37 - Ray & Dilan

351 21 0
                                    

Besoknya, bener apa yang dibilang Ray, Dilan kayak menghindar dari Ray.

Padahal udah lima hari berturut-turut tapi mereka (Laskar dkk) gak sadar tentang perubahan Dilan yang cenderung menjauh dari Ray, yang otomatis menjauh juga dari mereka.

"Sebenernya gua udah ngerasa dari tiga hari terakhir, kenapa Ray? Masalah terakhir apa?" celetuk Rissa di sela-sela diamnya Ray dan Laskar.

Mereka sedang berkumpul bertiga di lapangan basket indoor, dan hanya ada beberapa orang disini, ini sudah masuk istirahat kedua jadi waktu agak lama, mereka bisa leluasa mengobrol, sementara Eron dan Adrion tengah sibuk dihukum karena membolos pelajaran pak Hares.

"Seinget gua gak ada Ris, dia tiba-tiba jadi sensian dan terkesan jijik sama gua" balas Ray kemudian membuang nafasnya gusar.

Entah apa yang sedang dipikirkan Dilan, kenapa perubahannya sangat cepat tanpa sebab yang pasti?

"Kalo gua ngomong pemikiran lo doang gua salah sih, soalnya gua mikir hal yang sama, sementara gua ga ada liat perubahan dari lo dari segi fisik sampe sifat, lo tetep Rayhan kok!" sambung Laskar, Ray hanya mengangguk.

"Yaudah, gua selidiki gerak-gerik nya selama di kelas, oh! Sama coba tanyain ke Dahlan" seru Rissa setelah sadar ada orang lain yang mungkin bisa membantu memecahkan masalah ini.

"Kenapa ga dari awal gua nanya Dahlan anjj" hampir, hampir saja mengumpat dengan keras sebelum di pelototi Laskar.

Ray merasa bodoh, Ia akan segera menghubungi Dahlan.

"Ah! Gua gatenang kalo harus nunggu nanti-nanti, gua chat sekarang ya?" tanya Ray, diangguki Rissa dan Laskar.

"Rissa!! Latihan woy!!" seru salah satu siswi dengan kucir kelabang meneriakki Rissa, Rissa pamit untuk latihan sebentar.

"Bentar guys, orang penting lagi sibuk" setelahnya Ia pergi ke area tengah lapangan guna menanggapi panggilan teman se team nya.

"Nasib punya pacar banyak organisasi" keluh Laskar, Ray tak menanggapi karena sedang fokusnpada hubungannya dengan Dilan.

***
"Dilan!!" panggil Ray, ia sudah tak tahan ingin langsung menanyakan pada sang kekasih yang membuatnya overthingking beberapa hari terakhir.

Ini jam pulang sekolah Ray mengejar Dilan yang kebetulan melewati ruang kelasnya, Ia pun mengejar Gadisnya.

"Apa? Gak usah teriak kan bisa?" setelahnya Dilan menghampiri Ray.

"Kamu udah ber abad-abad diemin aku, ada apa sih?!" Ray bertanya.

"Pikir aja sendiri"

"Pasti kalau di tanya kayak gitu, asal kamu tau aku udah mikir selama enam hari nonstop Lan.. Ada apa sih? Aku capek mikir gini" jelasnya.

"Temen lama ku tuh sekarang tinggal di rumahku, aku sama dia temenan udah dari sd, dan dia sekarang ada disini buat beberapa bulan dan akan balik ke jerman nantinya, dan dia butuh aku banget Ray" terang Dilan.

"Masa sampe harus lupa sama aku?"

"Jujur aja, aku agak kagum sama temen lama ku, dia beda banget sama waktu kecil"

"Ganteng ya?" sedih Ray.

"Iya"

"Jahat banget kamu.."

"Gausah kekanakan, ini cuma sebentar paling ga dua bulan dia bakal balik lagi ke asalnya sana," tegur Dilan.

"Kamu ga usah mikir aneh-aneh, perasaan ku tetep buat kamu" sambungnya.

"Omong kosong, kalau iya cuma buat aku masa sampe lima hari dihabisin buat ngurusin temen lama dan diemin pacarnya sendiri" ucap Ray sedikit menekan kata teman lama pada kalimatnya.

"Bukan diemin, keadaan emang maksa aku buat kayak gini" balasnya mengelak.

"Tapi kenapa sampai jijik gitu ke aku? Aku udah cukup ganteng loh,"

"Kamu juga fokus mulu ke hp, mau aku banting hp nya?" kesal Ray sadar akan gerak-gerik Dilan yang sesekali melirik handphone nya di saat sedang serius membicarakan hubungan mereka.

"Di chat Abe, katanya dia ga tau jalan" jujur Dilan.

"Oh, jadi namanya Abe? Kenapa ga sama Dahlan aja?" tanya Ray dengan ekspresi kesal.

"Dahlan ga deket sama Abe, komunikasi nya ga nyambung, Abe juga bilang kalau ga nyaman pas sama Dahlan" jelas Dilan

"Dahlan ga suka sama Abe berarti"

"Iya, kayaknya" balas Dilan

"Aku juga" setelahnya ekspresi Dilan seolah mengucapkan 'ayolah' keapada sang kekasih.

"Perhatian kamu sekarang udah sepenuhnya buat Abe?" setelahnya Dilan menautkan alisnya melihat Ray yang bukan seperti Ray.

"Siapa yang bilang, Rayhan?" tanya Dilan.

"Ga perlu dibilangin juga udah jelas" balasnya dengan nada bicara aneh, seperti marah dan sedikit tidak jelas, bahkan Ray tidak memandang Dilan disaat sedang mengobrol dengannya.

"Kalau ngomong sama orang, liat ke orangnya" tutur Dilan, Ray mendengus.

"Emang kamu orang? Kalau iya orang, kok gak punya hati" setelahnya cewek yang lebih pendek beberapa cm dari Ray itu mengarahkan tangan kanan nya ke pipi kiri Ray dan mengarahkan kepala Ray untuk menghadap padanya.

"Maaf" setelahnya gadis dengan rambut tak terlalu panjang yang selalu Ia biarkan terurai itu memeluk lelaki dengan hoodie hitam lengan abu-abu tersebut.

"Maaf doang" kode, itu kode dari Ray.

Dilan bukan orang yang peka, jadi Ia berfikir sendiri, apa maksud dari ucapan Ray.

Tanpa pikir panjang Ia melepas pelukannya dan sedikit berjinjit guna mengecup kening Ray.

Padahal yang diinginkan Ray hanyalah elusan pada ujung kepalanya, diluar dugaan. Dilan justru mengecupnya, hal itu sukses membuat lelaki berdarah campuran Vietnam itu membulatkan matanya dan terdiam.

"Aku salah kah? Kok diem aja?" tanya Dilan takut aksi nya salah, Ray menggeleng pelan dan sedikit terbata dengan dia yang masih membeku di tempatnya.

"Yaudah, ayo pulang, aku bonceng kamu kali ini" setelahnya Dilan mengambil helm yang ada pada tangan kanan Ray.

Rissa dan Laskar juga kawan-kawan memilih pulang diawal tadi karena peka dengan keadaan yang mengharuskan Ray dan Dilan berbicara berdua, di parkiran juga hanya tersisa sekitar empat anak yang mungkin sedang menunggu teman atau kekasihnya untuk pulang bersama.

Parkiran sepi sudah dari tadi, karena keduanya memang suka menunggu parkiran sepi agar tidak berdesakkan saat mengambil kendaraan mereka.

#end




LASKAR [GXB] || 𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang