Belajar dari hari kemarin, hidup untuk hari ini, dan berharap untuk hari esok. Setelah kejadian yang menimpa Mew, Gulf semakin ketat menjaga Mew saat di rumah sakit, berharap agar yang terbaring cepat sadarkan diri, agar hari esok bisa kembali bersama lagi.
Meski kata lelah dirasa tubuh, tapi hatinya tetap menyanggupi saat hari-harinya harus dilalui dengan terus menunggu Mew sadarkan diri.
Ini sudah tiga minggu sejak Mew mengalami kritis, tapi belum ada tanda-tanda untuk bisa segera sadarkan diri. Masih tetap berharap dengan sungguh, tanpa menyerah barang sekalipun.
Hari ini Gulf pulang ke rumah terlebih dulu, ia tau jika mereka hanya tinggal berdua, hingga saat keduanya sama-sama di rumah sakit, maka kondisi rumah tidak ada yang memperhatikan.
Saat dirumahnya Gulf menatap ruang makan dengan senyum yang hampir tidak terlihat, mengingat sudah tiga minggu lalu sejak mereka makan bersama. Berharap hal menyenangkan seperti itu akan cepat dirasakan lagi.
Saat akan bersiap untuk kembali ke rumah sakit, ponselnya berdering menampakkan nomor tidak dikenal menghubungi nya.
"Hallo?"
"Sepertinya harimu sedang cerah"
"Cerah?" Gulf bingung akan perkataan seseorang yang tidak diketahui nomornya
"Aku tau Mew masih hidup" nampak nada dingin terdengar dari orang tersebut
"Kau___" Gulf mengingat siapa orang ini sebenarnya
"Tay, aku peringatkan padamu untuk menjauh dari semua yang bersangkutan tentangku"
"Kau mengancamku? berani sekali" Tidak tau malu, itu yang pantas disematkan pada diri Tay
"Kau tau aku orang seperti apa, ambisius sudah melekat pada diriku, dan semua yang aku ingin akan terjadi sesuai kehendak ku" mengancam, hanya itu yang bisa Tay lakukan
Bukan Gulf tidak ingin menghiraukan perkataan Tay, tetapi ia tau betul jika yang Tay katakan adalah kebenaran. Sulit membuat Tay menyerah untuk hal yang diinginkan, mengingat banyak nyawa yang menjadi korban, maka kemungkinan pula jika Tay bisa melakukan hal lain selama tujuannya belum tercapai.
Mengetahui jika Gulf terdiam lama saat setelah mendengar perkataannya, Tay paham jika Gulf mungkin saja ketakutan dengan ancamannya.
"Temui aku di dekat laut biasa. Hanya dua jam dari sekarang! atau lagi-lagi kau akan menyaksikan hal pilu menimpa seseorang yang kau sayangi"
"Ta__" belum sempat menyelesaikan perkataannya, namun Tay sudah terlebih dulu memutus sambungan telepon
Mau atau tidak, Gulf terpaksa harus menemui Tay dalam waktu dua jam, ia bergegas sesegera mungkin agar sampai sebelum waktu yang ditentukan.
Hanya perasaan kesal yang begitu luas menyelimuti diri, Gulf benar-benar tidak habis pikir dengan Tay yang kini jauh dari Tay yang dulu ia kenal.
Sempat akan mengurungkan niatnya untuk memenuhi perintah Tay, tapi teringat kembali akan apa yang di alami saat dulu tidak mendengarkan apa katanya.
Tidak butuh waktu lama untuk Gulf sampai di tempat yang Tay maksud. Gulf berjalan dengan terburu-buru, saat dilihat Tay sudah berdiri menunggunya di dekat laut.
Sekarang selalu menjadi suasana mencekam saat Gulf dekat dengan Tay. Nyaman berubah jadi ancaman, itu perubahan yang sungguh diluar dugaan.
"Sudah tiga minggu aku bersabar untuk bisa melihatmu" Tatapan lurus dengan wajah dingin terpancar dari wajahnya
"Sungguh neraka hidupku saat kembali dihadapkan denganmu"
"Jangan berbicara seolah-olah aku ini musuh terbesar mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile S1
FanfictionGulf kanawut,, seorang dokter spesialis bedah sekaligus anak dari Manager Stasiun televisi swasta. Kejadian empat tahun silam membuat dirinya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Kekasihnya sekaligus tunangannya dinyatakan ikut menjadi salah satu ko...