Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam, angan-angannya terlalu tinggi menerawang langit, sampai lupa jika tujuannya sudah milik orang lain. Jangan egois dengan hidup, sebab tak semua selalu berpihak padamu. Takdir baik nyata adanya, takdir buruk diri sendiri yang menciptakan.
Perlunya tau diri dengan kata terimakasih, agar membuat mu tidak lupa siapa dirimu. Tay mungkin saja sudah menghianati kasih sayang yang kedua orang tua Gulf berikan, kata terimakasih yang seharusnya berbalas manis, namun kini seperti melempar lumpur kedalam susu.
Angin malam menjadi teman pelipur lara, merasa hidup tak adil pada dirinya, hingga memilih menyakiti banyak orang yang dianggap berusaha menghalanginya dari kebahagiaan. Duduk diantara balkon kamar, menyesap kopi dengan pelan, meresapi heningnya malam tanpa gangguan bising yang berlebihan. Tay mengambil ponsel diatas meja yang terletak di balkon kamarnya, menekan nomor untuk menghubungi seseorang...
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik"
"Kapan kau datang lagi ke rumahku?"
"Tay aku tutup teleponnya, aku sedang menyetir"
"Baiklah, tapi ingat Gulf, besok malam kau harus datang padaku dan katakan apa pilihan mu. Meninggalkan Mew atau kehilangan Mew?"
Gulf menutup telepon secara sepihak, tanpa berlama-lama berbicara dengan Tay ditelepon. Gulf baru saja merasa lelah karena pekerjaan, kini pikiran dan hatinya harus kembali merasakan was-was yang terus menghantui, belum tau pilihan mana yang harus ia ambil, karna pikirannya terus bercabang-cabang tentang semua.
Gulf menepikan mobilnya, kembali mengambil ponselnya lalu menekan nomor seseorang untuk dihubungi...
"Gulf kau dimana?"
"Mew, maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa datang untuk dinner denganmu, tiba-tiba New meneleponku untuk menemaninya yang sedang sakit di rumahnya, jadi sekali lagi maafkan aku"
"New?" Mew nampak membuang nafas diseberang sana
"Yasudah, tidak apa-apa, semoga New cepat sembuh, jaga dirimu juga" Mew tidak bisa melarang Gulf, meski dirinya berbicara dengan nada kecewa, tapi Mew merasa jika New sedang membutuhkan Gulf saat ini.
Merasa bersalah karna berbohong, tapi jujur saja sebenarnya Gulf juga tidak tahu kenapa harus membatalkan acara dinner nya dengan Mew. Menyandarkan tubuhnya dikursi mobil, memejamkan mata untuk sejenak, mencoba berpikir ulang tentang mana yang harus ia putuskan saat esok menemui Tay.
Saat ini Gulf merasa jika mencintai Mew adalah dedikasi tingkat tinggi, hatinya terpatri akan nama yang harus ia jadikan pilihan antara pergi atau tetap disisinya. Nurani dan pikiran tidak bisa diajak kerjasama, keduanya mengusulkan jawaban yang bertentangan, hingga pada akhirnya hanya membuang nafas kasar yang menjadi pelampiasan.
"Saat ini aku benar-benar bingung, hatiku menyuruhku bertahan, sedangkan pikiranku menyuruh untuk menyerah" Satu pilihan satu resiko, itu yang harus diingat
"Aku tidak tau apakah keyakinanku sudah mulai pudar atau justru rasa cintaku yang bertambah besar padamu. Yang ku tau saat ini diriku dipenuhi ketakutan dan keraguan akan pilihan mana yang akan aku ambil"
Setelah beberapa saat menepikan mobilnya, Gulf kembali melajukan mobilnya dengan berbalik arah menuju rumah New. Berharap New bisa mengerti dengan dirinya, agar memberi ijin untuk menginap dirumahnya.
Tepat di depan pintu berwarna coklat kayu Gulf berdiri, ia masih ragu dengan keputusannya untuk menginap di rumah New. Namun akhirnya ia menempelkan tangannya di pintu kayu untuk mengetuk. Setelah dengan dua ketukan, New tidak lama turun membuka pintu, namun dengan wajah heran penuh tanya, sedang apa Gulf dirumahnya?
"Gulf? apa aku melupakan sesuatu?"
"New, malam ini apa boleh aku menginap dirumah mu?"
"Menginap? disini?" Gulf hanya mengangguk menjawabnya
"Kau sedang bertengkar lagi dengan Mew?"
"Kau ijin kan saja aku menginap, jangan banyak tanya untuk saat ini"
"Yasudah masuklah" New mempersilahkan Gulf untuk masuk kerumahnya
"Gulf__"
"New" belum selesai dengan ucapannya, tapi Gulf memotong pembicaraannya
"New aku mengantuk, bisa tunjukkan dimana kamar untukku!?"
"Kau baru sampai dan sudah mau tidur?"
"Kau kan tau sendiri, tadi siang aku harus mengoperasi pasien yang seharusnya menjadi tanggungan jawab Ja, dan sekarang aku lelah sekali"
"Di atas" New menjawab dengan ketus
"Yasudah aku ke atas dulu"
Gulf pergi tanpa perduli dengan ekspresi wajah yang New tunjukkan, namun New paham dengan Gulf, ia tau tadi siang Gulf telah melakukan operasi yang lumayan melelahkan, ditambah New berpikiran jika Gulf sedang tidak baik-baik saja dengan Mew.
Malam ini sunyi rebah dipunggungnya, dan terlihat bulan yang bersandar tenang, dengan suara malam yang tidak ada satupun yang mampu menyaingi kecuali detak jantung nya sendiri. Meski dirinya jauh dari Mew, namun pikirannya lagi-lagi menggiring satu nama untuk terus ia ingat dan membuat tidurnya tidak lagi lelap.
Malam ini hanya punggungnya yang tau, tentang lara apa yang menggerogoti tepian hatinya, hingga matanya lagi-lagi enggan untuk terpejam. Sudut malam seperti rumpang ditikam gelisah yang bergentayangan di kepalanya. Berharap malam ini berlalu dengan lamban, dan hari esok semoga datang dengan kabar yang menggembirakan hati.
Suara ponsel menjeda gelisahnya untuk sesaat, saat dilihat rupanya adalah pesan dari Mew.
"Jangan tidur malam-malam
Jika membutuhkan sesuatu telepon saja
aku🤍"
"Apa aku melukai mu lagi dengan membatalkan acara dinner kita malam ini?" ia bertanya pada diri sendiri setelah membaca pesan yang ia dapat"Aku juga tidak tau kenapa aku harus menghindar, tapi yang pasti kau tidak seharusnya menanggung atas obsesi Tay padaku"
Meski gelisah dan khawatir masih dirasa, tapi setidaknya hari ini ia bisa tertidur karna lelah yang hinggap di tubuh membuatnya butuh istirahat. Hingga pagi datang ia terbangun dengan pemikiran yang sama. Banyak gundah dan risau di kepalanya, ada hati yang berbisik lewat detak jantung, untuk cepat memutuskan mana yang akan dipilih.
Gulf melangkahkan kakinya menuju tangga, hendak pergi untuk pulang, tapi New menghentikannya saat berpapasan di ujung tangga.
"Kau mau kemana?"
"Aku mau pulang mengganti pakaianku"
"Pakai saja punyaku, setelah itu kita pergi bersama"
"Apa boleh?"
"Tentu saja, sebaiknya kau mandi saja, nanti aku antar pakaiannya ke kamar mu"
Gulf menuruti apa kata New, mungkin lebih baik jika hari ini Gulf pergi ke rumah sakit dari rumah New. Setelah usai bersiap diri, Gulf dan New pergi dengan mobil masing-masing. Tidak banyak pertanyaan yang New lontarkan pada Gulf, pasalnya ia melihat ekspresi wajah yang terlihat jelas dari wajah tampan Gulf.
Saat ditengah perjalanan, dering ponsel milik Gulf berbunyi, hingga membuatnya terpaksa menepikan mobil karna tidak membawa earphone didalam mobilnya.
"Iya Mew"
"Kau sudah pergi ke rumah sakit?"
"Aku sedang dalam perjalanan"
"Kalau begitu hati-hati"
"Kau juga"
"Apa nanti kau sudah bisa pulang ke rumah?"
"Setelah dari rumah sakit aku langsung pulang ke rumah"
"Kalau begitu aku tutup teleponnya, sampai jumpa"
Gulf menutup teleponnya, setelah kemudian melajukan kembali mobilnya. Semenjak pagi ini datang, Gulf sudah tau dan mendapatkan jawaban tentang apa yang harus ia pilih dan putuskan.
TBC
.
.
.
.
.
Semua telah direncanakan
![](https://img.wattpad.com/cover/339430107-288-k18631.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile S1
FanfictionGulf kanawut,, seorang dokter spesialis bedah sekaligus anak dari Manager Stasiun televisi swasta. Kejadian empat tahun silam membuat dirinya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Kekasihnya sekaligus tunangannya dinyatakan ikut menjadi salah satu ko...