24- Cukup parah

474 37 3
                                    

Rissa bermain basket lagi setelah lama meninggalkan basket karena fokus pada Futsal nya, Ia sedang di lapangan Basket halaman sekolah bersama Laskar tentunya.

Rissa dengan empat temannya sedang mengganti pakaian mereka dari baju seragam menjadi jersey basket.

Dan lawannya adalah kelas dua belas, ini ide siswa jadi iseng saja, bukan pertandingan. Herannya banyak yang menonton di koridor dari lantai satu hingga tiga.

Rissa sendiri lebih menyukai Futsal, karena akhir-akhir ini Dilan juga sedang fokus pada Futsal, karena sekarang Rissa adalah bagian dari Circle Ray dia menjadi teman Dilan juga.

Banyak yang meneriakki nama Rissa, sedikit membuat Rissa risih, namun Ia tau itu adalah bentuk dukungan dari teman-temannya.

Laskar yang dari tadi mendengar sorakan heboh dari adik kelas maupun kakak kelas merasa kesal.

Bombastic side eye
😒😒😒😒😒😒

"Gapapa kar, itu berarti mereka ngedukung cewe lo" sahut Eron sambil merangkul pundak Laskar.

"Berarti suka anying" ketusnya.

"Yaudah kek, berarti cewe lo cakep" tambah Eron.

"Harusnya cakepnya Rissa cuman buat gua ron.."

"Posesif amat sihh, udah kek dukung aja biar menang" ucap Eron lalu memainkan pipi laskar sebentar, Laskar yang mendapat perlakuan jail itu hanya cemberut dan menepis tangan Eron

"Emang kalau menang dapet apa?" tanya Eron setelah terkekeh.

"Gatau tuh!"

"Gak suka ya kalau banyak yang dukung Rissa?" tanya Eron lalu melepas rangkulan tangannya di pundak Laskar.

"Gua suka kalau banyak yang dukung, tapi cewek-cewek belok itu loh bikin kesel! Udah tau ada yang punya, masiiih aja dikejar, awas aja mereka bakal gua bikin-"

"WOAAAHH!!!!" teriakkan menggelegar di seluruh lapangan, tetiakan itu berasal dari pendukung Rissa.

Rissa berhasil memasukan bola ke keranjang, alhasil timnya mendapatkan satu poin, jadi satu kosong.

"Anjay!!" Ujar eron lalu bertepuk tangan.

Rissa pun tersenyum ke arah Laskar dan nge wink.

"AAAA GUA DI WINK IN RISSA!!" teriak salah satu siswi berambut panjang kepada tiga temannya.

"GR LO!" teriak Laskar pada gadis itu.

"Pacar gua goblok, dia nge wink ke gua!" kesal Laskar sebelum menarik tangan Eron untuk pindah tempat.

"Loh.. Rissa udah punya pacar ya??" tanya gadis itu kepada teman-temannya, raut wajahnya terluhat sedih sekaligus kecewa, teman-temannya yang lain menyemangati.

"Hadeuh" gumam Rissa lalu melanjutkan aktivitasnya.

***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi Laskar dan Rissa berencana untuk makan di Cafe.

"Nanti ke Cafe deket taman ya??" ajak Laskar, Rissa meng iyakan, kali ini agak berbeda karena yang memboncengkan adalah Laskar

Mereka terus saja mengobrol, Laskar tidak fokus ke jalanan, beberapa kali Rissa menegur agar fokus pada jalan, namun Laskar tak menurutinya, entah apa yang membuatnya ingin sekali mengobrol dengan Rissa namun ada yang membuat Laskar diam dan panik sekalgus.

Ada mobil tergelincir terlempar dengan keras ke arah mereka.

"AWASSS!!!" teriak beberapa orang di sana kepada Tiga motor yang sedang berkendara, salah satunya motor milik Rissa yang di kendarai oleh Laskar.

Terlambat... Mobil hitam yang tergelincir tadi menabrak dua motor di ujung jalan sana, satu motor selamat.

Pengendara dari mobil hitam itu memang terus-terusan mengendarai dengan kecepatan Gila, padahal jalanan masih basah akibat tadi sempat hujan

Karena kelengahannya dalam berkendara, Mobil itu tergelincir dengan keras dan menabrak beberapa pengemudi motor yang sedang berkendara dengan kecepatan normal, mobil itu dari jalanan sebrang jadi menabraknya dari depan, Laskar yang tadi memang tidak fokus ke jalan pun menjadi korban, untuk Rissa Ia masih bisa membuka matanya.

Laskar segera di bawa ke Rumah sakit terdekat, Ia pingsan dengan darah segar mengalir di keningnya, juga badan yang mungkin sangat-sangat nyeri akibat tubrukan dari mobil yang tergelincir itu.

"Maaf..." lirih Rissa, Ia duduk di sebuah kursi yang terletak di koridor Rumah sakit.

Ia terus saja berdoa, dan mencoba menghubungi kakak-kakak Laskar, Ranty sedang bekerja jadi handphonenya Ia silent.

Beberapa waktu kemudian Kena dan Tirsha datang, Mira sedang mengurusi pernikhannya Ia masih sangat-sangat sibuk, Ia juga tak tahu kabar ini, handphonenya susah di hubungi.

Rissa juga menghubungi teman-teman Laksar.

"Riss... Tenang dulu ris.. Kita harus terus berdoa biar Laskar gak kenapa-kenapa" Ray menenangkan.

"Salah gua Ray.. Gua biarin dia yang bawa motor, harusnya gua larang, dia udah lama ga bawa moge! Gua tolol banget sih?!!!" kesalnya, Ia terus-terusan mengumpati dirinya sendiri, Ia merasa bersalah tak bisa menjaga sang kekasih.

Tak ada yang bersuara.

Adrion hanya menghela nafasnya, ada Mora juga disana, soalny tadi lagi kerja terus Mora nganterin karena motor Adrion lagi di bengkel.

"Ga ada yang salah Rissa.." lirih Tirsha dengan air matanya, Kena yang juga menangis berusaha menenangkan kakaknya

"Gak kak, tampar gua kak! Gua udah bikin adek lo celaka... It's my bad!" terang Rissa.

Ia bahkan.. Menangis, Rissa jarang sekali, hampir tidak pernah menangis, namun hari ini. Detik ini Ia menjatuhkan air mata yang sudah sangat jarang sekali Ia tumpahkan, dan dilihat oleh Ray, Adrion, Eron, Mora, Dilan, Kena, Tirsha.

Kena dan Tirsha merangkul Rissa juga Dilan yang berjalan pelan ke arah tiga orang yang saling menguatkan itu.

Dokter keluar dan menjelaskan apa yang terjadi pada Laskar, cukup parah jadi Laksar harus di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari, Ia mengalami kekurangan darah, karena banyak sekali darah yang keluar dari kening nya, ternyata lengannya juga berdarah.

Beruntung tulangnya tidak sampai patah/kegeser.

Rissa segera masuk ke ruang rawat Laskar, memperhatikan wajah yang sedang tertidur dengan raut yang agak gelisah, Ia pun keluar lagi guna menanyakan sesuatu ke Dokter yang tadi mengobati laskar.

"Pak, dia tadi udah sempet bangun?" tanya Rissa kepada sang dokter

"Udah, tapi.. Terpaksa kami bius karena harus menjahit lengannya yang robek" ucapan dokter itu membuat beberapa orang yang tadi di koridor meringis.

Tirsha menangis semakin menjadi, dan berlari masuk, disusul Kena.

Hanya tiga orang yang masuk ke ruangan itu, karena memang peraturan dari Dokter.

Dilan dan Mora di suruh pulang, sudah sangat sore.

"Kak Mora.. Doain temen gua ya.." lirih Adrion.

"Selalu" jawab Mora lalu menyusul Dilan.

Rissa sedikit meringis dan memegang area pahanya, ternyata berdarah, Ia tak perduli Ia hanya ingin laskar segera bangun.

#end




LASKAR [GXB] || 𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang