Woebegone

389 64 9
                                    

"Jim, kau melihat Tay?"

"Dia sedang mengobrol dengan Clay"

"Clay?"

"Kau tau?, akhirnya ada sesuatu yang membuat ku suka dengan anak itu, dia seperti bocah tidak tau sopan santun, tapi dia punya communication skills yang baik, dia bahkan bisa sedekat itu dengan orang baru, dan yang lebih dari itu, tadi siang dia membuat Manager Stasiun tertawa haha hihi saat berbicara dengannya"

"Manager?"

"Saat kau pergi ke cafe, manager Nadech datang kesini untuk menemui sutradara"

"Yasudah, kalau begitu aku pulang dulu, sampaikan pada Off untuk datang lebih pagi besok"

Sebelum pergi meninggalkan lokasi syuting, Mew pergi mencari Tay yang hari ini ikut dengannya ke lokasi syuting.

"Tay"

"Mew, sudah mau pulang?"

"Iyah kita pulang sekarang"

"Kau pulang saja duluan Mew, aku akan pergi ke rumah teman lamaku dulu"

"Kau yakin tidak apa-apa aku biarkan sendiri?"

"Iyah tidak apa-apa, aku bisa naik bus atau transportasi lain"

"Kalau begitu aku duluan"

Mew pulang sendiri meninggalkan Tay, tidak seharusnya ia menghawatirkan Tay, karna sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di pesisir laut dan menghindari kerumunan kota, Tay juga tau semua sisi dan sudut kota. Meski keberadaan laut yang tidak begitu jauh dari rumah Gulf, tapi Tay seperti enggan meninggalkan tempat tinggalnya yang ia buat sebagai tanda mengenang kekasihnya yang sudah tiada.

.
.
.
.
.
.
.

Pelita setiap sudut kota sudah menyala terang, itu tandanya surya yang tenggelam telah datang menghempas terang. Bulan tidak bisa membancang indurasmi yang begitu mentereng terpampang diatas jagat dengan gagahnya. Payoda ikut bergeser mengikuti arah gravitasi, menemani malam penuh adorasi.

Mega bersilir-silir melengkapi gambaran temaram, menuntun angin menuju malam yang seakan tak mau padam, terjatuh tutur gelap yang sesegera mungkin andam karam. Dua pria dengan perawakan luar biasa dengan wajah tampan yang tidak manusiawi, kini duduk tenang di salah satu cafe yang tidak terlalu ramai akan pengunjung.

"Hi, maaf karna menunggu", sapa seorang wanita yang datang lalu duduk dengan kedua lelaki yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Tidak apa-apa, aku dan Mew juga baru sampai, jadi tidak terlalu lama untuk menunggumu"

"Dan kemarin kenapa kalian tidak bisa bertemu denganku?, apa sesuatu terjadi?"

"Bukan hal besar, hanya saja Mew harus menginap dirumah teman kantornya, dan aku harus tetap dirumah, karna temanku datang untuk menginap, jadi terpaksa kita harus membatalkan janji denganmu"

"Baiklah aku mengerti"

"Lalu katakan View!, hal apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan pada kita"

"Begini....", ucapannya terjeda, dengan perasaan ragu untuk memberi tahu

"kenapa?"

"Gulf, Mew"

"hmm"

"Aku tau ini sudah jadi masa lalumu, tapi aku juga tidak bisa biarkan kau tidak mengetahui tentang semuanya"

"Maksudmu?", Gulf sungguh tidak paham akan apa yang View katakan

Untuk sejenak View menarik nafas untuk meyakinkan diri, jika ini memang sudah waktunya untuk diberitahu kan.

"Sebenarnya....Namtarn dan Davika tidak naik kapal yang dikabarkan mengalami insiden empat tahun lalu"

"View..?"

"Biar aku selesaikan dulu ucapan ku Gulf"

"Lanjutkan View", Mew mempersilahkan View untuk lanjut dengan ceritanya

"Tapi ini tidak berarti jika mereka berdua masih hidup, karna tepat sebelum kapal itu berlayar, Namtarn dan Davika sudah benar-benar kehilangan nyawa"

"Maksudmu mereka berdua tidak bisa ditemukan karna memang mereka tidak menumpangi kapal itu?"

"Iya Mew, Namtarn dan Davika memang sebenarnya ingin menaiki kapal, tapi...", lagi-lagi View terhenti dengan perkataannya

"Tapi?, tapi apa View?"

"Seseorang dengan leluasa melenyapkan mereka berdua, setelah kemudian membuang keduanya kedalam laut"

Pernyataan dan perkataan yang begitu tabu untuk diserap oleh akan pikiran Gulf, ia tergagap dengan tangan gemetar, dadanya seperti tertubruk samsak besar secara tiba-tiba.

Sedangkan Mew senantiasa memegangi tangan Gulf, karna ia tahu bagaimana perasaan yang Gulf alami setelah mendengar pernyataan penting tentang hal yang membuat tunangan nya pergi meninggalkannya.

"Dari mana kau mengetahui semua ini View?", sudah seharusnya Mew bertanya tentang ini bukan?

"Paman Mario yang hari itu pergi untuk mengantar Namtarn ke pelabuhan, dia hendak pulang, tapi ada barang Namtarn yang tertinggal didalam mobil, hingga membuatnya terpaksa kembali ke pelabuhan, tapi sayang rupanya naas tidak bisa ditolak, paman Mario melihat sendiri dari kejauhan jika seseorang dengan tega melempar keponakan nya seperti bangkai hewan ke laut"

"Katakan!, manusia sialan mana yang telah berani melakukan hal itu pada Namtarn dan Davika!?", Memang sudah menjadi masa lalu, tapi emosi tidak bisa dibendung kala tau kenyataan yang sangat diluar perkiraan nya

"Sebenarnya ini alasanku datang ke kota ini, untuk memberi tahu kejadian sebenarnya yang tidak kau ketahui"

"View kau tahu siapa orangnya?", View mengangguk pelan meng-iyakan

"Lalu apa dia sudah berada di tempat seharusnya?"

"Kejahatannya sangat apik untuk disembunyikan, hingga membuatnya tidak terendus polisi sampai sekarang"

"Kau dan paman Mario tau siapa orangnya, lalu kenapa tidak kalian yang laporkan"

"Tidak ada bukti untuk melaporkan, jika hanya terekam oleh kepala, mana bisa itu disebut bukti yang kuat, dan lagi dia mengancam paman Mario untuk tetap diam jika tidak ingin ada korban selanjutnya setelah Namtarn dan Davika"

"Apa dia membahayakan kehidupan mu juga?"

"Tentu saja, karna dia tau, jika aku tau semua tentang rahasianya dan rahasia Namtarn, itu sebabnya paman Mario menyuruh ayah dan ibuku untuk pindah keluar kota, agar aku tidak ikut terlibat dan mengalami hal sama seperti empat tahun lalu. Dan lagi dia mungkin bisa membahayakan orang-orang terdekat kita sekarang"

"Kenapa?"

drrttt...drttt.....drrttt

Suara ponsel milik Gulf mengalihkan pandangan ketiganya, setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel, dengan sesegera Gulf mengangkat teleponnya.

"Ibu?, bagai___", berniat menanyakan kabar sang ibu, tapi terhenti saat sepertinya keadaan memang sedang tidak baik-baik saja

"Kenapa ibu menangis?, katakan padaku apa ibu baik-baik saja?"

"......."

"Di kantor?", Gulf terkejut saat mendengar jawaban dari sang ibu

"Lalu dimana ayah sekarang?"

"........"

"Apa ibu dengan seseorang?"

"........"

"Aku kesana sekarang", Setelah mendapat telepon dari ibunya, Gulf beranjak dari duduk, dengan sesegera mungkin menuju mobil

"Gulf mau kemana?, katakan!, apa sesuatu terjadi?", View heran tentang apa yang membuat Gulf terlihat begitu cemas sesaat setelah menerima panggilan dari ibunya

"View maafkan aku, kita bertemu lain kali, sekarang aku dan Mew pergi dulu"

TBC
.
.
.
.
.
Semua dimulai kembali

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang