Botulinum Toxin

385 63 5
                                    

Disepanjang perjalanan di dalam mobil, Gulf hanya menghentak-hentakan kakinya sebagai penyalur rasa cemas dan khawatir. Sedangkan Mew memegangi satu tangan Gulf, untuk menenangkan.

Apa yang sebenarnya terjadi, semua terjadi tiba-tiba seperti ini, mengingat siapa ayahnya, Gulf heran bagaimana bisa sang ayah seceroboh ini. Mendengar suara tangisan ibunya dibalik ponsel, sepertinya keadaan sang ayah jauh dari kata baik.

Setelah selesai memarkirkan mobil, Gulf dan Mew berlari menuju ruang ICU untuk menemui ibunya. Seorang wanita yang hampir memasuki kepala lima namun terlihat muda, dengan hidung bangir dan kulit putih, juga tubuh tinggi semampai di dapati sedang terduduk dikursi besi dengan kepala yang di senderkan pada tembok, begitupun dengan matanya yang nampak rembas karna air mata membuat Gulf begitu iba melihatnya.

"Ibu"

"Gulf" ibunya menyambut hangat pelukan yang Gulf beri

"Tidak apa-apa ibu, ayah akan baik-baik saja, jangan hawatir" usahanya menenangkan sang ibu dengan terus mengelus punggung

"Ibu takut sesuatu terjadi pada ayahmu"

"Ibu tau kan ayah itu seperti apa? jadi tidak mungkin sesuatu terjadi pada ayah"

"Gulf biar aku ambil air minum untuk ibu", Mew pergi meninggalkan Gulf dan ibu mertuanya untuk mengambil air minum

"Sekarang ibu ceritakan perlahan pada Gulf, darimana ibu mendapat kabar tentang ayah?"

"Mario"

"Paman?"

"Dia pergi setelah ayahmu masuk kedalam ruang ICU"

"Sekarang tenangkan diri ibu dulu", lagi-lagi Gulf menenangkan sang ibu dengan memeluknya

"Ibu langsung bergegas ke sini setelah mendengar kabar dari Mario"

"Ibu datang sendiri?"

"Ibu awalnya takut jika berkendara sendiri dalam keadaan panik, tapi untung saja ibu selamat sampai sini"

"Sebaiknya ibu jangan dulu beritahu kakek tentang ayah, aku menghawatirkan kondisi kakek"

"Ibu mengerti"

"Ibu, minum dulu", Mew mengulurkan sebotol air mineral pada ibu mertuanya

Setelah hampir setengah jam lamanya, mereka duduk di depan ruangan yang bertuliskan ICU, menunggu kabar seseorang di dalam sana.

Seorang dokter dengan perawakan tinggi dan putih, dengan gelar profesor yang terjahit rapi di baju putihnya, keluar dari ruang ICU dengan satu dokter lainnya yang membuntuti.

"Dokter, bagaimana ayahku sekarang?"

"Untung saja ayahmu segera diobati, hingga kritis nya hanya untuk beberapa saat"

"Ayahku sampai mengalami kritis untuk beberapa saat, sebenarnya apa yang menjadi pemicu besar terjadinya hal ini?"

"Menurut keterangan dari orang yang membawa ayahmu kemari, ternyata ayahmu ditemukan dalam keadaan sudah pingsan, dan hal ini terjadi karna sesuatu yang ayahmu konsumsi ternyata mengandung Botulinum Toxin dekan kadar yang cukup banyak"

"Botulinum Toxin?", terkejut bukan main mendengar apa yang dokter ucapkan tentang ayahnya

"Sekarang keadaannya sudah membaik, jadi nanti kami akan pindahkan ayahmu dari ICU keruang recovery, karna masih perlu ditinjau keadaannya"

"Baiklah, terimakasih", dokter pergi meninggalkan keluarga pasien

"Apa yang ayah konsumsi sebenarnya? hingga mengandung Botulinum Toxin dengar kadar diluar akal sehat"

"Gulf, apa itu berbahaya?"

"Sangat Mew"

"Sebenarnya Botulinum Toxin itu zat racun seperti apa?"

"Botulinum Toxin itu lebih ke zat berbahaya sama seperti sianida dan arsenik yang bisa menimbulkan kematian, jika tidak segera mendapat penanganan medis, bisa saja hal itu melibatkan kelumpuhan otot yang akhirnya mengarah pada kelumpuhan sistem pernapasan yang dapat berujung kematian"

"Tapi syukurlah ayahmu sudah baik-baik saja sekarang"

"Karna ayah sudah baik-baik saja, jadi sebaiknya ibu pulang ya?, biar Mew yang antar ibu untuk pulang"

"Gulf benar, sebaiknya ibu istirahat saja, biar aku dan Gulf yang menjaga ayah disini"

"Tapi besok pagi kalian harus bekerja"

"Jangan hawatir, sebaiknya ibu pikirkan kesehatan ibu untuk saat ini"

"Yasudah, kalau begitu ibu pulang ya Gulf, titip ayahmu, jika terjadi sesuatu hubungi ibu"

"Tentu", Gulf memeluk ibunya sebelum akhirnya sang ibu pergi untuk pulang dengan Mew

Mengusap wajah sedikit kasar, dirinya secara tiba-tiba diberi kabar tentang sesuatu yang membuatnya sempat hawatir berlebihan. Ayahnya bukan termasuk kedalam orang-orang ceroboh, lalu bagaimana bisa zat mematikan seperti itu ia konsumsi.

Mendudukan diri diatas kursi besi, mengistirahatkan diri setelah diterpa lemas tiba-tiba. Baru sebentar menghirup udara tenang, tapi suara ponselnya memecah keheningan ruang tunggu ICU.

"Kenapa View?"

"Gulf aku tau apa yang terjadi pada ayahmu"

Kepalanya yang tadi ia senderkan di dinding, kini ia tarik kembali karna mendengar perkataan View.

"Kau tau? dari siapa?"

"Paman Mario"

"Iyah, tadi paman yang membawa ayahku ke rumah sakit"

"Paman Mario membawa ayahmu lewat jalur khusus, hingga tidak ada satupun orang kantoran yang mengetahui"

"Kenapa kesannya seperti disembunyikan?"

"Karna ini termasuk pembunuhan berencana, yang bisa saja membuat media meliput semua kehidupan keluarga mu jika ketahuan"

"Pembunuhan?"

"Paman Mario melihat dia keluar dari ruangan ayahmu dengan burka yang menutupi penuh wajahnya, karna dirasa curiga, akhirnya paman Mario datang keruangan ayahmu, dan ternyata ayahmu sudah ditemukan dalam keadaan seperti itu"

"Tunggu dulu View, maksudmu siapa yang dimaksud dia?"

"Orang yang sama dengan yang membunuh Namtarn dan Davika empat tahun lalu"

"Itu artinya dia kenal dengan ayahku?"

"Sekarang harus lebih banyak berhati-hati, dia bisa saja melakukan hal lebih jahat dari ini"

"Apa yang bisa lebih jahat dari ini? ayahku hampir tewas karna zat yang masuk kedalam tubuhnya"

"Pikirkanlah, apa ayahmu melakukan sesuatu yang sekiranya bisa memancing amarah?"

"Apa? ayah memang usil, tapi itu hanya padaku saja, jika dengan yang lain ia selalu menjadi sosok yang tegas dan berwibawa. Memangnya kenapa?"

"Bisa saja ia melakukan hal ini karna ada sesuatu yang ayahmu lakukan atau ucapkan dan itu membuat nya tersinggung"

"Tapi kenapa ayahku? itu artinya dia dekat dengan ayahku, sampai-sampai dia tahu dimana ayah berada"

"Besok aku harus datang ke seminar, jadi kita bertemu dua hari setelah hari ini, untuk memberitahu mu dan Mew tentang siapa orang biadab yang melenyapkan Namtarn dan Davika, juga hampir menewaskan ayahmu"

"Baiklah, kita bertemu di cafe tadi saja"

"Aku tutup teleponnya, semoga ayahmu cepat sembuh"

"Terima kasih"


TBC
.
.
.
.
.
Ada hal lain yang di incar

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang