"Tay",Gulf menghampiri Tay yang sedang terduduk diatas sebuah kursi kayu menghadap laut.
"Gulf, kemarilah!",Gulf ikut mendudukkan diri
"kau membawanya?", kemudian Tay menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna biru navy
"aku pergi ke rumah temannya Davika untuk mengunjunginya, tapi saat aku akan pulang dia menyerahkan dua kotak kecil itu"
"salah satunya milikmu?",Tay mengangguk dengan tersenyum
"temannya Davika memberi tau,jika hari dimana insiden itu terjadi, Davika dan tunanganmu menitipkan ini padanya"
"kenapa harus dititipkan pada teman Davika?"
"temannya Davika yang mengantar mereka ke pelabuhan, mereka lupa untuk menyimpannya dirumah, hingga akhirnya terpaksa dititipkan pada teman Davika untuk menyimpannya"
"maksudku kenapa harus mereka melepasnya,tidak ada larangan untuk penumpang kapal tidak boleh menggunakan perhiasan bukan"
"kau percaya dengan firasat sebelum pergi?"
"maksudmu?"
"mereka sudah merasa akan ada sesuatu terjadi pada mereka, hingga tuhan memberi kesempatan pada mereka untuk memutus hubungan dengan kita sebelum pergi"
Gulf tersenyum meledek,"alih-alih memberi kesempatan untuk memutus hubungan, kenapa tidak dia gagalkan saja insiden itu, bukan malah memisahkan mereka dari kita"
"bukan itu maksudku memanggil mu kesini"
"tidak ada maksud lain,semua sudah jelas jika tuhan tidak berpihak pada kita"
"kau tau kenapa tuhan memberi kesempatan pada mereka untuk memutus hubungan dengan kita walau secara tidak langsung?",bukan menjawab Gulf malah memalingkan pandangan dari Tay,seakan ia sudah benar-benar lelah akan rencana Tuhan
"karena Tuhan mau kita terus meneruskan hidup kita walau tanpa mereka. Tuhan memberi kita kesempatan untuk menemukan kebahagiaan yang mungkin lebih dari apa yang kita dapat dari pasangan kita yang dulu"
"tapi Tuhan tidak berpikir bagaiman sulitnya aku melewati masa-masa yang tidak mudah bagiku"
"kita sudah bukan anak remaja lagi. Semakin dewasa semakin banyak yang harus direlakan"
"mesti sudah lama tapi hatiku belum sepenuhnya pulih, maaf jika menolak takdir baik dari Tuhan untuk sementara"
"jika tunanganmu melihat mu seperti ini,aku yakin dia akan berpikiran jika kau memang bodoh"
"bodoh karena mau berada dalam skenario pilihan Tuhan",wajahnya ketus menjawab Tay
"kenapa dia memilih jalan yang sulit untuk kita, jika pada akhirnya memang kebahagiaan yang kita temui"
"jika tidak seperti itu hidup tidak menyenangkan"
"kau menikmati kesedihanmu rupanya Tay?"
"bukan menikmati tapi berdamai dengan keadaan lebih baik untuk sekarang"
Keduanya tidak akan selesai semalam jika terus berdebat, Gulf selalu banyak bicara saat dengan Tay, ia merasa hanya Tay yang tau apa yang ia alami dan rasakan.
Rambut keduanya terbuai angin, telinga mereka memerah, kakinya ditumpangkan diatas kaki satunya, tatapannya lurus kedepan menikmati ke elokan yang terpampang. Jingga langit terukir tak beraturan, ombak menari dengan irama yang sama, pohon kelapa menari seakan melambai. Karang begitu kokoh diterpa ombak, haruskan hidup ini kalah hanya dengan sebuah batu karang?
"jika kau begitu mencintainya kenapa tidak ikut tenggelamkan dirimu dilaut?"
"kau gila?"
"aku hanya bertanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile S1
FanfictionGulf kanawut,, seorang dokter spesialis bedah sekaligus anak dari Manager Stasiun televisi swasta. Kejadian empat tahun silam membuat dirinya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Kekasihnya sekaligus tunangannya dinyatakan ikut menjadi salah satu ko...