"Apa ayah sudah berangkat ke kantor?"
"Ayah tidak akan pergi ke kantor. Hari ini ayah ada jamuan ke kantor kementerian"
"kantor kementerian?,jangan katakan jika ayah akan ikut terjun dan terlibat kedalam dunia politik negri"
"ayah berniat seperti itu, tapi untuk saat ini ayah hanya memenuhi undangan untuk dewan direksi yang tidak bisa hadir"
"jangan ikuti jejak kakek, aku tidak suka"
"Iyah aku mengerti. Katakan ada apa menelepon pagi-pagi!?"
"tidak jadi, aku tutup saja teleponnya"
Gulf berniat pergi bersama dengan sang ayah untuk ke kantor, tujuannya adalah untuk mencoba menemui Mew. Tapi mendengar sang ayah yang tidak bisa datang ke kantor, terpaksa Gulf lagi-lagi harus pergi sendiri.
Sepanjang jalan tak henti-hentinya ia mengetuk setir mobil, ia takut akan sikaf Mew yang seakan tak peduli dengan kehadirannya. Namun kali ini ia akan mencoba untuk mengajak Mew berbincang secara baik dari mata ke mata, jika perlu kali ini ia sudah siap jika harus melibatkan hati dalam topik pembicaraan nya.
Sesampainya di kantor stasiun televisi yang lumayan besar, Gulf berjalan menuju lobby, ia menunggu kedatangan Mew dengan sabar, meski dirasa tidak nyaman karna banyaknya orang yang mematai dari ujung ke ujung.
"Gulf....",terdengar teriakan Off dari pintu masuk lobby
"hi Off"
"kau menunggu Mew?"
"Iyah, apa kau tidak pergi bersama?"
"Mew bilang dia akan datang sedikit terlambat. Sepertinya ia kelelahan setelah semalam mencari apartemen baru"
"apartemen baru?",Off hanya mengangguk
"kalau begitu aku akan kembali saat jam istirahat saja"
"baiklah"
Dengan berat hati ia harus kembali tanpa bertemu Mew terlebih dulu. Harus sedikit bersabar untuk sesuatu yang tidak mudah. Setidaknya sekarang ia bisa merasakan tentang cinta dalam bentuk sabar yang bergelayut dalam diri, dan kadang menimbulkan duri dalam hati.
Terkadang banyak hal yang terjadi diluar dugaan, dan kendali kita. Bahkan jauh diluar ekspektasi kita. Dulu sangat ia membiarkan seseorang berjuang tanpa respon, membiarkan percuma perasaan terbuang sia-sia, tapi kini malah ia sendiri yang ingin sekali meraup banyak perasaan yang sudah dibuang sendiri.
"Pagi dokter"
"Pagi,dok"
"istirahat nanti bisa ikut dengaku ke cafe depan?"
"maaf sangat, tapi siang nanti aku ada janji dengan seseorang"
"tidak masalah, aku akan mengajakmu lain kali"
"tapi kenapa dokter tiba-tiba ingin mengajakku untuk istirahat bareng?"
"tidak ada, hanya saja terasa sudah lama sekali sejak kita berbincang berdua saja"
"lain kali mari kita lakukan"
"baiklah"
.
.
.
.
.Selama dirumah sakit, pikirannya hanya tertuju pada seseorang yang tak berhasil ia temui pagi tadi, berharap saat jam istirahat nanti kesempatan bisa datang padanya.
Keluar dari ruangan kerja, jalannya ia percepat, takut-takut akan melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan seseorang lagi. Sesegera mungkin pergi ke arah tujuan, dan mengendari mobil dengan sedikit kecepatan diatas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile S1
FanfictionGulf kanawut,, seorang dokter spesialis bedah sekaligus anak dari Manager Stasiun televisi swasta. Kejadian empat tahun silam membuat dirinya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Kekasihnya sekaligus tunangannya dinyatakan ikut menjadi salah satu ko...