anak-anak saja sampai melongo, tidak percaya.

"Appa ayok beli bubel ti. Ayok!"

Yah, rugi aku.

.
.
.
fin
.
.
.
sign
hyejinpark©
20190418.20:26
.
.
.
Ps. Jangan gumoh yaw.
.
See ya^^


The Tripple Cho's HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang