Luka tanpa obat

538 86 9
                                    

Hari yang menyenangkan untuk Mew, ia bisa melewati weekend dengan pasangannya layaknya yang dilakukan orang lain. Mew berjalan disamping Gulf, sembari berjalan ia terus menanamkan senyum di wajahnya, seakan mendapat jekpot yang begitu besar, hatinya terlalu membuncah menahan senang karena mendapat hadiah ulang tahun dari Gulf.

Setelah lama berjalan kaki, Mew mulai menyadari kemana langkah mereka tertuju, senyumnya perlahan tenggelam, dengan terpaksa ia harus tetap berjalan mendampingi Gulf.

Mew dan Gulf mendudukkan diri diatas kursi kayu yang biasa Gulf dan Tay tempati, keduanya menikmati pemandangan ombak yang asik bergulat dengan bringas, tidak ramai dengan orang karena tempatnya sedikit jarang untuk dijangkau pengunjung.

Mew berusaha menahan gemuruh dalam hati. Hidupnya ditempa untuk terbiasa, dan berpura-pura untuk bahagia diatas luka. Seringkali ia membohongi diri sendiri dengan mengatakan jika semua akan berubah saat waktunya.

"kemarin Tay menelponku, dia memberi tau jika kau sedang dalam perjalanan pulang"

"kau tau soal kemarin?",Gulf tidak menyangka ternyata Mew tau alasan kenapa dia tidak bisa menepati janjinya pada Mew kemarin sore.

"apa sebesar itu cintamu padanya?"

"bukan besar atau kecilnya, tapi hidupku sudah separuhnya ia miliki"

"dia akan mengembalikan separuh hidupmu yang telah ia ambil, saat kau sudah menemukan orang yang tepat untuk menggantikan nya"

"apa aku setega itu untuk mengambil separuh hidupku yang telah ia ambil, lalu memberikannya pada orang baru?"

"benar,kau tidak mungkin setega itu. Saat berjalan berdua denganku pun tujuan dari langkah kakimu tetap tertuju kesini",serat terasa di mulutnya kala harus mengucapkan kata demi kata.

"kau tidak setega itu untuk melupakannya dengan cepat, tapi apa kau sadar?,kau begitu tega membuatku hidup antara kau dan bayangan masa lalumu",Gulf hanya terdiam mendengar sambaran tiba-tiba dari Mew

"Tiap hari selalu bertanya tanya apa kurangku?, Bagian mana yang salah hingga buatmu masih enggan menerima ku dalam hidupmu. Lelah sekali berprasangka, jika memang merasa kehadiranku tidak berguna, kenapa tidak suruh aku untuk pergi dari hidupmu?"

"kenapa kau tidak pergi sendiri?"

"aku terlalu mencintaimu, mana bisa aku pergi tanpa kau suruh". Benar,rasa sayangnya lebih dalam ketimbang rasa lelah menghadapi kedinginan sifatnya.

"kau tau alasanku sering meminta maaf padamu walau karena kesalahan kecil?,itu bukan karena aku merasa salah, tapi aku takut kehilangan mu, namun rasanya sia-sia jika hanya aku yang takut kehilanganmu"

"Mew",Gulf beralih padangan pada Mew

"aku akan membantumu pulih,tapi bagaimana bisa saat dia yang tetap kau pilih", sepertinya hati Mew sudah terlalu overload menahan keluh tentang kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan

"tidak bisakah kau berdamai dengan cerita yang tak mampu kau teruskan?"

"kenapa kau mengatakan itu Mew?"

"lagi-lagi aku harus meminta maaf padamu,karena mungkin telah melukai perasaanmu saat ini, tapi aku hanya ingin setidaknya kau hargai usahaku dan keberadaan ku",Mew beranjak dari duduknya, ia pergi meninggalkan Gulf yang masih terduduk, Mew juga meninggalkan lollipop pemberian Gulf sebagai hadiah ulang tahunnya.

Tidak ada artinya dengan kata memandang langit yang sama, Jika perasaan tidak pernah sama. Tiga kata indah yang selalu ia ucap namun tidak pernah diterima dengan sungguh (maaf, terimakasih dan cinta).

Hatinya terikat suka akan indahnya seorang insan ciptaan Tuhan, namun kali ini ia harus meminta pada Tuhan untuk memberi sedikit kekuatan agar sejenak melupakannya. Berusaha menjadi obat penyembuh lara, hatinya sudah siap seluas segara, namun usahanya tidak jauh dari anggapan sebuah angkara.

Mew pergi tanpa Gulf. Bukan rumah hunian berdua yang menjadi tujuan, melainkan Mew pergi ke rumah Tay yang berperan sebagai sahabat Gulf.

"Mew,,,kau tahu jika kau harus hidup dengan seseorang yang masih terikat dengan masa lalunya, lalu kenapa baru sekarang kau merasa penat?"

"Terkadang ingin sekali mulutku mengatakan semua, tentang betapa jengahnya aku melawan perasaannya yang tak kunjung timbul untukku. Tapi aku lebih memilih untuk diam sampai saatnya diminta untuk bicara, ketimbang terus bicara sampai disuruh diam, itu rasanya lebih baik"

"anggaplah jika tuhan belum menemukan cara tentang kisah bahagia di akhir, sehingga terus membuat hidupmu berliuk-liuk dilingkaran yang sama. Jika kau menyerah dan berpikiran untuk meninggalkannya, maka sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa keluar dari masa lalunya, karena hanya kau yang mampu menghadapi nya dengan tenang"

"Akankah dia sadar?,atau membuat lelah bertambah kadar?"

"kembalilah ke rumahmu, sekali lagi resapi wajahnya dengan baik, amati setiap sudut rumah yang telah jadi saksi setia dalam mengikuti kisah rumah tangga yang teramat dingin, ingat kembali seberapa susahnya kau berusaha untuk dia, tanyakan pada inti hatimu, apa kau benar-benar harus menyerah atau membuatnya menjadi bergantung padamu. Bukan aku tidak tahu perasaan mu, tiga tahun bersamanya bukan waktu yang singkat apalagi dipenuhi dengan sikaf acuhnya padamu"

"jika matanya saja tidak bisa aku kuasai, lalu bagaimana dengan hatinya?"

"dia milikmu Mew. Sekarang hanya kau pemiliknya"

"Dari sekian banyak tanya yang hinggap tentang dirimu, aku jawab jika kau milikku, lama sekali kau sudah menjadi milikku, tapi kau tinggalkan dimana hatimu untukku?,,kau senang melihat aku terluka di dalam?,,kalau begitu teruskan, lanjutkan untuk membuat hatiku merasa perih, jangan pikirkan tentang lukanya, aku sudah terbiasa diterpa sikap acuhmu padaku",Mew duduk disebuah kursi rotan sembari memandangi indahnya wajah Gulf dibalik layar ponsel.

"Jadi kau mau bertahan atau menyerah?"

"aku sudah putuskan, dan sebaiknya sekarang aku pulang, maaf karena menganggu mu Tay".

TBC
.
.
.
.
.
Sebutlah namaku!,maka aku akan datang padamu

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang