18- kehidupan Adrion.

535 43 1
                                    

Note : aku ga bakal banyakkin part tentang keluarga mereka, kalian inget chapter Ridwan menikah?? Itu juga aku bikin sesingkat mungkin karena cerita aku lebih menjerumus ke sebuah 'hubungan tokoh utama' bukan kehidupan mereka, maaf kalau memang membosankkan, aku rasain sendiri sih pas baca, kayak.. Nyeritain kegiatan di sekolah mulu, dan itu itu aja alurnyaa, i'm so sorry if cerita aku benar-benar membosankann, jadi pembaca yang bijak dan bisa mengerti yaaa... Kalau memang sudah gak nyaman dan gak suka sama cerita aku kalian bisa unfav / delete from library.

***
Dunia terasa sangat membosankan bagi Adrion, ada benarnya juga teman-temannya menyuruhnya mencari pasangan.

Adrion menutup telinganya saat ada suara pecahan kaca yang terdengar keras dari lantai 1, Ia tak kaget, karena sudah pasti... Kedua orangtuanya sedang cekcok.

"Kalau tau begini, gua lebih milih di gugurin" ujarnya sambil melihat pemandangan langit sore dari luar jendela.

Sementara Ruang bawah ;

"GAK BECUS BANGET JADI ISTRI!! TAU GITU SAYA NIKAHNYA SAMA PILIHAN IBU SAYA, SAYA NYESEL NIKAHIN KAMU" Bentak seorang lelaki, yang di bentak hanya menangis juga membantah lalu ikut emosi.

"SAYA JUGA OGAH PUNYA SUAMI BRENGSEK KAYA KAMU!" bentak si perempuan -ibu Adiron.

Adrion memejamkkan matanya, membayangkan betapa sakktnya kedua orangtuanya terkena pecahan beling.

"Manusia bodoh, kalau nikah cuman mau berantem dan bikin anak cuman mau dicampakkan, mending gausah buang-buang duit ngurusin gua, terus buat apa kalau ngeluarin duit cuman buat nyuekkin gua! Heran." ketusnya lalu turun ke bawah.

Suara di lantai bawah semakin jelas didengarnya.

Ia melewati kedua orangtuanya tanpa peduli, seolah tidak ada seorang pun di sana, tak sengaja Ia menginjak pecahan beling namun Ia tak peduli, sebenarnya sakit, tapi dia harus pergi dari rumahnya.

Ia ingin tempat yang nyaman.

"Anak itu juga! Gak tau diri!! Nyesel saya ngelahirin dia" sindiran pedas itu mampu membuat hati Adrion terusik, Ia mencoba untuk bersyukur atas kehidupannya, tapi orangtuanya malah dengan lantang menghinanya.

"Kalo gua jadi kalian, gua buang anak gua!" kesalnya lalu berteriak.

Adrion menaikki motornya dengan perasaan sangat-sangat marah, dia benar-benar badmood parah, dia melajukkan motornya dengan kecepatan tinggi dan berhenti di sebuah warteg.

Memakan nasi campur dengan es teh.

"Apa gua.. Kerja aja yak?" gumamnya sembari menatap lauk-pauknya.

"Dek? Mau kerja?" tanya seorang wanita yang diperkirakkkan baru lulus SMA tahun kemarin sekitar 19-20 an.

"Hooh" jawabnya singkat kembali memakan makanannya.

"Mau kerja sama saya gak?"

"Boleh asal halal" pintanya, lalu wanita itu mengajak Adrion pergi dari warteg itu.

Mengendarai motor masing-msing tentu.

setelah diajak masuk ke dalam rumah besar yang tentunya adalah tempat tinggal Mora sekarang, Ia disuruh untuk duduk dan menunggu Mora mengambilkkan minuman.

"Cakep amat rumahnya" gumamnya memperhatikkan sekeliling dinding yang terdapat beberapa lukisan dan foto.

Setelah beberapa menit, Mora datang dengan dua jus dingin di tangannya, menyuruh Adrion meminumnya, lalu mulai membicarakkan tujuan utamanya mengajak Adrion.

"Lo mau kerja, apa aja asalkan halal... Bener?" tanya Mora setelah menunggu Adrion meneguk jus nya.

"Bener" jawabnya tanpa ragu.

LASKAR [GXB] || 𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang