Epiphany

524 84 12
                                    

Jangan di follow kalo gak mau,
Jangan di vote kalo gak bisa,
Yang penting enjoy aja baca♡

🌞🌻

____________________________________________________________________

"Gulf"

"Prosesor"

"kau mau pulang?"

"iya aku baru mau pulang, apa butuh sesuatu?"

"bisa ikut sebentar?"

"kemana?"

"hanya taman rumah sakit"

"baiklah"

Bukan tidak mau berbincang di dalam ruangan, tapi udara segar membuat percakapan menjadi lebih seru didengar, temaram malam menjadi sesi bicara antar dua orang sesama dokter, hanya saja yang lebih tua sudah lebih menjadi profesional. Ini baru jam tujuh malam tapi sudah tidak ada satupun orang yang nampak, hanya mereka berdua yang hadir.

Sepertinya pernah ada sesuatu yang terikat, mereka terlihat sudah tidak canggung dan tidak asing satu sama lain.

"aku sudah mendengar semua dari ayahmu tadi pagi"

"Ayah?, apa yang ayah katakan?"

"kau dan dia akan berpisah"

"ayah tau semua rupanya"

"bukan hanya ayahmu yang tau, aku juga selalu tertarik dengan hidupmu, kau tau kau sudah aku anggap seperti anakku sendiri, sekalipun kau sudah punya pasangan baru, kau tetap aku anggap anakku"

"aku memang anakmu"

"kalau begitu dengarkan aku layaknya orang tua mu"

"apa?"

"lupakan anakku!.mulailah hidupmu yang baru"

"tapi__"

"Namtarn sudah tiada empat tahun lalu, aku dan istriku sudah mengikhlaskannya, sekarang giliran mu, aku hanya minta untuk kebaikanmu"

"bagaimana bisa kau mengatakan itu, saat Namtarn anakmu sendiri, apa kalian tidak berpikir jika takdir terasa berat?"

"Bukan takdirnya yang berat, tapi hati kita yang kurang lapang menerimanya, bukan jalannya yang sulit tapi kita yang kurang kuat melewatinya"

"maksudku Namtarn itu anakmu, bagaimana bisa kau meminta aku melupakannya"

"itulah sebabnya, aku ayahnya, jadi aku menyampaikan apa yang dia inginkan"

"maksudnya?"

"kau tidak berpikir untuk coba membalikan posisi",

"apa maksudnya, aku tidak paham"

"apa kau pernah berpikir bagaimana jika Namtarn yang berada di posisi Mew?,apa menurut mu dia akan baik-baik saja dengan hidupnya yang harus kalah dengan masa lalu seseorang?. Pikirkan perasaannya, tiga tahun bukan waktu yang singkat untuknya, menurutmu seberapa banyak Mew memendam kesabarannya yang tidak berbuah?"

"Jika Namtarn adalah takdir yang telah tercatat untukku, untuk apa aku masih mengingat masa laluku, aku akan melanjutkan kisah sebelumnya dengan Namtarn"

"Tepat sekali. jika Namtarn tercatat untukmu, maka tuhan tidak akan mengambilnya darimu. Tuhan membuatmu merasa bersedih karena kehilangan Namtarn, lalu Tuhan kiriman Mew sebagai penyembuh untukmu. Menurutmu mana pilihan Tuhan yang lebih baik?,rasa sedih atau obat penyembuh?"

"Seharusnya Mew menolak ayahku, jika dia tidak siap untuk hidup dengan orang sepertiku"

"Sudah aku bilang...takdir yang termaktub untukmu tidak akan mangkir meski sejauh apapun jaraknya. Mungkin Mew selama ini diam, dan kau yang tidak mengerti diamnya mungkin tidak akan mengerti kata-katanya, itu yang membuat Mew lebih memilih memendam semuanya sendiri",semakin lama semakin diresapi pikiran kata demi katanya, Gulf tau jika yang sudah tidak ada tidak mungkin kembali lagi.

"mungkin menurut Mew, mencintaimu adalah sakit yang terus kambuh, tapi sayang dia tidak ingin sembuh"

"kata-katamu sama dengan Tay, apa kau juga mau aku melupakan anakmu dengan menerima yang baru dihidupku?"

"Anggap saja Namtarn yang meminta pada Tuhan untuk memilih Mew sebagi penggantinya dalam hidupmu"

Yang singkat itu waktu, yang sulit itu ikhlas. Yang berat itu masa lalu, yang berharga itu masa depan. Pilih saja mana yang kau mau, hal berat atau berharga?

.
.
.
.
.

Sunyi sangat terasa kala mengawasi setiap sudut yang ia tatap, menatap sebuah ruangan yang biasa ada seseorang untuk menyambut dan menunggunya hanya untuk sekedar makan malam bersama. Dingin amat terasa menusuk ceruk saat kini dirinya sudah sendiri. Baru kali ini ia merasa jika rumah ini benar-benar sunyi.

Harsa tak pernah terlukis, tawa tak pernah terukir, canda tak pernah terlontar, hanya percakapan singkat yang diingat. Gulf mengingat seseorang yang selalu diam melihatnya menangis tapi menguatkan setelahnya. Gulf mengingat seseorang yang setia mendengarkan ceritanya walau tidak diminta. Gulf mengingat seseorang yang selalu membiarkan nya mengeluarkan isi kepala tanpa menyela. Gulf sebenarnya tidak pernah membenci Mew, mengingat seberapa tulus perlakuan Mew padanya.

Perlahan ia menghampiri sebuah lemari es, membukanya dengan pasti, melihat sebuah cake matcha masih tersimpan di dalamnya. Sudah mengeras dan tidak bisa untuk dimakan, Gulf ingat hari dimana Mew masih sanggup tersenyum padanya walau sudah dibuat kecewa di hari ulang tahunnya.

Merogok saku celana untuk mengambil ponsel, menekan nomor seseorang untuk dihubungi...

"Ayah"

"kenapa Gulf?"

"apa ayah masih di kantor?"

"ayah baru akan turun untuk pulang"

"bisa bantu aku?"

"katakan"

"bisa ayah bicara pada Mew untuk mengangkat telepon ku?,semua panggilan ku tidak dijawab olehnya sejak tadi, pesanku juga tidak dibaca, mungkin dia sedang sibuk jadi bisa ayah katakan langsung padanya?"

"Tidak bisa"

"ayah tidak mau?"

"Mew tidak ada disini"

"ahh..apa dia sedang dalam perjalanan pulang?"

"bukan, Mew sedang keluar kota untuk syuting"

"keluar kota?"

"Iyah"

"butuh berapa lama untuk syuting diluar kota"

"hanya satu minggu ayah rasa, atau mungkin Mew akan mengabulkan keinginannya"

"keinginan apa"

"ayah memberinya tawaran untuk menjadi chip koordinator di salah satu perusahan stasiun televisi di London, mungkin setelah selesai dengan syuting di luar kota Mew akan segera menandatangani kontrak untuk disana"

"London?, bagaimana bisa ayah gegabah dengan memberinya tawaran seperti itu, ayah kan tau dia sudah menikah dan punya aku yang harus dijaga"

"dijaga?",ayahnya sedikit terheran akan perkataan Gulf

"Gulf?,apa kau tidak tau jika Mew memutuskan pergi dan membiarkanmu?"

"Dia memang memutuskan tapi aku tidak memberi jawaban"

"Jangan egois. Kau melarang Mew untuk pergi, tapi kau tidak menganggap nya saat ada. Biarkan dia membuka pintu baru, jangan membuatnya terikat akan hubungan pernikahan yang membuatnya sama sekali tidak bahagia"

"Kenapa ayah mengatakan itu, bukannya ayah yang menikahkan aku dengan Mew"

"Kau benar, dan ayah menyesal karna menjadi alasan hidupnya Mew tidak bahagia"

"tapi ayah___"

"sudah dulu Gulf, ayah harus menyetir"

"ayah tunggu dulu!", Ayahnya menutup telepon secara sepihak, tapi siapa sangka ternyata di balik layar ayahnya tersenyum setelah menutup telepon dari sang anak.

TBC
.
.
.
.
.
Aku akan mulai terbiasa

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang