Meski terbilang masih pagi, namun matahari begitu frontal membuat terpukau menampakkan diri dengan cerah, nampak burung-burung terbang seakan merapah, menjelajahi asmaraloka yang teramat indah, ingin memberi tau jika hari tidak boleh dilalui dengan gundah.
Meski suasana hati semua orang tidak sama, tapi apa boleh buat, alam memang besar, tapi untuk membuat semua orang senang itu tidak mungkin. Sudah menjadi tugas sendiri agar senantiasa membuat hari selalu jauh dari kata risau, maka dari itu selama hati kita dan perasaan kita baik-baik saja, maka tidak perlu hawatir dengan yang lain.
Sama halnya dengan Gulf, yang kini selalu mengawali pagi dan harinya dengan senyum lepas menyapa anca yang akan dilalui.
Kedatangannya sudah ditunggu oleh kedua temannya, tidak tau apa yang terjadi, namun sepertinya hal besar sedang terjadi. Setelah melewatkan banyak panggilan dan pesan dari kedua temannya, Gulf sesegera mungkin pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru.
"New, dimana dia sekarang?"
"dia diruangannya sedang berkemas"
"Gulf, aku dan New sudah berusaha berbicara dengannya, tapi dia tetap tidak mau berpikir ulang"
"sebaliknya aku temui dia dulu sekarang"
"pergilah"
Seharusnya Gulf datang ke rumah sakit ketika jam siang, namun karna hal penting terjadi, membuatnya harus datang ke rumah sakit lebih awal.
Memasuki ruangan salah satu dokter dengan terburu-buru, tidak peduli dengan tatakrama, Gulf membuka pintu tanpa mengetuk nya.
"Ja.."
"Gulf, bukannya kau masuk jam siang?,kenapa sekarang sudah disini?"
"ini semua karna kau"
"maksudmu?"
"Ja...sebenarnya ada apa, katakan padaku apa yang membuat mu mengambil keputusan gegabah ini secara cepat!?"
"Gulf, setelah New dan Dew, sekarang kau juga mau memarahiku?"
"tentu saja, kenapa tidak?"
"tapi Gulf__"
"Ja..kau taukan jika sekarang kau dan aku sedang di promosikan, lalu apa yang membuat mu berpikiran untuk resign dari rumah sakit ini, aku benar-benar tidak paham dengan cara pikirmu"
"bukankah dengan resign nya aku dari rumah sakit, bisa membuat mu dengan mudah mendapatkan kedudukan tanpa harus mengalahkan ku?"
"bukan itu yang ku mau, sebaiknya kau taruh kembali semua barang-barang mu!"
"tidak bisa Gulf, aku sudah menandatangani suratnya"
"Ja?"
"Gulf, mengertilah, jangan halangi aku"
"katakan padaku, apa alasan sebenarnya yang membuat mu resign diwaktu yang bisa saja menguntungkan mu ini"
"aku hanya ingin kembali ke Switzerland, ibuku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain aku, dan sekarang aku hanya akan fokus mengurus ibuku yang sedang sakit, sembari bekerja di rumah sakit kecil peninggalan ayahku"
"kau bohong bukan?"
"apa alasanku berbohong padamu, aku hanya ingin menjalankan tugas ku yang sebenarnya sebagai seorang anak"
Gulf tau ia tidak bisa menahan niat baik dari seorang anak pada orang tuanya, percuma memohon, pada akhirnya Ja akan tetap pergi dari rumah sakit.
"kalau begitu berjanji satu hal padaku!"
"apa?"
"kau akan sering menghubungi kami yang disini, dan jangan putus ikatan pertemanan diantara kita"
"harusnya aku yang mengatakan itu pada kalian, sedari semalaman hawatir ku berlebihan, memikirkan kalian yang mungkin saja melupakan ku begitu saja setelah aku pergi jauh dari kalian"
"aku rasa kau benar-benar bodoh Ja.."
Bisa dikatakan jika hari ini ada dua rasa yang berkecamuk dan bergelora. Tidak tau harus menafsirkan perasaan nya seperti apa, tetapi yang jelas, sekarang ia akan merasakan lagi bagaimana ditinggalkan orang terdekatnya.
Keputusan yang tidak bisa ditolerir oleh Gulf, tetapi mungkin saja jika ini adalah keputusan terbaik menurut Ja.
Seharian penuh dirinya tidak menampakkan tanda-tanda binar sumringah menjalani hari, nampak muram dan masam di wajahnya. Langit saja tau jika hari ini sedang ada yang bersedih karna ditinggal temanya, itu sebabnya, kelabu menerpanya sejak siang. Meski tidak ada rinai yang bersedia turun, namun hari sudah terukir abu dengan sendirinya.
Saat waktu pulang tiba, Gulf bergegas untuk kembali ke rumah, namun saat dirinya berjalan menuju pulang, Gulf berhenti sesaat tepat didepan pintu ruangan milik Ja, yang kini sudah kosong dengan menyisakan beruntun cerita yang tak bisa ditulis jika hanya dengan satu buku.
Melanjutkan langkah kakinya dengan sedikit lunglai, tapi harus mulai terbiasa dengan perginya salah satu rekan sekaligus temannya.
.
.
.
.
.Sesampainya di rumah Gulf langsung bergegas menuju kamarnya, namu terhenti karna sesuatu rupanya telah menunggu nya di ruang tengah.
"Gulf..", terdengar Mew, memanggil Gulf dari ruang tengah
"Mew, kau sudah pulang", Gulf menghampiri Mew yang memanggilnya dari arah ruang tengah, yang ternyata sedang berbincang dengan Tay
"sudah dari tadi",Mew beranjak dari kursinya, sebelum akhirnya meregangkan kedua tangan untuk memeluk Gulf
"aku merindukanmu"
"tapi kita hanya tidak bertemu sehari saja"
"tapi itu sudah cukup membuat ku berat menahan rindu untukmu"
"jangan berlebihan, kau bisa saja mengatakan ini pada setiap wanita yang kau dekati", sontak perkataan Gulf membuat Mew beranjak dari pelukan nya, dan beralih menatapnya
"biar aku pertegas padamu, jika aku tidak gampang suka pada orang lain, tapi dengan mu aku bisa jatuh cinta berkali-kali dan itupun lama sekali"
"kau yakin tidak mengatakan ini juga pada yang lain?"
"aku yang seharusnya bertanya padamu, tadi malam aku tidak pulang, dan kau berdua saja dengan Tay, apa dia tidak berbuat sesuatu atau melirik mu?"
"Mewww..Tay itu temanku, apa harus kau sebegini berlebihan?"
"tetap saja aku cemburu pada setiap mata yang melihatmu, sedangkan aku berada jauh darimu"
"ehemm....ehem....",suara sautan Tay untuk mengehentikan tingkah kasmaran dua manusia yang tidak tau tempat dan waktu
"kenapa menatapku?, lanjutkan saja acara lepas rindunya, jangan anggap aku, hiraukan saja aku, silahkan teruskan"
"Maaf Tay, aku lupa jika masih ada kau", Tay hanya menarik nafas dengan mengusap kasar wajahnya, tidak seharusnya ia hadir menjadi kacung di tengah kisah kasmaran dua remaja tua.
Merasa bersalah karna melupakan Tay, akhirnya Gulf dan Mew memutuskan untuk pergi ke kamarnya.
TBC
.
.
.
.Biar aku beri tahu sesuatu
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile S1
FanfictionGulf kanawut,, seorang dokter spesialis bedah sekaligus anak dari Manager Stasiun televisi swasta. Kejadian empat tahun silam membuat dirinya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Kekasihnya sekaligus tunangannya dinyatakan ikut menjadi salah satu ko...